![]() |
Nauky Ananda Rezky (Foto/Ist) |
Saban 8 Maret di setiap tahunnya diperingati hari perempuan internasional. Perempuan merupakan sosok kelembutan, kekuatan dan ketangguhan, perempuan memiliki peran yang begitu penting dalam sendi kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat, bahkan dunia. dengan memiliki kemampuan multitasking dan kecerdasan emosional, perempuan berkonstribusi dalam berbagai sektor. Melalui perjuangan mereka terus berinovasi, berjuang untuk kesetaraan, dan mencipatakan perubahan positif di lingkungan sekitar, perempuan juga memiliki sifat kepekaan yang lebih baik dari pada laki-laki.
Awal mula gerakan kesetaraan gender muncul yaitu pada abad ke 19 sebagai respon terhadap ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu peristiwa penting yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1848 adalah Konvensi Senecca Falls ini menjadi tanda awal gerakan kesetaraan gender. Konvensi ini di pimpin oleh dua aktivis perempuan, yaitu: Elizabeth Cady Stanton dab Lucretia Mott, yang ingin memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama hak bersuara di parlemen.
Pada konvensi tersebut, para peserta menyusun ‘Deklarasi Hak-hak Perempuan dan Hak Warga Negara’, yang menjadi landasan penting bagi perjuangan kesetaraan gender di masa depan. Deklarasi ini menyerukan hak perempuan untuk memilih, mendapatkan pendidikan yang setara, serta memiliki akses yang sama dalam dunia kerja dan kehidupan sosial. Ini adalah seruan utama yang begitu tegas dalam menuntut perubahan sosial yang memperhatikan hak-hak sosial.
Gerakan ini tidak hanya terbatas di amerika serikat, tetapi juga menginspiraasi perempuan di dunia. meskipun perjalanan menuju kesetaraan gender masih panjang, gerakan yang dimulai pada abad ke 19 ini menjadi pondasi bagi perubahan-perubahan signifikan yang terus berlangsung hingga saat ini, membuka jalan bagi perempuan untuk mencapai hak dan kebebasan yang lebih besar di berbagai sektor kehidupan.
Jika kita menilik lebih jauh kesetaraan gender masih menjadi isu serius dan besar yang masih di hadapi oleh banyak negara termasuk negara Indonesia. Salah satu yang menjadi masalah adalah kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan yang masih terjadi di beberapa sektor pekerjaan. Meskipun perempuan semakin banyak terlibat di dunia kerja, mereka masih menerima upah yang lebih rendah dari pada upah yang diterima oleh laki-laki padahal beban kerja dan jenis pekerjaan sama. Fenomena seperti ini sering terjadi di sektor swasta.
Selain kesenjangan dalam hal menerima upah, perempuan juga kerap kali susah untuk mencapai posisi kepemimpinan, meskipun perempuan memiliki rasa kepekaan yang tinggi mereka masih sangat jarang menduduki posisi puncak atau menjadi pemimpin. Hal ini disebabkan oleh stereotip gender yang menganggap perempuan kurang mampu dalam menjalankan peran-peran yang membutuhkan pengambilan keputusan besar, bahkan perempuan cenderung di anggap lamah sehingga di anggap tidak mampu memupuk beban yang di bebankan kepada seorang pemimpin.
Jika pemikiran seperti ini terus ditanamkan maka ini akan sangat berbaha terhadap masa depan perempuan dengan zaman yang penuh ketidakpastian ini, perempuan harus bisa survive dalam menjalani roda kehidupan. Untuk mengubah pola pikir seperti itu maka dibutuhkan pendidikan yang inklusif dan berbasis kesetaraan. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kesetraan sejak dini dapat membentuk generasi yang lebih sadar terhadap hak-hak perempuan. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam menerapkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti memberikan akses yang setara untuk pekerjaan, memastikan upah yang setara, serta menghilangkan diskriminasi.
Dalam hal seperti ini perempuan harus diberikan hak-hak yang harus diberikan kepadanya, karena setiap perempuan memiliki keistimewaaan yang luar biasa. Dunia harus melihat perempuan sebagau sumber kekuatan, bukan hanya di hari-hari spesial, tetapi disetiap saat. Kesetaraan hak dan kesempatan harus terbuka luas untuk perempuan di segala bidang, agar mereka bisa mewujudkan impian dan menciptakan perubahan yang positif. Teruslah bersinar, karena dunia ini lebih indah dan kuat dengan konstribusi luar biasa dari setiap perempuan.[]
Pengirim :
Nauky Ananda Rezky, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen