Notification

×

Iklan

Iklan

Karakteristik Pemuda Muslim yang Ideal dalam Memaknai Arti Sumpah Pemuda

Rabu, 19 Februari 2025 | Februari 19, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-19T02:10:11Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/ILUSTRASI

Qadirun alal Kasbi (Mandiri atau Berdikari)


Seorang pemuda bukanlah kanak-kanak yang berlindung di ketiak orang tuanya ketika sebuah kesulitan menghampirinya. Pemuda adalah seseorang yang mandiri dalam menyelesaikan satu hal, tidak berpangku tangan kepada orang lain, dan mandiri, terutama dari segi ekonomi.


Hal ini harus disadari karena mempertahankan dan menegakkan kebenaran baru bisa dilakukan secara paripurna ketika seorang pemuda memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Karena pada dasarnya akan menjadi lumrah ketika banyak orang-orang yang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Oleh karena itu, kemandirian menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pemuda.


Bahkan kemandirian dalam bekerja itu juga dianjurkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi:“Tidak ada seorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari memakan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud As memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari no. 2072)


Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda:


“Sungguh pikulan seikat kayu bakar di atas punggung salah seorang kamu (lantas dijual) lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, entah itu diberi atau tidak diberi.” (HR. Bukhari).


Nafi’un Lighairi (Bermanfaat untuk Orang Lain).


Karakteristik pemuda yang satu ini berkaitan dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. ath Thabrani dalam Mu’jam al Kabir li ath Thabrani, XI/84)


Bermanfaat untuk orang lain dalam hal ini luas maknanya. Namun bagi pemuda, bermanfaat bisa jadi diderivasi maknanya menjadi menyelamatkan atau menolong orang lain demi menyelamatkan atau menolong diri sendiri. Hal ini senada dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

“… dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya.” (HR. Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 6743)


Rasulullah SAW juga pernah bersabda:

“Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat…” (HR. Muslim no. 7028)


Jika diperluas lagi, maka dalam konteks kenegaraan dan tatanan sosial kemasyarakatan, pemuda yang terlibat dalam merubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik, maka pemuda tersebut akan dipermudah dan ditolong pula urusannya oleh Allah SWT. Dengan demikian pemuda Muslim ideal memang seharusnya menjadi generasi pembaharu yang mampu membawa perubahan, bukan malah menjadi beban masyarakat.


Mujahidun li Nafsihi (Berjuang Melawan Hawa Nafsu)


Kita bisa mengerti keadaannya bahwa di masa sekarang, ketika politik asosiasi telah mengental dan merasuk ke dalam tatanan kehidupan masyarakat Islam, maka akan sangat sulit bagi pemuda untuk membebaskan dirinya dari pergaulan bebas. Oleh karena itu, bersungguh-sungguh dalam menahan diri dari perbuatan yang menjurus pada dosa merupakan suatu jihad yang paling utama. Rasulullah SAW bersabda:

“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad melawan dirinya dan hawa nafsunya.” (HR. Ibnu an Najjar dan Abu Nu’aim, dishahihkan oleh Syeikh al Albani di dalam Shahih al Jami’ush-Shaghir, no. 1099)


Hasan al Banna dalam kitab Risalah Ta’alim mengatakan bahwa seorang mujahid yang tulus ialah seseorang yang mengendalikan nafsu jiwa dengan keras, sampai jiwa itu menyerahkan kendalinya kepada mujahid tersebut. Dengan demikian, besar nilainya bagi para pemuda yang hidup di masa sekarang, karena budaya barat sendiri sangat memfasilitasi hawa nafsu kita secara kompleks. Misalnya saja, kita dihadapkan pada pelegalan judi, minuman keras, tidak adanya etika pergaulan antara laki-laki dengan perempuan, dan sebagainya.


"Dari beberapa sumber yang sudah diambil penulis, bahwa jauh sebelum sumpah pemuda tercetus, islam telah mengajarkan tentang sikap seorang pemuda tentang tanggung jawab akan bangsa dan negara nya.


Sesungguhnya pemuda mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjaga dan memajukan bangsa serta negara nya. Dan itu semua dimulai dari dalam diri kita sendiri. Artinya korelasi karakteristik atau sikap seorang pemuda muslim sangat kuat sekali terhadap keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.[]


Penulis : 

Shanaya Balghis Riyona, Mahasiswa STMIK Tazkia Bogor

×
Berita Terbaru Update