Foto/ILUSTRASI |
Tasawuf merupakan unsur yang penting dalam Islam. Secara historis dan teologis tasawuf mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tasawuf memusatkan perhatian pada pembersihan aspek kerohanian manusia yang selanjutnya menimbulkan kebaikan akhlak mulia (akhlakul karimah). Melalaui tasawuf seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya.
Di era modern yang semakin rumit dimana telah terjadi proses transformasi yang cepat dan tanpa batas di seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat sehingga meruntuhkan semua batas-batas di berbagai bidang. Gaya hidup modern memang memberikan keuntungan bagi manusia karena segala aspek kehidupan dengan mudah dipenuhi. Di zaman sekarang ini manusia dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang jika dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa.
Untuk mengatasi semua ini, tidak bisa hanya mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus dibarengi dengan penanganan di bidang spiritual dan akhlakul karimah. Pada titik inilah ilmu tasawuf memiliki peluang yang besar untuk dijadikan rujukan dan solusi dalam menangani persoalan tersebut.
Tasawuf di era modern ini ditempatkan sebagai cara pandang yang logis rasional sesuai nalar sosiologis .tasawuf salah satu dimensi spiritual dalam islam,sering disebut dengan sufisme atau mistisme.ajaran ini menitik beratkan pada pembersihan hati dan pengembangan akhlak yang mulia dalam tasawuf.pencarian kedamaian dan kebahagiaan spiritual menjadi esensi utama.kedamaiaan disini tidak hanya merujuk pada kondisi emosional tetapi juga merujuk hubungan spiritual yang harmonis dengan tuhan dan sesama manusia. Tasawuf bertindak sebagai pengendali berbagai kekuatan yang dapat merusak keseimbangan jiwa baik dalam individua atau dalam interaksi sosial.
Menurut Nurkholis Madjid (1984:71) jaman modern ditandai dengan kemakmuran material, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serba mekanik dan otomatis. Banyak fasilitas hidup ditemukan mulai dari sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari, alat transportasi, alat komunikasi, sarana hiburan dan sebagainya. Pada kenyataannya, segala kemudahan, kesenangan dan kenyamanan lahiriyah yang diberikan oleh materi, ilmu dan teknologi pada tarap tertentu menimbulkan kebosanan, tidak membawa kebahagiaan umat manusia, bahkan banyak membawa bencana. Peperangan yang memakan banyak korban masih sering terjadi; kesenjangan antara yang si kaya dan si miskin semakin lebar; pencemaran lingkungan karena limbah industri makin menghantui umat manusia. Hal itu disebabkan ada "sesuatu yang tercecer" dalam pandangan orang modern. Abad modern sebagai abad teknokalisme sangat mengabagikan harkat kemanusiaan yang paling mendalam, yaitu bidang kerohanian.
Tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti sehingga akan selalu mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, ia akan terhindar untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama. Dizaman ini untuk menghindari hal yang haram atau dilarang agama adalah hal yang sangat sulit karna gaya hidup yang berkembang di masyarakat , yang mana apabila kita tidak mengikuti perkembangan akan di anggap tertinggal dan menjadi bahan ghibah/fitnah di masyarakat.
Tasawuf zaman salaf dahulu tidak banyak rintangan ,dikarenakan masih sedikit adadiah atau cara hidup Masyarakat untuk mencari ketenangan jiwa. Tinggal mengerjakan segala sesuatu yang sesuai dengan kemauan individu baik itu dengan cara menyendiri atau mengasingkan diri ketempat yang sepi.
Berbeda dengan era modern jika kita ingin menenangkan jiwa dengan cara menyendiri akan menimbulkan fitnah / ghibah dimasyarakat,padahal ghibah itu hukumnya haram dan menjauhi ghibah hukumnya wajib.
Para ahli tasawuf membagi tasawuf pada tiga tingkatan :
Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (moral) atau taswuf berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Ajaran tasawuf akhlaki membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal. Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan,tasawuf bentuk ini berkonsentrasi pada upaya-upaya menghindarkan diri dari akhlak yang tercela (Mazmumah) sekaligus mewujudkan akhlak yang terpuji (Mahmudah) pada seorangsufi.
Tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
a. Takhalli Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.
b. Tahalli Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum suϐi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) seperti sholat, puasa, haji, maupun internal (dalam) seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Allah Swt.
c. Tajalli Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa yang telah membiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka rasa keTuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.
Tasawuf amali adalah tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah, tujuannya agar diperoleh penghayatan spiritual dalam setiap melakukan ibadah. Keseluruhan rangkaian amalan lahiriah dan latihan olah batiniah dalam usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, yaitu dengan melakukan macam-macam amalan yang terbaik serta cara-cara beramal yang paling sempurna. Tasawuf Amali berkonotasi dengan tarekat.
Tokoh tasawuf ini antara lain, Rabiah Al Adawiyah dan Dzun Nun Al Misri. Pengalaman tasawuf amali dibagi kedalam empat bidang sebagai berikut:
a. Syari’at Syari’at adalah hukum-hukum formal yang dijadikan sandaran amalan lahir yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui Al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga seorang pengamal sufi tidak mungkin memperoleh ilmu batin tanpa mengamalkan secara sempurna amalan lahiriahnya.
b. Thariqot Kalangan sufi mengartikan thariqat sebagai seperangkat serial moral yang menjadi pegangan pengikut tasawuf dan dijadikan metode pengarahan jiwa dan moral.
c. Hakikat Dalam dunia sufi hakikat diartikan sebagai aspek batin yang paling dalam dari setiap amal atau inti dan rahasia dari syariat yang merupakan tujuan perjalanan menuju Allah Swt. d. Ma’rifat Berarti pengetahuan atau pengalaman. Dalam istilah tasawuf,diartikan sebagai pengenalan langsung tentang Tuhan yang diperoleh melalui hati sanubari sebagai hikmah langsung dari ilmu hakikat.
Tasawuf Falsafi yaitu tasawuf yang menekankan pada masalah-masalah pemikiran mendalam/metafisik. Dalam upaya mengungkapkan penglaman rohaninya, para para sufi falsafi sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar-samar yang dikenal dengan syathahat yaitu suatu ungkapan yang sulit di pahami, yang sering mengakibatkan kesalahpahaman. Tokoh tasawuf ini antara lain, Abu Yazid Al Bustami, Al Hallaj, Ibnu Arabi, Suhrawardi. Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ; hulul,wadah al-wujud, insan kamil, Wujud Mutlak.
a. Hulul Hulul
Merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hulul ini disusun oleh al-hallaj kata hulul berimplikasi kepada bahwa tuhan akan menempati dan memilih tubuh manusia untuk ditempati, bila manusia dapat menghilangkan sifat nasut (kemanusiaannya) dengan cara fana (menghilangkan sifat-sifat tercela melalui meniadakan alam duniawi menuju kesadaran ketuhanan).
b. Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud adalah paham yang mengatakan bahwa manusia dapat bersatu padu dengan Tuhan, akan tetapi Tuhan disini bukanlah tapi yang dimkasud tuahn bersatu padu disini bukanalh Dzat yang Tuhan yang sesungguhnya, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses fana’
c. Ittihad
Pembawa faham ittihad adalah Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya manusia adalah pancaran Nur Ilahi,oleh karena itu manusia hilang kesadaranya [sebagai manusia] maka padadasarnya ia telah menemukan asal mula yang sebenarnya, yaitu nur ilahiatau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan.[]
Pengirim :
Hasyim, mahasiswa STIT Al-Ibrohimy,email : ifadharahmah@gmail.com