Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Pewahyuan

Rabu, 01 Januari 2025 | Januari 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-01T14:16:47Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

(Foto/Ilustrasi)

Sejarah pewahyuan Al-Qur'an mengacu pada proses di mana firman Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur'an adalah kitab suci utama dalam Islam, yang dianggap sebagai firman Allah yang sempurna dan final. Pewahyuan ini berlangsung selama 23 tahun (610–632 M), meliputi periode sebelum dan sesudah hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Berikut adalah penjelasan rinci tentang sejarah pewahyuan Al-Qur'an:


1. Awal Pewahyuan


Kejadian di Gua Hira (610 M):

Sejarah turunnya Al-Qur’an dimulai Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali di usia 40 tahun pada 610 Masehi ketika beliau sedang bertafakur dan berada di Gua Hira, dekat Mekkah. Kemudian datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.


Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama berupa lima ayat dari Surah Al-'Alaq (96:1-5): "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan..."


Peristiwa ini menandai awal dari tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW. 

Setelah itu banyak wahyu yang diberikan  Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.


2. Periode Mekkah (610–622 M)


Durasi: 13 tahun.

Konteks: Nabi berdakwah di Mekkah, menghadapi perlawanan dari kaum Quraisy.

Ciri-ciri Wahyu Mekkah:

Fokus pada tauhid (keesaan Allah), akidah, dan pengakuan terhadap kenabian Muhammad.

Penekanan pada keimanan kepada hari akhir, surga, neraka, dan pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah.

Ayat-ayatnya cenderung pendek, puitis, dan penuh retorika.

Contoh surah: Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Ma'un, dan Ar-Rahman.


3. Periode Madinah (622–632 M)


Durasi: 10 tahun.

Konteks: Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad memimpin umat Islam sebagai kepala agama dan pemimpin negara.

Ciri-ciri Wahyu Madinah:

Berisi hukum-hukum syariat yang mengatur kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan ibadah.

Menekankan pada hubungan antarumat beragama dan pembentukan masyarakat Islam.

Ayat-ayatnya lebih panjang dan bersifat naratif.

Contoh surah: Al-Baqarah, An-Nisa', dan Al-Maidah.


4. Metode Pewahyuan


Wahyu disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad melalui berbagai cara:

Langsung ke hati Nabi (tanpa suara atau bentuk fisik).

Melalui suara keras seperti bunyi lonceng.

Dalam bentuk penglihatan atau pertemuan langsung dengan Jibril.

Dalam mimpi yang jelas (khusus pada awal kenabian).

Nabi Muhammad akan menghafal wahyu yang diterima dan menyampaikannya kepada para sahabat.


5. Pengumpulan Al-Qur'an


Pada Masa Nabi:

Wahyu dihafal oleh Nabi dan para sahabat. Sebagian ditulis di media seperti kulit hewan, tulang, atau pelepah kurma.

Urutan ayat dan surah diatur langsung oleh Nabi sesuai petunjuk Jibril.


Pada Masa Khalifah Abu Bakar (632–634 M):


Setelah wafatnya Nabi, wahyu dikumpulkan menjadi satu mushaf atas inisiatif Umar bin Khattab, karena banyak penghafal Al-Qur'an yang gugur di medan perang.


Zaid bin Tsabit, sekretaris Nabi, ditugaskan memimpin pengumpulan ini.

Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan (644–656 M):


Mushaf disalin dan disebarkan ke berbagai wilayah Islam untuk menghindari perbedaan bacaan.


6. Keunikan Al-Qur'an


Al-Qur'an dianggap sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tak tertandingi dalam keindahan bahasa, makna, dan pengaruhnya.


Al-Qur'an tetap terjaga keasliannya sejak masa pewahyuan hingga kini, sesuai dengan janji Allah dalam Surah Al-Hijr (15:9):

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya."


Sejarah pewahyuan Al-Qur'an ini menunjukkan bagaimana pentingnya kitab suci Al-Qur’an ini untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat Islam baik secara spiritual maupun praktis.[]


Pengirim :

Farish Jam'an, mahasiswa Universitas Pamulang

×
Berita Terbaru Update