Notification

×

Iklan

Iklan

Ngopi, Ngoding, Ngantuk: Mahasiswa IT Zaman Now

Sabtu, 11 Januari 2025 | Januari 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-11T03:06:26Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Nawa Istiqomah/IST

Di zaman digital yang kian berkembang, mahasiswa IT kini berperan penting dalam menegaskan revolusi teknologi. Fenomena ngopi, ngoding, dan ngantuk telah menjadi simbol rumit, mencermin kehidupan akademis yang kaya tantangan dan kesempatan. Secangkir kopi hangat (ngopi) sering kali menjadi kebiasaan yang harus dilakukan sebelum terjun ke dunia kode (ngoding). Akan tetapi, di balik kebiasaan ini tersimpan tantangan yang signifikan. Kebiasaan begadang untuk menyelesaikan pekerjaan sering kali menyebabkan kurang tidur, yang berpengaruh buruk pada konsentrasi dan produktivitas. 


Mahasiswa IT tidak hanya harus menghadapi tuntutan akademis yang tinggi, tetapi juga tantangan dalam memahami materi perkuliahan yang rumit. Rasa kesal saat tidak bisa mengikuti pelajaran sering kali menghambat semangat belajar mereka. Selain itu, kesehatan mental mahasiswa sering kali tidak diperhatikan. Tekanan dari tuntutan akademis dapat mengakibatkan isu kesehatan mental yang serius jika tidak ditangani dengan benar. Keterbatasan waktu untuk berinteraksi juga menjadi isu penting, mengakibatkan rasa terasing di kalangan mahasiswa. Selain itu, ketidakpastian tentang masa depan karir di tengah perubahan teknologi yang pesat meningkatkan beban pikiran mereka.


Mahasiswa IT menghadapi tantangan yang signifikan karena beban akademis yang tinggi di tengah kompetisi pendidikan yang sengit. Tekanan untuk mendapatkan nilai bagus dan memenuhi ekspektasi dosen serta orang tua, ditambah dengan banyaknya tugas, proyek, dan ujian, sering kali membuat mahasiswa terperangkap dalam siklus stres yang berkepanjangan sehingga berdampak pada kinerja akademik serta kesehatan mental dan fisik. Survei Stack Overflow 2022 menunjukkan bahwa 70% mahasiswa IT merasakan tekanan untuk tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi, yang dianggap sebagai tantangan utama, di mana mereka harus belajar teknologi baru setiap 3–6 bulan. Laporan dari National College Health Assessment (NCHA) juga mencatat bahwa 85% mahasiswa merasa terbebani oleh tanggung jawab mereka, dan lebih dari 50% mengalami stres yang tinggi. 


Selain itu, materi kuliah IT yang kompleks dan teknis seringkali membuat mahasiswa mengalami kesulitan, khususnya dengan bahasa pemrograman baru atau teknologi yang belum dikenal. Kesulitan dalam memahami materi bisa menyebabkan frustrasi, menurunnya motivasi belajar, dan kecemasan, terutama saat merasa tertinggal dari teman-teman sekelas. Hal ini mengurangi kepercayaan diri dan membuat mereka terperangkap dalam siklus pembelajaran yang tidak efisien, yang semakin memperparah tekanan akademik. 


Di tengah beban belajar dan berbagai tuntutan lainnya, kesehatan mental mahasiswa sering kali terabaikan, dengan banyak yang merasa ragu atau enggan untuk mencari bantuan. Beban akademis yang tinggi bisa menyebabkan stres yang berkembang menjadi masalah serius seperti kecemasan atau depresi, terutama di kalangan mahasiswa IT yang minim kesadaran dan dukungan mengenai pentingnya kesehatan mental. Berdasarkan American Psychological Association (APA), hanya 30% mahasiswa yang memanfaatkan layanan kesehatan mental meskipun merasa membutuhkannya, sedangkan 70% melaporkan tingkat stres tinggi yang dapat berpotensi berkembang menjadi gangguan kesehatan mental selanjutnya. Oleh sebab itu, memperbesar kesadaran dan memberikan dukungan yang cukup sangat diperlukan untuk membantu mereka menghadapi tantangan ini.


Selain masalah kesehatan mental, begadang juga menjadi hal yang umum di kalangan mahasiswa IT, yang sering mengorbankan waktu tidur untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Walaupun mereka merasa lebih efisien di malam hari, kurang tidur dapat berakibat pada penurunan konsentrasi, kemampuan analisis, dan mutu pembelajaran di siang hari. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan agar orang dewasa mendapatkan tidur antara 7–9 jam setiap malam, tetapi lebih dari 30% mahasiswa dilaporkan tidur di bawah 6 jam secara konsisten, yang berakibat pada penurunan konsentrasi dan kemampuan mengingat. Studi dari Harvard Medical School mengungkap bahwa kecukupan tidur dapat meningkatkan kinerja kognitif hingga 20%.


Dengan tuntutan akademis yang besar dan kebiasaan begadang yang sering kali dijalani, mahasiswa IT sering kali mengalami kesulitan untuk menemukan waktu bersosialisasi dengan teman-teman. Sebenarnya, interaksi sosial sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional. Namun, banyak mahasiswa merasa terasing ketika mereka terlalu fokus pada tugas-tugas akademik sehingga mereka melewatkan peluang untuk bersosialisasi dengan orang lain. Kurangnya waktu untuk berinteraksi ini dapat menyebabkan perasaan terasing dan kehilangan dukungan sosial, yang sangat krusial pada saat menghadapi masa-masa sulit. Tanpa dukungan sosial yang cukup, mahasiswa bisa merasa lebih tertekan dan cemas, yang menghambat mereka dalam menghadapi tantangan akademik yang ada.


Selain itu, di tengah perkembangan teknologi yang pesat, ketidakpastian tentang masa depan karir menjadi isu penting bagi banyak mahasiswa IT. Mereka kerap merasa khawatir mengenai jalur karir yang sebaiknya dipilih dan kemampuan apa yang harus diasah agar tetap berdaya saing di dunia kerja. Dengan banyaknya opsi karir di sektor teknologi, mahasiswa bisa merasa bingung dalam memilih langkah selanjutnya setelah mereka lulus. Ketidakpastian ini bisa menambah tekanan mental mereka dan mengganggu konsentrasi belajar. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu memperoleh arahan dan bantuan dalam merencanakan masa depan karir mereka sehingga dapat menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri dan tidak terjebak dalam kecemasan yang berkepanjangan.


Untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang sering dihadapi, mahasiswa IT dapat mengambil beberapa tindakan yang efektif, antara lain:


1. Mengimplementasikan Pengelolaan Waktu


Mahasiswa harus mengatur waktu secara efektif agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik tanpa mengorbankan waktu istirahat, salah satunya dengan menggunakan teknik Pomodoro, yaitu bekerja selama 25 menit diselingi istirahat 5 menit. Metode ini tidak hanya mendukung fokus dan mencegah keletihan, tetapi juga meningkatkan efektivitas.


2. Membangun Kebiasaan Tidur


Mendapatkan tidur yang memadai dan teratur memiliki dampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental, oleh karena itu mahasiswa IT sebaiknya menghindari begadang dan mengatur jadwal tidur yang konsisten, idealnya 6–8 jam setiap malam. Pola tidur yang sehat terbukti mampu meningkatkan fokus, ingatan, dan kemampuan berpikir sehingga mahasiswa dapat menghadapi tugas dan ujian dengan lebih efisien.


3. Mengurangi Kafein


Ketergantungan yang tinggi pada kafein bisa berdampak buruk bagi kesehatan sehingga mahasiswa disarankan untuk menjajal pilihan lain seperti teh herbal atau minuman tanpa kafein lainnya. Selain itu, menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan cukup air putih juga dapat membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan energi secara alami tanpa perlu bergantung pada kafein.


Fenomena ngopi, ngoding, dan ngantuk mencerminkan tantangan yang dihadapi mahasiswa IT. Agar berhasil tanpa mengorbankan kesehatan, mereka harus mengatur waktu, menjaga rutinitas tidur, mengurangi ketergantungan pada kafein, dan membangun suasana belajar yang mendukung. Dengan menjaga keseimbangan yang baik, mahasiswa IT dapat tetap produktif sambil merawat kesehatan fisik dan mental.[]


Pengirim :

Nawa Istiqomah, mahasiswa Jurusan Informatika Universitas Muhammadiyah Malang, E-mail : nawaistiqomah@gmail.com

×
Berita Terbaru Update