Notification

×

Iklan

Iklan

Menyerap Nilai–Nilai Agama di Era Digital

Sabtu, 04 Januari 2025 | Januari 04, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-04T13:10:39Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Arum Istami/IST

Di dalam era digital ini yang penuh dengan kemajuan teknologi, dunia lebih terhubung dibandingkan dengan yang sebelumnya. Kini informasi dapat mengalir tanpa henti melalui internet, media sosial, dan berbagai platfrom digtal lainnya. Namun, dibalik kemjuan ini banyak tantangan baru dalam menjaga dan menyerap nilali-nilai agama, khususnya pada generasi muda sekarang.


Untuk menyerap dan memperkuat nilai-nilai agama, kita bisa munjumpainya di platfrom digital seperti YouTube, instagram, dan TikTok yang bisa menjadi medium efektif untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan. Dan banyak tokoh-tokoh agama seperti ustaz, pendeta atau pemuka agama yang lainnya, yang menanfaatkan teknologi ini untuk menyebarkan ceramah, kajian, atau refleksi spiritual secara online.


Kemudahan akses terhadap literatur keagamaan juga menjadi keuntungan lain di era digital. jika sebelumnya seseoranng harus mencari kitab atau buku agama di toko fiksi, kini semua itu dapat di akses melalui perpustakaan digital atau status web. Bahkan aplikasi khusus seperti Al-Qur'an digital, aplikasi doa atau dzikir, dan kalender ibadah kini hadir untuk mendukung praktik keagamaan sehari-hari. 


Agama dalam konteks ini tidak hanya dipahami sebagai Kumpulan ajaran yang penting bagi kita, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang mencangkup etika, normalisasi, dan cara berfikir antara sesama manusia. Tetapi juga mempermudah bagi para generasi muda yang merupakan pengguna aktif dari teknologi, dan hal ini dapat memudahkan mereka dalam mempelajari nilai-nilai agama di sela-sela kesibukan mereka.


Tantangan Era Digital Terhadap Nilai Agama


Namun di tengah kemudahan itu ada banyak sekali tantangan. karna bisa jadi informasi yang tidak tersaring dapat menjadi ancaman serius terhadap pemahaman nilai agama yang benar. Banyak sekali konten-konten keagamaan yang tidak valid kebenarannya, hal ini dapat mengaburkan nilai agama yang seharusnya menjadi pedoman dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah.


Era digtal menghadirkan banyak ruang virtual yang penuh dengan berbagai informasi, akan tetapi tidak semuanya bernilai positif. Media sosial sering kali menjadi tempat berkembangnya ujaran kebencian, hoax, dan juga gaya hidup yang konsumtif yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.


Selain itu, era digital juga memunculkan fenomena screen time yang berlebihan, sehingga anak-anak dan remaja sering sekali menghabiskan waktu mereka di depan layar daripada berbincang dengan kelurga mereka atau komunitas agama. Akibatnya adalah, intraksi sosial yang sangat bermakna itu berkurang, dan nilai-nilai agama yang tertanam melalui hubungan langsung tarabaikan.


Menyeimbangkan Nilai Agama Dan Kemajuan Teknologi


Untuk memanfaatkan era digital secara optimal, diperlukan keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai agama. Salah satu solusinya yaitu meningkatkan literasi dikalangan umat beragama, pemahaman yang baik tentang cara memilah dan memilih informasi di internet yang akan membantu masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi konten yang berkaitan dengan nilai-nilai agama.


Tidak hanya itu, media sosial juga dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan nilai agama kepada generasi muda melalui perdekatan yang relevan dengan budaya mereka. Contohnya yaitu seperti konten agama yang dikemas dalam bentuk video pendek dengan menggunakan bahasa yang santai dan mudah untuk di terima oleh para generasi milenial dan Gen Z.


Dan banyak sekali figur publik atau influencer yang juga memanfaatkan popularitas mereka dengan menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang kreatif, sehingga audiens merasa dekat dan tertarik untuk belajar lebih jauh tantang nilai agama yang disebarkan. 


Strategi Untuk Menyerap Nilai-Nilai Agama Di Era Digital


Untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang ini, diperlukan beberapa pendekatan yang seimbang antara teknologi dan nilai-nilai agama, berikut adalah beberapa strategi yang bisa di terapkan:


1. Menyaring Informasi Dengan Bijak

Pendidikan literasi digital menjadi kunci utama masyarakat, khususnya pada generasi muda yang harus di ajarkan untuk memverifikasi informasi dan memahami dampak dari konten yang mereka konsumsi, dengan pendekatan ini membantu mereka dalam membedakan nilai-nilai agama yang mendukung spiritual dan yang justru merusak


2. Menggunakan Teknologi Sebagai Alat, Bukan Tujuan 

Teknologi seharusnya menjadi alat sebagai pendekatan diri kita keoada Tuhan yang Maha Esa buakn sebagai tujuan utama. misalnya, menggunakan aplikasi untuk mempelajari ayat suci Al-Qur'an, dam bukan sekedar memainkan game online tanpa batas waktu.


3. Mengembangkan Konten Positif

Para pemimpin agama dan tokoh masyarakat perlu aktif dalam menciptakan konten yang positif dan relevan dan menarik bagi generasi muda sekarang, atau bisa juga menyampaikannya denngan menggunakan meme yang mengandung pesan moral.[]


Penulis :

Arum Istami, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang

×
Berita Terbaru Update