Notification

×

Iklan

Iklan

Demam Drama Korea di Kalangan Generasi Z

Kamis, 02 Januari 2025 | Januari 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-02T10:10:50Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

(Salsabila Zahira/IST)

Drama Korea atau yang sering disebut drakor telah menjadi bagian penting dari budaya populer dunia, termasuk di Indonesia. Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, menjadi salah satu kelompok yang paling antusias mengonsumsi drama Korea. Fenomena ini tidak hanya menjadi tren, tetapi juga gaya hidup bagi sebagian besar anak muda.


Salah satu daya tarik utama drama Korea adalah alur cerita yang memikat. Drakor dikenal dengan plot yang emosional, dinamis, dan sering kali menyajikan konflik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Generasi Z, yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap kisah-kisah penuh makna, merasa terhubung dengan karakter dan perjalanan hidup mereka. Misalnya, drama Start-Up yang menceritakan perjuangan generasi muda dalam dunia bisnis teknologi menjadi inspirasi bagi banyak anak muda yang bermimpi membangun karier di era digital.


Selain itu, drama Korea dikenal menghadirkan karakter yang kuat, baik secara emosi maupun nilai moral. Tidak sedikit penonton yang merasa termotivasi oleh karakter utama yang penuh semangat, seperti Yoon Seri di “Crash Landing on You” atau Kim Bok Joo di “Weightlifting Fairy Kim Bok Joo”. Kisah-kisah mereka menghadirkan perpaduan antara romansa, perjuangan, dan humor yang membekas di hati penonton.


Kualitas produksi drama Korea juga menjadi faktor besar dalam menarik perhatian Generasi Z. Sinematografi yang indah, lokasi syuting yang menawan, dan tata kostum yang modis membuat drakor menjadi sajian visual yang memanjakan mata. Generasi Z, yang tumbuh di era media sosial seperti Instagram dan TikTok, sangat peka terhadap estetika visual. Drakor tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga inspirasi dalam berpakaian, dekorasi rumah, hingga gaya hidup sehari-hari.


Tak hanya itu, akting para pemainnya yang natural dan emosional menambah daya tarik tersendiri. Para aktor dan aktris Korea tidak hanya memiliki paras menarik, tetapi juga kemampuan akting yang mumpuni. Hal ini membuat Generasi Z mudah terhubung secara emosional dengan karakter yang mereka perankan.


Drama Korea sering mengangkat tema-tema yang relevan dengan kehidupan generasi muda. Mulai dari isu kesehatan mental, hubungan keluarga, perjuangan meraih mimpi, hingga tekanan sosial, drakor menyajikan narasi yang dekat dengan realitas. Sebagai contoh, drama “It’s Okay to Not Be Okay” menyentuh tema kesehatan mental dengan cara yang empatik, membantu penonton memahami pentingnya mengelola emosi dan menerima diri sendiri.


Generasi Z, yang tumbuh di era yang penuh tekanan dari media sosial dan ekspektasi tinggi, menemukan pelipur lara dalam drama-drama semacam ini. Selain menjadi hiburan, drakor juga memberikan perspektif baru tentang bagaimana menghadapi tantangan hidup.


Demam drama Korea membawa banyak dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu pengaruh positifnya adalah meningkatnya minat Generasi Z terhadap budaya Korea secara keseluruhan. Mereka mulai mempelajari bahasa Korea, mencoba kuliner khas Korea, hingga mengikuti tren fesyen ala Korea. Hal ini menciptakan pertukaran budaya yang memperluas wawasan dan pemahaman lintas budaya.


Selain itu, drama Korea juga sering mempromosikan nilai-nilai positif seperti kerja keras, pentingnya keluarga, dan ketulusan dalam hubungan. Nilai-nilai ini dapat menjadi inspirasi bagi Generasi Z dalam menjalani kehidupan mereka.


Namun, konsumsi drama Korea yang berlebihan juga memiliki risiko. Banyak penonton yang terjebak dalam binge-watching, menonton berjam-jam tanpa henti, sehingga mengorbankan waktu tidur atau produktivitas. Tak jarang pula Generasi Z terlalu terobsesi dengan aktor atau karakter tertentu, yang berpotensi menciptakan ekspektasi tidak realistis dalam hubungan atau kehidupan.


Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya populer di era globalisasi. Namun, penting bagi Generasi Z untuk tetap bijak dalam mengonsumsi drama Korea. Drakor seharusnya menjadi sarana hiburan dan pembelajaran, bukan pelarian dari kenyataan atau penghalang produktivitas.


Orang tua, pendidik, dan masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendampingi Generasi Z. Dengan memahami daya tarik drakor dan dampaknya, mereka dapat membantu anak muda menyeimbangkan hiburan dengan tanggung jawab sehari-hari. Selain itu, mendiskusikan nilai-nilai positif yang terkandung dalam drakor dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkuat karakter generasi muda.


Demam drama Korea di kalangan Generasi Z adalah fenomena yang tidak bisa diabaikan. Drakor bukan hanya hiburan semata, tetapi juga jendela budaya yang membuka wawasan baru. Meski demikian, Generasi Z perlu mengonsumsi drama Korea secara bijak agar tidak terjebak dalam ekses negatifnya. Pada akhirnya, drakor adalah cerminan dari perkembangan zaman, dan bagaimana kita meresponsnya menentukan sejauh mana fenomena ini dapat membawa manfaat bagi kehidupan.[]


Pengirim :

Salsabila Zahira, Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang 

×
Berita Terbaru Update