Notification

×

Iklan

Iklan

Psikologi dan Akhlak Islam: Hubungan antara Etika dan Kesehatan Mental

Minggu, 22 Desember 2024 | Desember 22, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-22T10:40:36Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/Ilustrasi

Etika merupakan salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Dalam perspektif psikologi dan akhlak Islam, etika tidak hanya berfungsi sebagai panduan moral, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Islam mengajarkan umatnya untuk menjalani kehidupan dengan akhlak yang mulia, seperti jujur, sabar, dan rendah hati, yang ternyata selaras dengan praktik-praktik psikologi modern untuk menjaga kesehatan mental.


Etika dalam Islam sebagai Pilar Kehidupan


Etika Islam atau akhlak Islami mencakup perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur'an dan Sunnah. Prinsip-prinsip seperti kejujuran, menjaga amanah, memaafkan, dan menjauhi kebencian menjadi landasan yang membangun kehidupan individu yang damai dan harmonis. Nabi Muhammad SAW bersabda:  

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Bukhari dan Muslim).


Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam


Kesehatan mental adalah kondisi di mana seseorang mampu menjalani kehidupan dengan produktif, stabil secara emosional, dan mampu menghadapi stres. Dalam Islam, menjaga kesehatan mental tidak hanya berupa menghindari penyakit jiwa, tetapi juga mencakup usaha mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, dzikir, dan muhasabah diri. Kondisi mental yang baik dapat dicapai dengan menjaga keseimbangan antara kebutuhan spiritual, emosional, dan fisik.


Akhlak Islami sebagai Kunci Kesehatan Mental


Akhlak Islami mencakup sifat-sifat seperti sabar, tawakal, memaafkan, jujur, dan rendah hati. Semua ini bukan hanya bentuk pengabdian kepada Allah tetapi juga berfungsi sebagai mekanisme yang dapat membantu individu mengatasi tekanan mental. Misalnya:  


1. Sabar. Sikap sabar akan melahirkan pikiran yang tenang dan kehati-hatian dalam ucapan dan tindakan. Apapun yang dihadapi, orang yang sabar akan berpikir jernih untuk mencari jalan keluar dan solusi yang tepat. Dengan demikian, seseorang akan lebih mudah bersikap positif terhadap berbagai persoalan dan tidak mudah menarik kesimpulan yang negatif..  


2. Tawakal.  Dengan tawakal kita meyakini bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, oleh karena itu, kita bisa lebih mudah menghadapi situasi sulit tanpa terjebak dalam stres berlebihan.


3. Memaafkan. Memaafkan akan memberikan dampak positif berupa kebahagiaan dan ketenangan dalam diri dan dapat merasakan emosi positif, menghapuskan perasaan dendam, iri serta dengki. Selain itu juga kita akan berhenti menyakiti diri sendiri dengan tidak lagi mengingat hal menyakitkan yang pernah dilakukan seseorang terhadap kita serta terhindar dari  gangguan kesehatan mental.


4. Jujur. Kejujuran dapat menghasilkan hubungan yang lebih kuat dengan teman, keluarga, dan rekan kerja. Selain itu, bersikap jujur kepada diri sendiri dapat membantu membangun kepercayaan dalam diri sendiri, yang mengarah pada kesehatan mental yang lebih baik.


5. Rendah Hati. Kerendahan hati dapat menghasilkan lebih banyak kebahagiaan, emosi positif, dan kesejahteraan karena seseorang memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang dirinya sendiri.


Etika dan Dampaknya pada Kesehatan Mental


Dalam psikologi positif, nilai-nilai seperti kebajikan, hubungan yang sehat, dan rasa syukur diakui dapat meningkatkan kesehatan mental. Hal ini sangat sejalan dengan ajaran Islam: 1) Kejujuran membantu individu menghindari konflik batin akibat kebohongan; 2) Menjaga hubungan sosial yang baik dapat memperkuat dukungan emosional; dan 3) Bersyukur membantu kita terhubung dengan apa yang ada di luar kita, maka rasa syukur ini dapat membentuk baik relasi sosial yang baru maupun memperkuat relasi yang sudah ada. Selain itu, rasa syukur membawa kebahagiaan.


Praktik Spiritual dalam Mendukung Kesehatan Mental


Islam mengajarkan pentingnya doa, dzikir, dan ibadah lainnya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini tidak hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga memiliki efek psikologis yang signifikan : 1) Do’a. Do’a memberikan harapan dan mengurangi perasaan  putus asa; 2) Zikir. Individu yang senantiasa melaksanakan zikir cenderung lebih dekat dengan Allah, yang menyebabkan ketentraman dan kedamaian dalam jiwa mereka; 3) Shalat. Shalat berfungsi sebagai bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Allah SWT. Maka dengan shalat kita dapat memperkuat hubungan spiritua, dan memurnikan hati serta jiwa; dan 4) Muhasabah (introspeksi diri). Muhasabah membantu seseorang mengevaluasi kesalahan dan memperbaiki diri tanpa menyalahkan secara berlebihan.  


Etika Islami bukan hanya panduan moral, tetapi juga solusi yang mendukung kesehatan mental. Melalui praktik akhlak mulia, individu tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah tetapi juga menciptakan kedamaian batin yang menjadi dasar dari kesejahteraan mental.


Berikut adalah tiga ayat yang relevan dengan hubungan antara etika dan kesehatan mental:


1. Surah Ar-Ra’d: 28

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

 

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.


Penjelasan: Ayat ini menunjukkan bahwa dzikir dan mengingat Allah memberikan ketenangan hati, membantu mengatasi kecemasan dan kegelisahan.  


2. Surah Al-Furqan: 63  

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْاسَلٰمًا   


Artinya: Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.”


Penjelasan: Ayat ini mengajarkan pengendalian diri dan rendah hati, yang penting untuk menjaga hubungan sosial dan mengurangi konflik yang dapat menyebabkan tekanan mental.  


3. Surah An-Nahl: 97 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ


Artinya: Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.


Penjelasan: Berbuat baik dan beriman tidak hanya menghasilkan pahala, tetapi juga kehidupan yang baik (hayatan thayyibah), yang mencakup kesejahteraan mental.


Kesimpulan


Al-Qur'an memberikan panduan jelas tentang bagaimana etika Islami, seperti rendah hati, sabar, dan mengingat Allah, dapat mendukung kesehatan mental. Melalui implementasi nilai-nilai ini, individu dapat menjalani kehidupan yang lebih seimbang, damai, dan produktif baik secara spiritual maupun emosional.[]


Penulis :

Sevti Noer Indah, Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka

×
Berita Terbaru Update