Foto/ILUSTRASI
Ibnu Fatieh Nurzakki 1), Annisa Khoirunnisa 2), Salmah Agustina 3)
Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon. Jl. Perjuangan Sunyaragi, Cirebon 45132, Jawa Barat, Indonesia. *email: ibnuzakki001@gmail.com 1, salmaagustina701@gmail.com 2, annisaakhoirunnisa3@gmail.com3
ABSTRAK
Jangkrik (Gryllus assimilis) merupakan serangga yang kaya akan protein dan biasa digunakan sebagai pakan alami untuk hewan peliharaan. Bertenak jangkrik menjadi pilihan usaha yang menjanjikan karena siklus hidupnya yang singkat dan kebutuhan perawatan yang relatif sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi inovasi dalam usaha ternak jangkrik (Gryllus assimilis) sebagai solusi pakan bergizi untuk burung kicau dan ikan hias. Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif meliputi observasi langsung di lokasi peternakan, wawancara semi- terstruktur dengan peternak, serta mendokumentasikan proses budidaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan suhu dan kelembapan yang optimal meningkatkan kualitas jangkrik sebagai pakan. Burung kicau yang diberi pakan jangkrik menunjukkan kicauan yang lebih stabil dan durasi yang lebih panjang, sedangkan ikan hias menunjukkan warna tubuh yang lebih cerah dan gerakan yang lebih aktif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jangkrik memiliki potensi besar sebagai pakan alami yang efisien dan berkualitas tinggi, serta menawarkan peluang usaha yang menjanjikan di sektor peternakan dan pakan hewan peliharaan.
Kata Kunci: Jangkrik, Burung Kicau, Ikan Hias, Pakan Alami
PENDAHULUAN
Jangkrik (Gryllus assimilis) telah lama dikenal sebagai salah satu alternatif pakan alami yang kaya akan nutrisi. Kandungan proteinnya yang tinggi menjadikannya pakan ideal untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan hewan peliharaan, seperti burung kicau dan ikan hias (Amelia & Salim, 2021). Burung kicau yang rutin diberi jangkrik menunjukkan peningkatan kualitas suara yang signifikan, sementara ikan hias menunjukkan intensitas warna yang lebih cerah (Santoso, 2021). Namun, meskipun jangkrik memiliki banyak keunggulan, penggunaannya sebagai pakan masih kalah populer dibandingkan pakan sintetis dan konvensional, yang sering kali memiliki biaya produksi tinggi serta risiko kontaminasi bahan kimia. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan jangkrik sebagai solusi pakan alami yang lebih baik dan efisien (Widodo, 2022).
Pakan konvensional, seperti pelet berbasis jagung dan kedelai, umumnya memiliki kualitas yang baik, tetapi keberlanjutannya sering kali terkendala oleh biaya produksi yang mahal dan ketergantungan pada impor (Ibrahim & Hidayat, 2020). Selain itu, pakan sintetis juga mengandung bahan tambahan yang berpotensi menimbulkan residu kimia pada hewan peliharaan (Cahyo & Utami, 2021). Sebagai perbandingan, menurut Firmansyah et al, (2021) jangkrik tidak hanya lebih ekonomis, tetapi juga ramah lingkungan karena dapat dibudidayakan dengan menggunakan limbah organik. Teknologi budidaya jangkrik yang terus berkembang semakin memperkuat posisinya sebagai alternatif pakan yang lebih unggul dari segi kualitas maupun efisiensi (Pradana et al., 2023). Hal ini membuat jangkrik menjadi solusi potensial untuk mengatasi kebutuhan pakan hewan yang berkelanjutan.
Selain itu, jangkrik memiliki kandungan kitosan, yang tidak hanya berfungsi sebagai antioksidan alami tetapi juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh hewan peliharaan (Pramudito et al., 2023). Dengan nilai nutrisi yang hampir menyamai tepung ikan, jangkrik juga mampu mendukung produktivitas burung dan ikan tanpa menyebabkan persaingan dengan kebutuhan pangan manusia. Burung kicau yang diberi jangkrik cenderung memiliki energi lebih untuk menghasilkan kicauan yang stabil dan merdu. Di sisi lain, menurut Santoso (2021) ikan hias yang diberi pakan jangkrik menunjukkan respons positif dalam bentuk gerakan yang lebih aktif dan warna tubuh yang lebih mencolok. Keunggulan-keunggulan ini menjadikan jangkrik lebih unggul dibandingkan pakan konvensional lainnya.
Pemanfaatan jangkrik sebagai pakan tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi burung kicau dan ikan hias, tetapi juga membuka peluang usaha yang menjanjikan (Widodo, 2022). Budidaya jangkrik yang mudah dan cepat memungkinkan produksi dalam skala besar dengan biaya yang relatif rendah. Limbah jangkrik, seperti eksoskeletonnya, juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi, yang menambah nilai ekonomi budidaya ini (Firmansyah et al., 2021). Dengan menggabungkan inovasi dalam pengelolaan budidaya dan teknologi pemasaran, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses budidaya jangkrik, menggali inovasi yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas hasil ternak, dan mendokumentasikan pengalaman peternak dalam menyediakan jangkrik sebagai pakan untuk burung kicau dan ikan hias.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di salah satu lokasi peternakan jangkrik di wilayah Cirebon, yang berlangsung pada hari jum’at 6 Desember 2024. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mode survei, yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai praktik budidaya jangkrik serta manfaatnya sebagai pakan burung kicau dan ikan hias. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara semi-terstruktur dengan peternak jangkrik, serta studi literatur yang relevan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan tematik, untuk mendapatkan gambaran mendalam mengenai inovasi dalam budidaya jangkrik dan dampaknya terhadap kualitas pakan serta performa hewan peliharaan. Selama observasi, peneliti juga mendokumentasikan kondisi lingkungan peternakan, serta metode budidaya yang diterapkan oleh peternak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jangkrik (Gryllus assimilis) merupakan serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera dengan ciri morfologi yang khas. Tubuhnya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kepala, toraks, dan abdomen, serta memiliki ukuran tubuh sekitar 2–5 cm tergantung spesies dan tahap pertumbuhannya. Warna tubuh jangkrik umumnya cokelat kehitaman dengan tekstur tubuh yang keras, dilindungi oleh eksoskeleton dari kitin. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena panjang yang berfungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi lingkungan. Sayap jangkrik yang terlipat di atas punggungnya tidak hanya berfungsi untuk melindungi tubuh, tetapi juga menghasilkan suara khas melalui mekanisme stridulasi. Kaki belakang yang panjang dan kuat memungkinkan jangkrik untuk melompat dengan jarak yang cukup jauh, sementara kakinya yang lain dilengkapi duri-duri kecil untuk memudahkan pergerakan di berbagai permukaan. Morfologi jangkrik ini mendukung adaptasinya di berbagai habitat, termasuk lingkungan budidaya yang disiapkan oleh manusia (Rahman., et al ,2021).
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Haglotettigoniidae
Genus : Gryllus
Species : Gryllus assimilis
Author : Fabricius, 1775.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak jangkrik, tahapan awal dalam budidaya dimulai dengan persiapan media dan pembuatan kandang untuk penempatan telur jangkrik. Telur jangkrik diletakkan di atas tumpukan media selama 1-12 hari hingga menetas. Harga telur jangkrik diperkirakan sekitar Rp260.000,-/Ons, dan satu ons telur dapat menghasilkan sekitar 10 karung jangkrik. Jangkrik siap panen ketika usianya mencapai 28 hari.
Pada tahap awal pemeliharaan, jangkrik diberi pakan berupa pur protein tinggi selama satu minggu pertama, yang kemudian diganti dengan pur protein sedang hingga waktu panen. Kondisi suhu yang panas menjadi tantangan tersendiri, di mana media pemeliharaan harus dicelupkan ke dalam air untuk mempertahankan kelembapan, dan untuk menjaga kestabilan suhu, media dapat ditutup dengan plastik. Proses pemeliharaan ini juga memerlukan pengaturan suhu dan kelembapan yang tepat untuk meningkatkan efisiensi budidaya. Menurut Rahman et al. (2021), suhu dan kelembapan yang tepat sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup dan kualitas jangkrik.
Pengelolaan kelembapan yang buruk dapat menyebabkan stres pada jangkrik dan memengaruhi produktivitas budidaya. Oleh karena itu, pengelolaan suhu dan kelembapan yang optimal menjadi kunci keberhasilan dalam budidaya jangkrik.
Menurut Wulandari dan Yani (2022), pengelolaan suhu dan kelembapan yang baik adalah faktor penting dalam meningkatkan hasil budidaya jangkrik. Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan kematian atau penurunan kualitas jangkrik, sedangkan kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan stres pada jangkrik. Oleh karena itu, pengaturan kelembapan yang optimal dengan menambahkan air pada media sangat penting untuk mempertahankan kondisi yang ideal bagi perkembangan
jangkrik. Selain itu, penutupan dengan plastik atau jaring berpori membantu menjaga sirkulasi udara yang cukup dan mengurangi fluktuasi suhu yang dapat merugikan pertumbuhan jangkrik.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa jangkrik yang sudah dipanen dijual dengan harga bervariasi, tergantung pada tempat dan konsumen. Jika dijual di kios, harga jangkrik sekitar Rp30.000,-/karung, sementara jika dijual langsung pada konsumen, harga bisa mencapai Rp40.000,-/karung. Jangkrik ini umumnya digunakan sebagai pakan ikan, burung kicau, dan untuk memancing di empang. Pemasaran jangkrik bisa sangat fluktuatif, tergantung pada jumlah peternak dan permintaan pasar. Omset penjualan per bulan dapat mengalami kenaikan atau penurunan tergantung dari banyaknya peternak jangkrik dan kebutuhan konsumen. Dalam hal ini, Kusuma et al, (2023) mengungkapkan bahwa pemasaran produk jangkrik dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal
seperti musim dan jumlah peternak yang ada di suatu wilayah. Pada saat permintaan meningkat, harga jual dapat lebih tinggi, namun sebaliknya, jika pasokan jangkrik melimpah dan permintaan menurun, harga akan menurun. Oleh karena itu, keberhasilan dalam pemasaran jangkrik sangat bergantung pada pengelolaan produksi yang efisien dan strategi pemasaran yang tepat, seperti membangun hubungan langsung dengan konsumen atau kios-kios yang membeli jangkrik dalam jumlah besar.
Selain itu, Zulkarnain dan Sari (2022) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi digital dalam pemasaran produk jangkrik dapat memperluas jangkauan pasar, termasuk potensi ekspor. Peternak jangkrik yang dapat memanfaatkan platform digital untuk menjual produknya bisa menjangkau konsumen yang lebih luas dan meningkatkan stabilitas pendapatan. Pemasaran melalui kios dan konsumen langsung memang masih menjadi cara utama, namun dengan berkembangnya teknologi, peluang untuk memperluas pasar menjadi lebih besar, membuka peluang usaha yang lebih menguntungkan.
Berdasarkan hasil observasi, jangkrik memberikan dampak positif terhadap kualitas suara burung kicau, yang menjadi lebih stabil dan merdu setelah mengonsumsi jangkrik. Selain itu, ikan hias yang diberi jangkrik menunjukkan warna tubuh yang lebih cerah dan gerakan yang lebih aktif. Keunggulan jangkrik sebagai pakan alami terletak pada kandungan protein tinggi yang mendukung pertumbuhan dan kesehatan hewan peliharaan. Jangkrik yang sehat memiliki perilaku aktif, dengan ciri khas saat berada di dalam kandang, jangkrik yang sehat akan lebih suka berinteraksi dan tidak mengumpat di bawah. Setiawan (2021) menyatakan bahwa jangkrik mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh burung kicau untuk meningkatkan vitalitas dan memperbaiki kualitas suara mereka. Kandungan protein dan asam amino dalam jangkrik membantu mendukung metabolisme tubuh burung kicau sehingga mereka dapat menghasilkan suara yang lebih baik.
Menurut Fitria et al. (2020), pakan jangkrik juga memiliki dampak positif pada ikan hias, terutama dalam meningkatkan kualitas warna tubuh ikan. Kandungan protein dan lemak dalam jangkrik mendukung proses metabolisme ikan, sehingga ikan menjadi lebih aktif dan warnanya lebih cerah. Pemberian jangkrik secara rutin sebagai pakan alami juga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh ikan hias, yang pada akhirnya meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Keunggulan jangkrik sebagai pakan alami sangat jelas terlihat, baik ada burung kicau maupun ikan hias, yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam performa mereka setelah diberi pakan jangkrik secara teratur.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai budidaya jangkrik, dapat disimpulkan bahwa jangkrik merupakan pakan alami yang efektif dan bergizi bagi burung kicau dan ikan hias. Proses budidaya jangkrik dimulai dengan penyiapan media yang tepat, pengaturan suhu dan kelembapan, serta pemberian pakan yang sesuai dengan tahap perkembangan jangkrik. Pemasaran jangkrik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan pasar, namun dengan strategi pemasaran yang tepat dan pemanfaatan teknologi digital, potensi pasar dapat diperluas. Selain itu, jangkrik terbukti memberikan manfaat signifikan dalam meningkatkan kualitas suara burung kicau dan memperbaiki warna tubuh ikan hias, berkat kandungan protein dan asam amino yang tinggi. Oleh karena itu, budidaya jangkrik tidak hanya menguntungkan bagi peternak, tetapi juga dapat mendukung keberlanjutan dalam penyediaan pakan alami yang berkualitas untuk hewan peliharaan.[]
REFERENSI
Amelia, R., & Salim, M. (2021). Diversifikasi produk jangkrik untuk pakan hewan peliharaan. Jurnal Teknologi Pakan, 15(2), 88-98.
Cahyo, D., & Utami, A. (2021). Keamanan jangkrik dalam pakan alami hewan. Jurnal Pangan dan Gizi, 18(1), 20-30.
Firmansyah, I., Wibowo, B., & Taufik, A. (2021). Pemanfaatan limbah jangkrik sebagai pupuk organik. Jurnal Agronomi Indonesia, 10(2), 75-82.
Fitria, S., Akbar, R., & Purnama, W. (2020). Pengaruh pakan jangkrik terhadap pertumbuhan ikan hias. Jurnal Perikanan Indonesia, 22(3), 156-163.
Ibrahim, N., & Hidayat, A. (2020). Pemberdayaan masyarakat melalui usaha ternak jangkrik. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 8(1), 115-120.
Kusuma, A., Pratama, B., & Aditya, P. (2023). Pengelolaan limbah organik dalam budidaya jangkrik. Jurnal Teknologi Lingkungan, 17(3), 134-145.
Pradana, I., Fajar, T., & Lestari, N. (2023). Budidaya Jangkrik Sebagai Pakan Alternatif untuk Burung dan Ikan Hias. Malang: UB Press.
Pramudito, A., Soewono, S., & Nugroho, H. (2023). Kitosan dalam jangkrik dan manfaatnya bagi kesehatan hewan. Jurnal Ilmu Peternakan, 14(1), 112-120.
Rahman, F., Suryani, R., & Kurniawan, E. (2021). Teknologi pemeliharaan jangkrik dalam pakan ternak. Jurnal Ilmu Pertanian, 20(4), 195-210.
Santoso, A. (2021). Pemanfaatan Pakan Alami untuk Burung dan Ikan Hias: Perspektif Nutrisi dan Estetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sari, W. (2022). Inovasi budidaya jangkrik untuk industri pakan hewan. Jurnal Teknologi Budidaya, 18(1), 98-104.
Setiawan, I. (2021). Pemanfaatan jangkrik sebagai pakan alami untuk burung kicau.
Jurnal Peternakan Indonesia, 22(3), 120-130.
Widodo, R. (2022). Inovasi Pakan Alami: Dampaknya pada Kesehatan dan Estetika Hewan Peliharaan. Bandung: Alfabeta.
Wulandari, R., & Yani, F. (2022). Pengaruh suhu dan kelembaban dalam budidaya jangkrik. Jurnal Agroindustri, 19(2), 142-150.
Zulkarnain, M., & Sari, H. (2022). Teknologi pemasaran produk jangkrik dalam industri internasional. Jurnal Pemasaran Global, 11(3), 105-112.