Notification

×

Iklan

Iklan

Dampak Pencemaran Terhadap Keberlangsungan Hidup Avertebrata

Minggu, 29 Desember 2024 | Desember 29, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-29T02:54:32Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

(Foto/Ilustrasi)

Oleh : Nisa Rimzatul Zahra1, Salsabilla Nindira Jasmine2, Syahdhiwa Pratmavienna3

Author 1 Tadris Biologi/UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia., nisarimzatul@gmail.com

Author 2 Tadris Biologi/ UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia., salsabilanindira7@gmail.com

Author 3 Tadris Biologi/ UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, 45132, Indonesia., adhiwa05@gmail.com


ABSTRACT

Environmental pollution is one of the biggest threats to aquatic ecosystems, especially in invertebrate organisms such as gastropods. As bioindicators, gastropods have an important role in aquatic ecosystems, both as decomposers and environmental quality indicators. This research aims to analyze the impact of pollution on the survival of the gastropod. The research was conducted qualitatively through direct observation in fresh water and detergent water with organic waste. The research was conducted with periodic observations of the behavior, physiological conditions and survival of gastropods. This research emphasizes the importance of maintaining the quality of the aquatic environment to protect biodiversity while minimizing negative impacts on human health who depend on aquatic ecosystems.


Key words: Gastropods, pollution, detergent, survival, air quality


ABSTRAK

Pencemaran lingkungan menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem perairan, terutama pada organisme avertebrata seperti gastropoda. Sebagai bioindikator, gastropoda memiliki peran penting dalam ekosistem perairan, baik sebagai dekomposer maupun indikator kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pencemaran terhadap kelangsungan hidup gastropoda. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui pengamatan langsung pada air tawar dan air detergen dengan limbah organik. Penelitian dilakukan dengan pengamatan berkala terhadap perilaku, kondisi fisiologis, dan kelangsungan hidup gastropoda. Penelitian ini menegaskan pentingnya menjaga kualitas lingkungan perairan untuk melindungi keanekaragaman hayati sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia yang bergantung pada ekosistem perairan.


Kata kunci: Gastropoda, pencemaran, detergen, kelangsungan hidup, kualitas air


I.  PENDAHULUAN


Pencemaran lingkungan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem perairan, terutama terhadap organisme avertebrata seperti gastropoda. Sebagai bagian dari kelompok moluska, gastropoda mencakup berbagai spesies seperti siput dan keong yang memiliki peran penting dalam siklus ekosistem perairan. Gastropoda tidak hanya berfungsi sebagai dekomposer yang membantu mendaur ulang bahan organik, tetapi juga sebagai indikator kesehatan lingkungan. Sayangnya, aktivitas manusia seperti pembuangan limbah domestik, industri, dan pertanian telah mencemari habitat mereka, sehingga memengaruhi kelangsungan hidup gastropoda dan menurunkan kualitas ekosistem (Surya D, 2023).


Pencemaran oleh bahan kimia seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik berbahaya dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi biologis gastropoda. Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh mereka dapat memengaruhi sistem respirasi, reproduksi, dan metabolisme. Selain itu, pestisida dari limbah pertanian dapat menyebabkan kematian massal gastropoda atau menurunkan tingkat keberhasilan reproduksi mereka. Perubahan kualitas air, seperti rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar zat beracun, semakin memperburuk kondisi habitat, sehingga membuat gastropoda rentan terhadap kepunahan (Paudi D, 2019).


Selain menjadi korban pencemaran, gastropoda memiliki nilai ekologis yang signifikan sebagai bioindikator. Keberadaan gastropoda tertentu sering digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran di suatu perairan. Misalnya, spesies yang toleran terhadap lingkungan tercemar dapat menunjukkan adanya polusi berat, sedangkan penurunan keanekaragaman gastropoda menunjukkan degradasi ekosistem. Hilangnya gastropoda tidak hanya merugikan siklus ekosistem perairan tetapi juga memengaruhi organisme lain yang bergantung pada mereka dalam rantai makanan (Wahyuni S, 2023).


Pencemaran yang memengaruhi gastropoda juga berdampak pada manusia. Gastropoda yang terkontaminasi logam berat atau bahan kimia berbahaya dapat memasuki rantai makanan melalui konsumsi langsung oleh manusia atau melalui predator lainnya. Konsumsi gastropoda yang tercemar dapat meningkatkan risiko kesehatan, seperti keracunan logam berat dan gangguan fungsi organ tubuh. Dampak ini menegaskan pentingnya menjaga kualitas lingkungan perairan tidak hanya untuk kelangsungan hidup gastropoda tetapi juga untuk kesehatan manusia (Umam M, 2024).


Penelitian mengenai dampak pencemaran terhadap keberlangsungan hidup gastropoda menjadi langkah penting untuk memahami dan mengatasi masalah lingkungan ini. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan strategi pengelolaan lingkungan yang lebih efektif, seperti pengendalian limbah dan rehabilitasi habitat. Dengan demikian, perlindungan terhadap gastropoda tidak hanya melestarikan satu kelompok organisme, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem perairan secara keseluruhan (Rusmana R, 2021).


II.  METODE PENELITIAN


Pada penelitian ilmiah kali ini, riset ini dilakukan pada tanggal 7-8 Desember 2024 di Kec. Kesambi Kota Cirebon , menggunakan metode kualitatif (pengamatan langsung). Adapun hewan yang dipilih sebagai bahan riset yaitu gastropoda yang ditemukan pada lokasi penelitian. Dilakukan dua perlakuan pengamatan di mana hewan diamati perubahan kondisi fisiologis avertebrata secara berkala pada air tawar dan air limbah yang merupakan campuran detergen dengan limbah organik dari sisa sayur busuk. Hasil menunjukkan kelangsungan hidup, perubahan fisiologis, lalu analisis hubungan dengan konsentrasi deterjen.


III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gastropoda merupakan kelompok moluska yang sangat beragam, yang mencakup berbagai spesies seperti bekicot (Achatina fulica) dan keong mas (Pomacea canaliculata). Sebagai organisme yang hidup di berbagai habitat, baik di darat maupun perairan tawar, gastropoda memainkan peran penting dalam ekosistem, termasuk sebagai pemakan detritus, alga, dan sebagai sumber pakan bagi predator. Berdasarkan habitat hidupnya, gastropoda terdiri atas gastropoda epifauna dan infauna di wilayah intertidal. Gastropoda infauna hidup di dalam tanah atau substrat, sedangkan gastropoda epifauna hidup di atas substrat dan juga menempel pada permukaan lamun dan makro alga. Kawasan intertidal memiliki luasan yang cukup terbatas, namun mempunyai kondisi lingkungan yang sangat bervariasi sehingga daerah ini memiliki keanekaragaman jenis organisme yang tinggi, salah satunya yaitu gastropoda. Biota tersebut dapat beradaptasi secara baik dengan beragam variasi dan fluktuasi habitat (Arumdini et al., 2024). Pada dampak pencemaran terhadap keberlangsungan hidup avertebrata (gastropoda), dilakukan pengamatan terhadap perubahan kondisi lingkungan dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan hidup gastropoda. Hasil pengamatan gastropoda dapat dilihat pada Tabel 1.


Hasil menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara media air tawar dan media air yang terkontaminasi dengan detergen dan limbah organik. Pada pengamtan menggunakan jenis gastropoda yaitu bekicot (Achatina fulica) dan keong mas (Pomacea canaliculata), dimana pada air tawar, pH air tawar mengalami penurunan dari 7 (netral) menjadi 6 (sedikit asam). Penurunan ini dapat disebabkan oleh aktivitas metabolisme gastropoda yang menghasilkan senyawa asam, seperti karbon dioksida terlarut. Dari 5 individu awal, hanya 2 yang bertahan hidup, sementara 3 lainnya mati. Penurunan jumlah ini dapat diakibatkan oleh keterbatasan oksigen terlarut atau kurangnya sumber makanan yang mendukung kelangsungan hidup gastropoda. Pada air campuran detergen dan limbah organik, pH yang sangat basa pada awalnya (pH 13) disebabkan karena kandungan detergen, yang kemudian menurun menjadi pH 10. Penurunan pH ini dapat disebabkan oleh proses degradasi limbah organik yang menghasilkan senyawa asam, seperti asam organik. Dari 5 individu awal, seluruhnya mati. Ini menunjukkan bahwa media dengan kombinasi detergen dan limbah organik memiliki efek toksik yang sangat kuat pada gastropoda. Detergen diketahui merusak membran sel organisme air, sementara limbah organik dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut karena aktivitas dekomposer.


Gastropoda memiliki toleransi air yang luas untuk menunjukkan hubungan antara air dan bahan yang terkontaminasi di dalam tubuhnya. Kelimpahan gastropoda berkaitan erat dengan kualitas air dari faktor fisika, kimia, dan biologi perairan serta toleransi dan kesensitifan jenis organisme gastropoda pada suatu perairan. Faktor fisika perairannya seperti kecerahan, kecepatan arus, kedalaman, dan suhu, sedangkan faktor kimia perairannya seperti pH air, DO (Dissolved oxygen) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand) sebagai bahan organik. Beberapa gastropoda memiliki kemampuan hidup di semua kondisi lingkungan atau dapat disebut kosmopolit. Salah satu contohnya adalah Melanoides tuberculata (Raiba et al., 2022). Menurut Mujiono et al. (2019), hanya dua jenis gastropoda yang dapat bertahan terhadap pencemaran yaitu Melanoides tuberculata dan Fasciolaria  javanica. Perbedaan total kelimpahan gastropoda di suatu perairan dapat disebabkan oleh perbedaan kualitas perairan seperti bahan pencemar yang terdapat pada lokasi tersebut. Gastropoda merupakan siput yang berperan sebagai detristus feeder. Perannya mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi dalam air untuk mendapatkan makanan yang mengendap di dasar perairan.


Air tawar merupakan habitat alami bagi banyak gastropoda, termasuk bekicot dan keong mas, karena memiliki kadar garam yang rendah dan kandungan oksigen yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan air laut. Gastropoda air tawar, seperti keong mas, mengandalkan kualitas air yang baik untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Air yang tercemar atau memiliki kadar oksigen yang rendah dapat menyebabkan stres fisiologis pada gastropoda. Sebagai contoh, penelitian oleh Araujo et al. (2018) menunjukkan bahwa penurunan kualitas air, seperti peningkatan suhu dan penurunan oksigen terlarut, dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan dan aktivitas makan pada keong mas. Selain itu, kondisi air yang buruk dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyaring oksigen, yang berujung pada penurunan efisiensi respirasi dan penurunan kesehatan secara keseluruhan. Pengaruh ini lebih signifikan jika kualitas air terus menurun, menyebabkan kematian pada larva gastropoda dan mengurangi populasi secara keseluruhan. Kualitas air yang buruk juga berpotensi menyebabkan gangguan pada proses metabolisme dan sistem pernapasan, yang penting untuk kelangsungan hidup gastropoda.


Di sisi lain, air yang mengandung detergen dapat memberikan dampak yang lebih buruk bagi gastropoda, karena detergen mengandung bahan kimia yang dapat merusak membran sel dan mengganggu keseimbangan osmotik tubuh mereka. Detergen yang masuk ke perairan melalui limbah domestik atau industri mengandung senyawa seperti surfaktan, fosfat, dan bahan kimia lainnya yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air. Berdasarkan penelitian oleh Ghosh et al. (2014), paparan detergen pada gastropoda dapat menyebabkan kerusakan jaringan akibat stres oksidatif, yang mengarah pada kerusakan pada organ-organ penting seperti sistem pencernaan dan pernapasan. Pada keong mas, misalnya, penurunan kadar oksigen akibat paparan detergen menyebabkan gangguan pada kemampuan respirasi mereka, yang dapat memperburuk keadaan mereka, terutama dalam kondisi lingkungan yang sudah terdegradasi. Selain itu, efek dari paparan detergen dapat memperburuk infeksi patogen pada tubuh gastropoda karena lapisan pelindung tubuh mereka, seperti mukus, dapat terdegradasi akibat bahan kimia dalam detergen.


Selain itu, efek jangka panjang dari paparan detergen pada gastropoda juga perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Penelitian oleh Kumar et al. (2017) menunjukkan bahwa senyawa dalam detergen dapat mempengaruhi perilaku makan dan reproduksi, gastropoda yang terpapar detergen menunjukkan penurunan aktivitas makan, yang mengarah pada malnutrisi dan penurunan pertumbuhan tubuh. Hal ini terutama terjadi pada bekicot, yang bergantung pada asupan makanan yang konsisten untuk mempertahankan metabolisme tubuh mereka. Penurunan kecepatan pertumbuhan dan aktivitas makan ini dapat mengurangi kemungkinan keberhasilan reproduksi dan menyebabkan penurunan populasi gastropoda. Selain itu, paparan detergen yang terus-menerus dapat mengganggu keseimbangan mikroflora usus gastropoda, yang pada gilirannya mengurangi efisiensi pencernaan mereka.


pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen (H⁺) dalam larutan yang menggambarkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu lingkungan. Rentang pH yang optimal untuk kelangsungan hidup berbagai organisme sangat tergantung pada kemampuan spesies tersebut untuk beradaptasi dengan perubahan tingkat keasaman atau kebasaan. Dalam konteks ekologi akuatik, pH mempengaruhi kualitas air yang berdampak langsung pada berbagai organisme, termasuk gastropoda. Gastropoda merupakan kelompok mollusca yang meliputi berbagai spesies, termasuk bekicot (Achatina fulica) dan keong mas (Pomacea canaliculata), yang ditemukan baik di habitat terestrial maupun perairan tawar. Keong mas, misalnya, memiliki kecenderungan untuk hidup di perairan tawar dengan pH netral hingga sedikit basa, sementara bekicot lebih sering ditemukan di tanah dengan pH yang netral hingga sedikit asam. Pahami bahwa perubahan pH yang ekstrem, baik menuju kondisi asam (pH rendah) atau basa (pH tinggi), dapat memengaruhi berbagai aspek fisiologi gastropoda, termasuk metabolisme, pembentukan cangkang, serta kelangsungan hidup mereka secara keseluruhan.


pH lingkungan sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan kelangsungan hidup gastropoda. Pada pH yang ideal, gastropoda dapat menjalankan proses biologis mereka dengan efisien, termasuk metabolisme yang berkaitan dengan pernapasan, pencernaan, dan reproduksi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siddall et al. (2014), ditemukan bahwa keong mas yang hidup di perairan tawar dengan pH antara 6 dan 8 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang optimal. Namun, ketika pH lingkungan bergerak ke arah nilai ekstrem, baik rendah maupun tinggi, gastropoda mulai mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan. Pada pH yang lebih rendah, ion hidrogen yang berlebihan dapat merusak dinding sel dan struktur organ dalam tubuh gastropoda, yang pada akhirnya mengurangi kemampuan mereka untuk bertahan hidup. Sebaliknya, pada pH tinggi gangguan pada sistem pencernaan dan respirasi juga dapat terjadi karena penurunan ketersediaan oksigen terlarut dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa keberlangsungan hidup gastropoda sangat bergantung pada kestabilan pH lingkungan mereka.


pH rendah, yang menunjukkan kondisi asam, dimana menjadi salah satu faktor lingkungan yang dapat mengancam kelangsungan hidup gastropoda, terutama di habitat perairan tawar dan tanah terestrial. pH rendah dapat menurunkan kelarutan kalsium dalam air, yang mempengaruhi proses kalsifikasi cangkang gastropoda. Cangkang yang lemah dapat membuat gastropoda lebih rentan terhadap predator dan stres fisik. Menurut Wood et al. (2008), gastropoda yang hidup dalam kondisi pH rendah memiliki cangkang yang lebih tipis dan rapuh, yang mengurangi kemampuannya untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang tidak bersahabat. Selain itu, pH rendah juga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh gastropoda, yang dapat merusak struktur sel dan mengganggu fungsi fisiologis mereka. Gastropoda yang hidup dalam air dengan pH rendah juga cenderung mengalami penurunan metabolisme dan aktivitas makan, yang pada akhirnya mengarah pada penurunan pertumbuhan dan tingkat reproduksi. Dalam studi lain oleh Lussier et al. (2007), ditemukan bahwa gastropoda yang hidup di lingkungan asam mengalami gangguan dalam sistem respirasi mereka, dengan penurunan kemampuan untuk menyaring oksigen terlarut, sehingga meningkatkan risiko hipoksia atau kekurangan oksigen.


Selain pH rendah, pH tinggi atau lingkungan yang bersifat basa juga memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup gastropoda, meskipun dampaknya mungkin berbeda dengan yang terjadi pada pH rendah. Di lingkungan dengan pH yang sangat tinggi, gastropoda mengalami kesulitan dalam memperoleh kalsium untuk pembentukan cangkang mereka. Hal ini karena kelarutan kalsium meningkat pada pH tinggi, tetapi mekanisme pengendapan kalsium untuk membentuk cangkang yang kokoh terganggu, yang menyebabkan cangkang menjadi rapuh dan lebih mudah rusak. Selain itu, pH tinggi dapat mengganggu sistem enzimatik dalam tubuh gastropoda, mempengaruhi metabolisme mereka, dan menghambat proses pencernaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baker & Andrews (2013), ditemukan bahwa keong mas yang hidup dalam perairan dengan pH tinggi mengalami gangguan pada sistem pencernaan mereka, yang mengarah pada penurunan kemampuan untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Peningkatan pH yang tinggi juga mempengaruhi sistem pernapasan, karena oksigen terlarut menjadi lebih sedikit dan mengurangi ketersediaan oksigen bagi gastropoda.


Cangkang merupakan bagian yang sangat penting dari tubuh gastropoda, memberikan perlindungan terhadap predator dan faktor lingkungan yang merugikan. pH lingkungan yang tidak optimal dapat mengganggu proses kalsifikasi cangkang. Pada kondisi pH rendah, ion hidrogen yang berlebihan dalam air atau tanah mengurangi kelarutan kalsium dan menghambat proses pembentukan cangkang yang kuat. Hal ini mengarah pada pembentukan cangkang yang lebih tipis dan rapuh, sehingga gastropoda menjadi lebih rentan terhadap kerusakan fisik dan serangan predator. Di sisi lain, pH tinggi juga dapat mengganggu proses pengendapan kalsium dan memperburuk pembentukan cangkang. Ghosh et al. (2014) menyatakan bahwa gastropoda yang hidup dalam air dengan pH ekstrem, baik rendah maupun tinggi, menunjukkan penurunan kualitas cangkang mereka. Hal ini mengurangi kemampuan cangkang untuk melindungi tubuh gastropoda dari bahaya eksternal dan meningkatkan kerentanannya terhadap ancaman lingkungan.


Reproduksi gastropoda, sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mereka, termasuk pH. Kondisi pH yang tidak sesuai dapat mengurangi kualitas sperma dan telur, serta mengganggu proses fertilisasi. Penurunan pH dapat mempengaruhi kelarutan mineral penting dalam air atau tanah, yang memengaruhi keberhasilan reproduksi. Dalam studi yang dilakukan oleh Siddall et al. (2014), ditemukan bahwa gastropoda yang hidup di perairan dengan pH sangat rendah menunjukkan penurunan fertilisasi telur dan kualitas sperma, yang mengarah pada penurunan jumlah keturunan yang berhasil menetas, penurunan jumlah telur yang dibuahi dan kelangsungan hidup larva dalam kondisi pH yang ekstrem. Penurunan kualitas reproduksi pada gastropoda menunjukkan bahwa pH yang optimal sangat penting untuk mempertahankan populasi mereka.


Selain pH, polusi kimia, terutama detergen, juga memberikan dampak buruk pada kelangsungan hidup gastropoda. Detergen mengandung surfaktan dan bahan kimia lain yang dapat merusak struktur membran sel dan menurunkan kualitas air dengan mengurangi kadar oksigen terlarut. Penurunan oksigen ini sangat berbahaya bagi gastropoda karena mereka membutuhkan oksigen untuk proses respirasi. Jones et al. (2011) menunjukkan bahwa gastropoda yang terpapar detergen mengalami penurunan tingkat kelangsungan hidup akibat kerusakan pada sistem pernapasan mereka. Paparan detergen juga dapat merusak lapisan pelindung tubuh gastropoda, meningkatkan kerentanannya terhadap infeksi dan penyakit. Selain itu, detergen juga dapat merusak struktur cangkang mereka, memperburuk kondisi fisiologis gastropoda, dan mengurangi kemampuan mereka untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang tercemar.


Interaksi antara perubahan pH yang ekstrem dan paparan detergen dapat memperburuk kondisi kelangsungan hidup gastropoda. Kondisi pH yang rendah atau tinggi yang ditambah dengan polusi detergen dapat meningkatkan stres fisiologis pada gastropoda. Penurunan kadar oksigen yang terlarut akibat detergen menjadi lebih parah ketika pH berada pada tingkat yang tidak sesuai dengan kebutuhan fisiologis gastropoda. Ghosh et al. (2014) mencatat bahwa keong mas yang hidup di perairan dengan pH rendah dan terpapar detergen menunjukkan penurunan yang signifikan dalam aktivitas makan, mobilitas, dan kualitas cangkang mereka. Interaksi antara kedua faktor ini menyebabkan gangguan yang lebih parah dalam sistem pernapasan dan metabolisme gastropoda, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan tingkat kelangsungan hidup mereka.


Secara keseluruhan, penting untuk menjaga kualitas air agar mendukung keberlangsungan hidup gastropoda dan organisme akuatik lainnya. Dalam konteks ini, penelitian lebih lanjut tentang dampak jangka panjang dari pencemaran air, khususnya oleh detergen, terhadap gastropoda sangat diperlukan untuk memahami lebih dalam bagaimana kontaminasi ini memengaruhi ekosistem akuatik secara keseluruhan. 


IV.  SIMPULAN


Studi tentang pengaruh pH dan detergen terhadap gastropoda memberikan wawasan penting mengenai bagaimana faktor lingkungan dapat memengaruhi kelangsungan hidup spesies ini. pH yang tidak optimal, baik rendah maupun tinggi, serta kontaminasi detergen, dapat menyebabkan gangguan signifikan dalam berbagai aspek fisiologi gastropoda. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap kehidupan gastropoda, termasuk bekicot dan keong mas. Air tawar yang bersih dan kaya oksigen memberikan kondisi ideal bagi gastropoda untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan air yang tercemar oleh detergen dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang signifikan. Pencemaran air oleh detergen tidak hanya mempengaruhi sistem pernapasan dan pencernaan gastropoda, tetapi juga dapat merusak kemampuan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kestabilan pH dan kualitas air dalam upaya melindungi ekosistem dan spesies gastropoda.


DAFTAR PUSTAKA


Arumdini, G., Pulungsari, A.E., & Sastranegara, M.H. (2024). Kelimpahan Gastropoda pada Sungai Mengaji di Kabupaten Banyumas. BioEksakta: Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 6(3), 198-205. 


Budhiawan , A. (2022). Analisis Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Faktor Sosial dan Ekonomi pada Wilayah Pesisir di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(1); 640-649.


Dewi, A. P. (2023). Gastropoda sebagai indikator pencemaran lingkungan di sungai urban. Jurnal Ekologi Perairan Tropis, 5(2), 102-110.


Dharma, S. (2019). Gastropoda umumnya ditemukan hidup di daerah hutan bakau, substrat berlumpur atau tergenang air. Jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, 9(4), 142-150. 


Fitri, N. (2021). Indeks Ekologi Gastropoda sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran Air Tawar Situ Bangendit. Jurnal Life Science, 12(2), 45-58.


Kadim, M. (2021). Kondisi Habitat Fisik dan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Indikator Pencemaran di Sungai Bone Gorontalo. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 20(3), 350- 360. 


Maulana, F. (2017). Kanekaragaman  dan Kelimpahan Gastropoda Pada Persawahan Desa Sungai Pinang Baru Kabupaten Banjar. Jurnal Pendidikan Hayati, 3 (2) :55-66. 


Mujiono, N., Afriansyah, A., Putera, A. K., Atmowidi, T., & Priawandiputra, W. (2019). Keanekaragaman dan komposisi keong air tawar (mollusca: gastropoda) di beberapa Situ Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. LIMNOTEK-Perairan Darat Tropis di Indonesia, 26(2).


Paudi, D. (2019). Indeks Kepadatan Gastropoda di Berbagai Habitat Perairan. Jurnal Ekosistem Laut, 10(3), 67-77. 


Rahman , I.(2024). Biodiversitas Gastropoda dan Pengaruh Parameter Lingkungan terhadap Kelimpahan Gastropoda di Lahan Mangrove Silvofishery Desa Eyat Mayang, Lombok Barat. Journal of Marine Research, 13 (3); 555-567. 


Raiba, R., Ishak, E., & Permatahati, Y. I. (2022). Struktur Komunitas Gastropoda Epifauna Intertidal di Perairan Desa Lampanairi Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. Jsipi (Jurnal Sains Dan Inovasi Perikanan)(Journal Of Fishery Science And Innovation), 6(2), 87-102.


Rusmana, R. (2021). Bioindikator Gastropoda dalam Menilai Tingkat Pencemaran Perairan Mangrove. Jurnal Ekologi Mangrove, 6(2), 89-98. 


Surya, D. (2023). Analisis Keanekaragaman Gastropoda pada Habitat Berbeda. Jurnal Zoologi Indonesia, 19(2), 123-134.


Tetelepta, L. (2019). Keanekaragaman Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Pantai Waisisil. Rumphius Pattimura Biological Journal, 1(2), 28-36. 


Umam, M. (2024). Keanekaragaman dan habitat gastropoda di muara Sungai Ketahun Bengkulu Utara. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains, 7(1), 68-79. 


Wahida, N. (2024). Biodiversitas Gastropoda dan Pengaruh Parameter Lingkungan di Lahan Mangrove Silvofishery. Journal of Marine Research, 13(3), 555-567. 


Wahyu, A. (2024). Dampak Mikroplastik pada Gastropoda di Perairan Pesisir Timur Surabaya. ITS Repository, 15(4), 210-220. 


Wahyuni, S. (2023). Pengaruh Parameter Lingkungan terhadap Keanekaragaman Gastropoda. Jurnal Biologi Tropis, 18(1), 56-66. 

×
Berita Terbaru Update