Foto/ILUSTRASI
Generasi Z atau lebih di kenal dengan sebutan Gen-Z adalah sebutan untuk orang yang lahir pada tahun 1997-2012. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, terdapat 71,5 juta jiwa dari 270,2 juta orang diantaranya ialah generasi Z.
Generasi Z saat ini banyak sekali di perbincangkan di media sosial, terkhususnya bagi mereka yang sudah terjun di dunia pekerjaan. Kenapa mereka sering dijadikan bahan omongan masyarakat, terkhususnya bagi generasi di atas mereka?
Ada beberapa faktor yang mungkin dapat menjelaskan mengapa gen-Z sering menjadi bahan perbincangan. Salah satu faktor yang menyebabkan mereka jadi bahan omongan ialah karena sikap mereka yang bisa di bilang terlalu di lebih-lebihkan atau lebay. Gen-Z yang telah bekerja sering mengeluhkan mengenai kehidupan sehari-hari mereka di saat sedang bekerja, dan alas an mereka mengeluh juga unik dan bagi para netizen terlalu di lebih-lebihkan.
Atasan mereka pun mengeluhkan tentang sikap mereka dalam bekerja, seperti yang dikatakan oleh Kepala Penasihat Pengembangan Karier dan Pendidikan Intelligent, Huy Nguyen menyebutkan “Mereka sering kali tidak siap menghadapi lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika budaya tempat kerja, dan ekspektasi pekerjaan mandiri” ujarnya.
Dan adapun keluhan-keluhan yang bertebaran di media sosial seperti yang di tulis oleh @kin*******, Selasa (3/10/2023) yang berisi “Bnrn relate sm kata bang @oza****** gen z ini lembek bgt klo kerja. Jgnkan kerja bang, tmn2 gue msh pada magang aja ngeluh mulu pada pake koyo dijidat, bolak balik rs dan bilang ‘kayanya gue gabs dah kerja kantoran’”
Hal ini menjadi perhatian terkhususnya pada media sosial mengenai Gen-Z ini. Akan tetapi, gen-z sendiri menurut saya terdapat nilai plus yang ada pada diri mereka, apa itu? Jawabannya ialah inovatif dan kreatif terkhususnya dalam dunia bisnis. Kenapa bisa seperti itu?
Dalam era serba digital sekarang, Gen-Z lebih sering mengakses media sosial dibanding generasi lain. Menurut Morning Consultan, kurang lebih ada sekitar 54% Gen-Z menghabiska empat jam atau lebih dalam sehari di media sosial. Yang dimana mereka dapat mengetahui hal-hal apa saja yang sedang tren atau yang sedang viral pada hari dan minggu itu.
Hal itu pun berdampak pada dunia bisnis atau usaha yang sedang di jalankan oleh suatu perusahaan atau suatu individu. Yang dimana mereka harus membuat produk atau jasa yang mereka tawarkan kepada publik dapat berkembang dan banyak peminat. Dikarenakan gen-Z tau hal-hal apa saja yang sedang viral dan banyak di perbincangkan, mereka memanfaatkan keviralan tersebut menjadi salah satu ajang untuk melakukan promosi.
Kalau dilihat dalam beberapa tahun terakhir, sudah tidak banyak sebuah promosi yang bisa di bilang ‘membosankan untuk dilihat’. Sebelumnya, banyak orang yang melewatkan iklan-iklan yang sedang tampil di layar maupun dilihat secara langsung, dan itu produk atau jasa yang mereka tawarkan kekurangan jam tayang.
Namun sekarang, jam tayang atau orang yang melihat promosi produk atau jasa mereka meningkat drastis, karena konsepnya yang sangat unik dan lucu untuk di pertontonkan. Hal ini menjadi sebuah acuan bahwa gen-Z dapat berperan dalam inovasi atau kreatifitas dalam sebuah bisnis terkhususnya dalam mencari target pasar, metode promosi, dan lainnya.
Ini menjadi salah satu gebrakan dari para generasi Z, yang dimana mereka dapat memanfaatkan media sosial yang sering mereka gunakan sebagai bentuk inovasi dan kekreatifitasan dalam menjalin sebuah bisnis.
Saya Ivan Agrobiu Septiandi selaku Mahasiswa Universitas Bangka Belitung Prodi Akuntansi, menyimpulkan opini yang saya sampaikan bahwa, setiap orang memiliki nilai plus dan minusnya masing-masing, yang dimana hal ini pun berlaku pada generasi Z, meskipun mereka di beritakan bahwa generasi Z ialah generasi yang rapuh, terlalu melebih-lebihkan, lebay, dan lainnya, akan tetapi mereka memiliki sisi yang pasti di perlukan oleh setiap orang atau dalam sebuah bisnis usaha sekalipu, yakni kekreatifitasan yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.[]
Penulis :
Ivan Agrobiu Septiandi, Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Bangka Belitung