Foto/ILUSTRASI |
Produksi karet di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mencapai 50 ton per tahun dari 20 hektare kebun. Kabid Perkebunan Dinas Pangan dan Pertanian, Subhan, menyebutkan luas kebun karet menurun akibat alih fungsi lahan ke komoditas lain seperti lada dan kelapa sawit. Meski produksinya rendah dibanding daerah lain, seperti Palembang, karet tetap berkontribusi pada pendapatan masyarakat. Subhan mendorong perawatan kebun yang baik, termasuk pemupukan teratur, untuk meningkatkan hasil panen. Pemerintah daerah terus mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan demi meningkatkan ekonomi masyarakat.
Fakta
Peningkatan produksi karet di Bangka Belitung didorong oleh potensi alam yang subur, menjadikannya komoditas unggulan bersama lada dan kelapa sawit. Karet berkontribusi signifikan pada pendapatan petani lokal, meskipun harga global yang fluktuatif memengaruhi kesejahteraan mereka namun pemerintah juga mendukung produktivitas melalui penyediaan bibit unggul, rehabilitasi lahan, dan pelatihan teknik budidaya. Teknologi modern dan diversifikasi produk juga meningkatkan hasil dan nilai tambah. Dengan adanya tantangan utama yang mencakup perubahan iklim, regenerasi petani, dan fluktuasi harga. Pengembangan infrastruktur pengolahan serta akses pasar internasional memperkuat daya saing daerah dan upaya berkelanjutan diperlukan untuk menghadapi tantangan global dan lingkungan.
Opini
Bangka Belitung memiliki potensi besar dalam produksi karet karena tanah yang subur, luas lahan yang tersedia. Namun, tantangan seperti usia tanaman tua, hama, fluktuasi harga, dan persaingan lahan dengan sektor tambang perlu diatasi. Rekomendasi untuk meningkatkan produksi karet meliputi peremajaan tanaman, penerapan teknologi modern, diversifikasi produk, penguatan kelompok tani, stabilisasi harga, pengembangan infrastruktur, dan pelatihan petani. Dengan strategi terpadu, sektor karet dapat mendukung kesejahteraan petani dan perekonomian daerah.
Kesimpulan
Peningkatan produksi karet di Bangka Belitung memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan petani, dan mengurangi ketergantungan pada sektor tambang. Hal ini juga mendorong diversifikasi ekonomi, peluang ekspor, dan adopsi teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi. Namun, pengelolaan yang berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi tantangan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem.[]
Penulis :
Nabila Candra Aprilia, mahasiswa Jurusan Agribisnis Universitas Bangka Belitung