Notification

×

Iklan

Iklan

Menolak Pertanyaan “Kapan Nikah?”: Bagi Orang yang Belum Menikah Bahkan Tidak Ingin Menikah

Jumat, 05 Juli 2024 | Juli 05, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-05T03:06:49Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Lila Maizita (foto/Ist)

Penolakan terhadap pertanyaan "Kapan nikah?" semakin meningkat, terutama di kalangan mereka yang belum menikah dan bahkan tak ingin menikah. Dalam artikel opini ini, kita akan menjelajahi alasan di balik penolakan ini, pentingnya menghormati pilihan hidup individu, dan dampaknya terhadap persepsi sosial tentang pernikahan.

 

Pertanyaan "Kapan nikah?" sering kali dianggap sebagai pertanyaan yang tidak tepat dan dapat menyinggung bagi mereka yang belum menikah atau bahkan tidak memiliki keinginan untuk menikah. Penolakan terhadap pertanyaan ini semakin umum terjadi, karena individu-individu ini ingin menjaga privasi, mengejar pilihan hidup yang berbeda, atau mungkin memiliki pertimbangan pribadi yang tidak terkait dengan pernikahan.

 

Salah satu alasan utama mengapa banyak orang menolak pertanyaan ini adalah karena adanya asumsi sosial yang melekat pada pernikahan. Masyarakat sering kali menganggap bahwa menikah adalah langkah alami dalam kehidupan dan bahwa semua orang harus mengikuti pola tersebut. Namun, penolakan terhadap pertanyaan "Kapan nikah?" adalah pernyataan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih jalannya sendiri, termasuk dalam hal pernikahan.

 

Banyak yang berfikir menikah adalah adanya konflik rumah tangga yang berkepanjangan. Mereka melihat bagaimana konflik tersebut dapat merusak hubungan, menciptakan ketegangan yang berkepanjangan, dan mengakibatkan stres yang berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental. Mereka tidak ingin terjebak dalam lingkaran konflik yang tidak sehat dan memilih untuk menjaga keseimbangan dan kebahagiaan pribadi mereka dengan menolak menikah. Bagaimana konflik rumah tangga dapat mempengaruhi anak-anak secara emosional dan psikologis. Mereka tidak ingin anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan pertengkaran dan ketidakharmonisan. Dalam upaya untuk melindungi kebahagiaan dan stabilitas keluarga, mereka memilih untuk menolak menikah jika mereka merasa bahwa konflik akan menjadi bagian yang tidak terelakkan dari pernikahan mereka.

 

Selain itu, ada juga individu yang memiliki pandangan yang berbeda tentang pernikahan itu sendiri. Beberapa orang mungkin merasa bahwa pernikahan bukanlah prioritas dalam kehidupan mereka, dan mereka lebih fokus pada pengembangan karir, pencapaian pribadi, atau menjalani kehidupan yang mandiri. Penolakan terhadap pertanyaan ini adalah bentuk perlawanan terhadap ekspektasi sosial yang menganggap pernikahan sebagai tujuan hidup yang harus dicapai oleh semua orang.

 

Pertanyaan "Kapan menikah?" juga diasosiasikan dengan persepsi bahwa menikah adalah satu-satunya bentuk kehidupan yang dianggap sukses atau lengkap. Bagi mereka yang belum menikah, pertanyaan ini dapat memicu rasa tidak berarti atau merasa tidak memenuhi ekspektasi masyarakat. Penolakan terhadap pertanyaan ini adalah pernyataan bahwa kebahagiaan dan keberhasilan hidup tidak hanya tergantung pada status pernikahan.

 

Dampaknya terhadap individu yang ditanyai adalah rasa terganggu, kurangnya rasa percaya diri, dan perasaan tidak dihargai. Pertanyaan "Kapan menikah?" dapat mengingatkan mereka yang belum menikah tentang tekanan sosial yang ada di sekitar mereka, serta membuat mereka merasa seperti objek perbincangan atau penilaian publik. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional mereka, serta memperburuk stres yang mungkin mereka alami dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Dampaknya terhadap persepsi sosial tentang pernikahan adalah perlunya mengubah paradigma dan memahami bahwa pilihan hidup individu harus dihormati. Masyarakat harus menerima bahwa tidak semua orang memiliki keinginan atau kebutuhan untuk menikah, dan itu bukanlah ukuran kebahagiaan atau keberhasilan seseorang. Dengan menghilangkan tekanan sosial terkait pernikahan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan memungkinkan setiap individu untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

 

Penolakan terhadap pertanyaan "Kapan nikah?" adalah pernyataan bahwa setiap individu memiliki hak untuk menjalani hidup sesuai dengan pilihan mereka sendiri. Masyarakat harus belajar untuk menghormati dan menerima keputusan individu yang belum menikah atau bahkan tidak ingin menikah. Mengubah persepsi sosial tentang pernikahan dan menghindari asumsi yang tidak tepat adalah langkah penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai kebebasan individu.

 

Dalam dunia yang semakin beragam ini, kita harus memahami bahwa tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua orang. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan jalannya sendiri dan mengejar kebahagiaan sesuai dengan keinginan mereka. Dengan menghormati pilihan hidup individu, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih toleran, inklusif, dan menghargai kebebasan individu untuk menjalani hidup mereka dengan cara yang mereka anggap paling baik.[]

 

Penulis :

Lila Maizita, mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, email : lilamaizita5@gmail.com

×
Berita Terbaru Update