Notification

×

Iklan

Iklan

Menggali Pelajaran Berharga dari Shahabat Selama Perang Khandaq

Minggu, 21 Juli 2024 | Juli 21, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-21T12:57:53Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

(Foto/Ilustrasi)

Perang Khandaq merupakan peristiwa penting yang terjadi pada tahun 627 M. Perang ini melibatkan kaum muslimin dibawah pimpinan Nabi Muhammad ﷺ dengan gabungan suku-suku Arab Quraisy. Dalam perang ini, gabungan pasukan musuh mencapai 10.000 prajurit. Untuk mempertahankan diri, kaum muslimin menggunakan strategi menggali parit di sekitar Madinah. Namun, tidak hanya melalui strategi pertahanan yang berhasil, perang ini juga dikenal karena mukjizat yang diberikan Allah ﷻ kepada Nabi Muhammad ﷺ. 


Sehingga, perang ini memberikan dampak yang luar biasa bagi umat muslimin maupun Yahudi. Dan banyak nilai-nilai positif yang dapat diambil dari sikap-sikap para shahabat selama perang ini dipersiapkan. 


Adapun beberapa nilai positif tersebut diantaranya yaitu :

1) Al-Hammas (Bersemangat)

Salah satu nilai positif yang terkandung dalam perang Khandaq ini ialah nilai al-hammas atau sikap bersemangat dan bersungguh-sungguh yang terpancar dari para shahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar. Perang Khandaq dengan strategi menggali parit ini membutuhkan waktu dan tenaga yang besar dalam untuk menggali parit. Dengan giat dan penuh semangat, orang-orang Muslim menggali parit yang panjang. Rasulullah pun ikut terjun membantu penggalian ini dengan senantiasa membakar semangat para shahabat. Banyak riwayat yang menyatakan hal ini. Diantaranya yaitu dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan dari Sahl bin Sa’d, dia berkata, “Kami Bersama Rasulullah ﷺ di dalam parit. Sementara orang-orang sedang giat menggalinya. Kami mengusung tanah di Pundak kami”.


Kesungguhan dan semangat shahabat Muhajirin dan Anshar juga terpatri dalam riwayat lainnya. Dari Anas meriwayatkan, Rasulullah ﷺ pergi ke parit pada pagi hari yang amat dingin, sementara orang-orang Muhajirin dan Anshar sedang menggali parit. Mereka tidak mempunyai seseorang yang bisa diupah untuk pekerjaan ini. Beliau tahu perut mereka kosng dan juga letih. Oleh karena itu beliau bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah orang-orang Muhajirin dan Anshar.” 

Mereka menjawab, “Kamilah yang telah berbai’at kepada Muhammad, siap berjihad selagi kami masih hidup.” 


2) Asy-Syukr (Rasa Syukur) 

Selama proses penggalian parit ini, para shahabat didera dengan rasa lapar. Mulut mereka jarang tersentuh makanan, hingga mengeluarkan bau yang kurang sedap. Bahkan mereka dan Rasulullah sendiri mengganjal perut mereka dengan batu untuk menahan rasa lapar. Akan tetapi, mereka menunjukkan rasa syukur dan tidak banyak mengeluhkan keadaan mereka. Ketika Rasulullah mendapatkan setangkup kurma yang jumlahnya tidak banyak, tanda kenabian pun muncul yakni keberkahan dan bertambahnya jumlah kurma tersebut. Dibalik itu, terdapat rasa syukur yang ditunjukkan oleh para shahabat, meskipun dengan makanan yang sedikit mereka senantiasa mengucap syukur akan nikmat yang Allah berikan pada mereka.


3) At-Ta’awun (Kerjasama) 

Nilai positif lainnya yang terkandung dalam perang Khandaq ini ialah kerjasama yang kuat antar kaum Muhajirin dan Anshar dalam menggali parit. Parit yang ingin dibuat oleh Rasulullah dalam perang ini bukanlah parit yang kecil yang tidak memerlukan banyak usaha untuk membuatnya. Akan tetapi parit inilah siasat/strategi perang yang dipakai Rasulullah untuk melawan musuh dari Yahudi dan antek-anteknya yang berjumlah 10.000 prajurit. Sehingga untuk membangun parit ini dibutuhkan banyak tenaga dan para shahabat dari Muhajirin dan Anshar bekerjasama bahu-membahu pekerjaan menggali parit ini, sehingga pekerjaan ini tidak terasa berat bagi pihak tertentu. 


Kerjasama para shahabat dimulai dari penggalian parit sampai mempertahankan Madinah dari serangan musuh yang besar menjadi salah satu factor keberhasilan perang ini. Para shahabat menunjukkan dengan kerjasama yang kuat maka pertahanan akan semakin kokoh dan menjadi sumber semangat untuk terus berperang melawan musuh. 


4) At-Tho’ah (Ketaatan)

Sikap ketaatan ditunjukkan para shahabat saat mendapat perintah Nabi untuk berperang dan menggali parit. Ketaatan inilah yang juga menjadi faktor kemenangan kaum muslimin dalam peperangan ini. Tanpa ketaatan para shahabat, parit yang akan digali mungkin saja tidak selesai dan pihak musuh dari Yahudi, Ghatafan dan Bani Quraizhah dapat menyerang secara serentak dari berbagai arah, yang hal ini dapat menyebabkan kekalahan kaum muslimin. Ketaatan yang ditunjukkan para shahabat menjadi bukti tanda cinta mereka kepada Nabi dan kepatuhan mereka terhadap syariat agama Islam. 


Itulah beberapa nilai positif yang ditunjukkan para shahabat selama perang Khandaq berlangsung. Hal ini membuktian bahwa shahabat adalah salah satu generasi terbaik Islam. Mereka juga menjadi tauladan dan contoh baik untuk ditiru bagi umat Islam saat ini. Nilai-nilai yang mereka ajarkan dalam Perang Khandaq ini hendaklah diterapkan oleh kaum muslimin saat ini dalam kehidupan sehari-hari.[] 


Penulis : 

Farida Salma dan Fira Dayana Yustian, Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta, email : firadayana2003@gmail.com

×
Berita Terbaru Update