(Foto/Ilustrasi) |
Usia dini merupakan kehidupan dengan fase penting untuk perkembangan dan pertumbuhan yang sangat mempengaruhi masa selanjutnya. Berbagai penelitian ahli menunjukkan bahwa Pendidikan pada usia dini dapat meningkatkan produktivitas dan prestasi di masa dewasa. Erickson (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993: 167 sebagaimana dikutip dalam Yusuf L.N.; Sughandi, 2018:47) menyatakan bahwa "masa kanak-kanak mencerminkan sifat dasar manusia. Penyimpangan perilaku pada masa dewasa dapat dilacak kembali ke masa kanak-kanak." Pentingnya masa usia dini ditegaskan oleh Sigmund Freud yang berpendapat bahwa "Child father of man" (anak adalah ayah dari manusia), yang berarti masa kanak-kanak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian di masa dewasa seseorang (Yusuf L.N.; Sughandi, 2018:48).
Masa sekolah dasar adalah periode di mana kemampuan anak dalam mengenal dan menguasai kosakata berkembang dengan pesat. Pada tahap ini, anak-anak umumnya telah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada akhir masa ini (sekitar usia 11-12 tahun), jumlah kata yang mereka kuasai meningkat menjadi sekitar 5.000 kata (Abin Syamsuddin M, 2000 sebagaimana dikutip dalam Yusuf L.N.; Sughandi, 2018:62).
Ketika Sekolah Dasar (SD) merupakan masa dalam perkembangan keterampilan membaca anak. Namun, tidak semua anak mengalami proses belajar membaca dengan mudah dan lancar. Beberapa anak menghadapi hambatan psikologis yang menghalangi mereka untuk mencapai kemampuan membaca dengan lancar. Sering kali hal ini menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran. Orangtua dan guru mungkin bertanya-tanya apakah ada cara yang tepat untuk mendukung perkembangan mereka? Apakah orangtua bisa mengajarkan keterampilan membaca di rumah? Dalam hal ini Psikologi pendidikan memainkan peran penting dalam memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang.
Kecemasan dan ketakutan dapat menjadi salah satu penghalang anak dalam proses belajar membaca. Anak merasa khawatir dan takut karena tidak dapat memenuhi harapan orangtua dan gurunya, sehingga anak enggan untuk mencoba membaca. Selain itu, anak-anak dengan kepercayaan diri yang rendah juga menghadapi hambatan, mereka merasa tidak mampu membaca dan mungkin merasa malu melihat teman-temannya sudah lebih maju. Guru seharusnya juga memahami setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Anak-anak dengan disleksia memerlukan alat dan cara khusus yang dirancang untuk mengatasi kesulitan membaca. Tak hanya itu, guru perlu memperhatikan perkembangan anak secara pribadi.
Orang tua dan guru memiliki peran yang penting dalam membantu anak mengatasi hambatan psikologis dalam membaca. Hasil penelitian Anggraini (2015: 54 sebagaimana dikutip dalam Anggraini 2020:3) menunjukkan bahwa pola asuh orang tua di dalam keluarga memberikan dampak bagi perkembangan bahasa anak. Menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman sangat membantu dalam proses belajar anak. Hal ini juga dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Berikan dukungan yang positif untuk membangun rasa percayaan diri mereka. Tawarkan tugas membaca yang menyenangkan, seperti membaca komik atau buku bergambar yang dapat membuat anak tertarik untuk membaca. Orangtua juga harus memberikan contoh langsung kepada anaknya di rumah dengan ikut membaca selama jam belajar anak.
Anak yang dibacakan cerita sejak dalam kandungan dapat meningkatkan kemampuan kebahasaan anak termasuk membaca. Hasil penelitian Helmi (dalam Anggraini, 2015:34 sebagaimana dikutip dalam Anggraini, 2020:3) menguraikan bahwa orang tua yang mengajak anaknya berbicara merupakan penyebab yang penting untuk merangsang perkembangan keterampilan berbahasa anak. Hal ini juga memberikan dampak yang baik bagi anak untuk melatih keterampilan menyimak dan berbicara.
Hal tersebut menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya, terutama mengenai bagaimana orang tua dan guru dapat mendukung anak dalam mengatasi hambatan psikologis dalam belajar membaca. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan dukungan positif, baik di rumah maupun di sekolah, anak dapat mengembangkan kemampuan membaca dengan lebih baik. Selain itu, membacakan cerita kepada anak sejak dalam kandungan merupakan hal yang sangat direkomendasikan. Orang tua dapat memilih cerita-cerita yang menarik dan mengandung nilai-nilai positif untuk dibacakan kepada janin mereka setiap hari. Hal ini bukan hanya merangsang perkembangan bahasa janin, juga dapat membangun ikatan emosional dengan janin sejak awal kehidupannya.[]
Penulis :
Rindan Nur‘Aini, email : rindanaini000@gmail.com