Notification

×

Iklan

Iklan

Integrasi Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang

Rabu, 03 Juli 2024 | Juli 03, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-03T14:47:03Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Sumber foto : serpongupdate

Komunitas “Cina Benteng” di Tangerang Banten menyimpan banyak misteri kesejarahan tentang eksistensi suku Tionghoa di Indonesia. Mengenal kebudayaan Tionghoa di Cina Benteng dan bagaimana mereka membangun ketahanan relasi agama dan budaya menghadapi gesekan dengan kelompok agama dan budaya suku lain menjadi penting dilakukan. Cina Benteng adalah sebutan untuk menyebut pemukiman suku Tionghoa di wilayah Tangerang, khususnya kawasan Pasar Lama Tangerang. Keberadaan Cina Benteng tersebut dapat menjadi pintu masuk mengenal keberadaan warga Tionghoa di wilayah Provinsi Banten.


Kajian ini berfokus pada fenomena komunitas Cina Benteng dari model pertama, yaitu bagaimana mereka membangun sistem akulturasi berdasarkan budaya dan keagamaan mereka dalam konteks masyarakat sekitar. antara suku Tionghoa dan kelompok sosial lain.  penting untuk memahami keberadaan suku Tionghoa, yang belakangan ini sering disorot sebagai stimulan baru sekaligus ancaman. baru bagi beberapa warga Indonesia. Sebagian orang Indonesia khawatir dengan ekspansi ekonomi suku Tionghoa yang menguasai seluruh ekonomi Indonesia.


Memahami akulturasi agama dan budaya penting dalam menyikapi keragaman agama dan budaya di tanah air Terdapat beberapa model adaptasi suku Tionghoa dalam konteks budaya dan agama di Indonesia. Pertama, model membangun kesadaran budaya dan semangat nasionalisme keindonesiaan dan dalam waktu yang sama mereka bertahan dengan agama mereka. Kedua, melebur dengan budaya dan nasionalisme keindonesia dan diikuti dengan konversi keagamaan mereka pada agama mayoritas di Indonesia, yaitu Islam. Ketiga, menjadi warna tersendiri atau tetap bertahan dengan idetitas budaya dan mencoba menjadi bagian dari keragaman kesukuan, budaya dan agama di Indonesia.


Ada beberapa terkait tentang komunitas Cina Benteng Tangerang dalam mempertahankan eksistensi mereka. masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang merupakan contoh wujud keberhasilan pembauran di Indonesia. Keberadaan Cina Benteng di Tangerang membentuk perpaduan budaya bercorak Indonesia. Secara ekonomi Cina Benteng adalah salah satu suku Tionghoa yang bisa dikatakan miskin di Indonesia, mereka umumnya bekerja sebagai buruh, petani, nelayan, dan tukang. Secara sosial kelompok ini bisa menyatu dengan kaum lokal, meski karena politik mereka mengalami kesenjangan sosial. 


Suku Tionghoa, termasuk Cina Benteng, mendapatkan banyak manfaat dari Reformasi Indonesia 1998. Pada era reformasi ini, transparansi dan persamaan di antara warga negara secara otomatis membawa keuntungan dan keuntungan dari keberadaan Tionghoa termasuk peranannya yang lebih besar dalam berbagai bidang kehidupan di Indonesia. Jika pada zaman Orde Baru, orang Tionghoa hanya terkonsentrasi di sektor ekonomi an-sich, sekarang mereka mulai menyebar ke berbagai sektor. Hal ini merupakan perkembangan yang baik. Ini seolah-olah mengingatkan

kembali pada partisipasi suku Tionghoa dalam pembangunan bangsa selama era Presiden Soekarno serta kecenderungan mereka untuk berpolitik progresif di paruh awal abad ke-20.


Cina Benteng berhasil membangun ketahanan budaya keagamaan mereka meskipun menghadapi banyak tantangan, yang membuat mereka tetap hidup hingga hari ini. Ada sejumlah alasan untuk ini. Pertama, terjadi akulturasi keagamaan yang dialogis antara suku Tionghoa dengan agama utama Konghucu dan banyak agama Islam. dilecehkan oleh orang-orang di sekitarnya. Setiap kelompok mengembangkan irisan multikulturalisme yang unik. Kedua, keagamaan Banteng Cina menunjukkan sebaliknya, sehingga jarang terjadi konflik yang signifikan, meskipun konflik sosial sering terjadi dalam sejarah relasi sosial. Ketiga, masyarakat Cina Benteng memilih untuk menjadi terbuka dan terbuka. Misalnya, mereka menolak ide China Town karena khawatir akan membuat mereka lebih eksklusif.


Dalam teori ini, masyarakat cina benteng menghadapi masalah, baik dari pemerintahan maupun dari masyarakat setempat, yang mendorong mereka untuk berintegrasi untuk mempertahankan reputasi mereka, mempertahankan kesatuan kebudayaan dan keberagamaan, dan menumbuhkan nasionalisme. Selain itu, sebagai akibat dari perkembangan multikulturalisme di Cina Benteng, kerjasama dalam ekspresi budaya keagamaan diperlukan. Untuk mencapai tujuan ini, perlu dilakukan penelitian khusus budaya keagamaan yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang berbagai aspek sosial dan budaya warga Tionghoa, serta hubungannya dengan upaya bersama berbagai kelompok keagamaan untuk membangun budaya kebersamaan.[]


Penulis :

Ripkul Hipzi Rdho, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Pamulang, email : ripkulhifzi@gmail.com

×
Berita Terbaru Update