Masjid Agung Demak, yang menjadi salah satu masjid peninggalan Walisongo (Foto : jatimnetwork) |
Keberhasilan dakwah walisongo masih di jadikan rujukan hingga kini. Dakwah Wali songo telah menjadi bagian penting dalam sejarah penyebaran agama islam di Indonesia . “Namun, keberhasilan dakwah ini tidak datang begitu saja, ada pula kegagalan yang Melingkupinya,” seperti halnya organisasi NU pada hari ini keberhasilan dakwah Wali Songo masih dijadikan rujukan hingga kini. Dakwah, Wali Songo juga merupakan sebuah organisasi dengan personal-personal yang tersebar di Nusantara, menyampaikan pesan dakwah yang tidak selalu berhasil.
Namun, di balik kegagalan tersebut, terdapat juga keberhasilan yang luar biasa dari dakwah Wali Songo. Mereka mampu membangun jaringan dakwah yang kuat dan mendalam, sehingga Islam dapat berkembang secara pesat di wilayah Indonesia.
“Karena Islam disampaikan tidak dengan konfrontasi dan juga Islam disampaikan dengan tidak menghilangkan budaya-budaya yang ada. Menjadikan masyarakat itu menerima Islam tanpa terasa, melaksanakan ajaran-ajaran dengan nyaman dan damai”.
Disebutkan, bahwa Wali Songo adalah mereka yang pandai menyampaikan risalah atau pesan-pesan dakwah dengan satu metodologi, yang memperhatikan budaya yang ada di nusantara. “Sehingga mendapatkan suatu penerimaan yang luar biasa, metode yang dipakai itu adalah melalui budaya-budaya yang sudah kental di nusantara”.
Menurutnya, metode dan strategi dakwah ala Wali Songo masih memiliki relevansi dan nilai yang berharga di era digital saat ini. Namun, adaptasi dan inovasi dalam penyampaian pesan dakwah perlu dilakukan agar dapat menyentuh masyarakat yang terus berkembang.
Di era digital yang semakin terkoneksi, metode dan strategi dakwah Wali Songo tetap memiliki beberapa aspek yang relevan dan berharg.
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara yang digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo merupakan simbol penyeberan Islam di Indonesia khususnya di daerah Pulau Jawa. Mereka memiliki peran yang sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa dan berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat Jawa serta dakwah yang secara langsung membuat Wali Songo ini menjadi simbol penyebaran Islam di Indonesia.
Kemunculan Wali Songo berkaitan erat dengan kedatangan Muslim asal Champa. Hal ini, ditandai dengan adanya tokoh Sunan Ampel sebagai sesepuh Wali Songo. Selain itu, Wali Songo menyebarkan agama Islam menggunakan pendekatan kebudayaan dengan menyerapseni budaya lokal (ajaran Hindu-Budha) yang dipadukan dengan ajaran Islam seperti tembang jawa, gamelan, wayang, upacara adat yang digabungkan dengan unsur-unsur Islam. Mereka memasukan nilai-nilai agama Islam ke dalam budaya tersebut, sehingga kedua unsur dalam ajaran Hindu-Budha bergabung bersama unsur ajaran Islam membentuk sebuah keserasian.
Wali Songo yang menggunakan kebudayaan sebagai metode penyebaran Islam, seperti Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mengenalkan ajaran Islam lewat pertunjukan wayang, yang mana pertunjukan wayang tersebut masih banyak diminati masyarakat yang menganut ajaran agama Hindu-Budha. Sunan Kalijaga memiliki kemampuan yang menakjubkan sebagai dalang yang ahli dalam memainkan wayang.
Dalam pertunjukkan wayang Sunan Kalijaga mengangkat cerita-cerita dari Ramayana dan Mahabharata, salah satu yang paling digemari masyarakat adalah lakon Dewa Ruci. Sunan Kalijaga dikenal sangat mendalam memaparkan kupasan-kupasan ruhaniah yang berdasar pada ajaran tasawuf.
Sunan Kalijaga juga melakukan pembaharuan bentuk wayang yang sebelumnya berbentuk gambar manusia menjadi gambar dekoratif yang sesuai ajaran Islam. Masyarakat yang ingin melihat pertunjukan wayang bertransaksi tidak menggunakan uang, melainkan hanya dengan membaca dua kalimat syahadat. Sehingga dengan cara itu Islam dapat menyebar dengan signifikan.
Selain Sunan Kalijaga, Sunan Muria juga menyebarkan agama Islam dengan pendekatan budaya berupa seni pewayangan. Sunan Muria suka menggelar pertunjukan wayang karya milik Sunan Kalijaga seperti Dewa Ruci dan Jimat Kalimasada.
Melalui pertunjukan wayang, Sunan Muria memberikan ajaran-ajaran tentang ketauhidan Islam kepada masyarakat. Sunan Muria juga tidak menghilangkan tradisi keagamaan lama yang telah dianut masyarakat. Tetapi dikembangkan menjadi tradisi keagamaan baru dengan menambahkan nilai-nilai Islam seperti tradisi bancakan dengan tumpeng yang dulunya dipersembahkan ke tempat-tempat angker diubah menjadi kenduri, yaitu upacara mengirim doa kepada leluhur dengan menggunakan doa-doa Islam di rumah orang yang menyelenggarakan kenduri.
Namun, pada masa sekarang sudah jarang masyarakat yang melakukan tradisi keagamaan tersebut. Tidak sedikit masyarakat yang menyepelekan tradisi atau adat istiadat setempat karena merasa ribet dan tidak terlalu penting. Selain itu, banyak anak muda zaman sekarang yang malas untuk belajar sejarah apalagi sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Tidak hanya tradisi yang mulai luntur, pertunjukkan kesenian budaya seperti kesenian gamelan, pewayangan, dan tembang-tembang juga jarang terlihat pada zaman sekarang.
Peristiwa ini dapat menyebabkan lunturnya tradisi dan budaya peninggalan Wali Songo, yang mana seharusnya tradisi dan budaya tersebut dilestarikan untuk mengenang jasa-jasa Wali Songo dalam mensyiarkan agama Islam di Jawa.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda harus berusaha menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya asli Nusantara yang berlandaskan syariat-syariat Islam. Dengan demikian budaya dan agama dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi untuk membentuk manusia Indonesia yang beradab sesuai nilai-nilai Islam.[]
Pengirim :
Rizki Maulana, Mahasiswa Program Studi Agama Islam Fakultas Ekonomi Syariah , Universitas Pamulang, email : reezkhur13@gmail.com