Indah Fajar Sari (foto/ist)
Generasi milenial, merupakan kelompok yang seringkali menjadi pusat perhatian dalam pembahasan tentang masa depan, generasi ini lahir antara tahun 1981 hingga 1996, mereka dianggap sebagai generasi yang penuh harapan namun juga dihadapkan pada realitas yang kompleks dan menantang . Generasi ini sering menjadi sorotan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, teknologi, hingga pola pikir. Dalam era digital dan globalisasi ini, generasi ini menghadapi tantangan, kenyataan yang keras dan peluang yang unik, menuntut kesiapan dan adaptasi mereka.
Data menunjukkan bahwa generasi milenial memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi, dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama. Mereka dihadapkan pada beban finansial yang besar, seperti hutang kuliah yang tinggi dan kesulitan membeli rumah, survey menunjukan generasi milenial memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah, serta tingkat pengangguran di kalangan generasi milenial cukup tinggi yang menjadi perhatian serius. Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa mayoritas generasi milenial tidak merasa cukup dengan pendapatan dari hasil pekerjaan mereka, sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, hal itu berdampak negatif pada produktivitas dan kesejahteraan mereka.
Selain itu, generasi milenial juga sering menghadapi masalah kesehatan mental yang tinggi, mereka memiliki tingkat kecemasan, kesepian dan depresi yang merajalela, hal itu meresahkan kehidupan mereka. Penyebabnya bisa berasal dari berbagai faktor, mulai dari tekanan pekerjaan yang tinggi, ekspektasi yang tidak realistis dari masyarakat, tekanan dari media sosial juga sering kali membuat mereka membandingkan kehidupan mereka dengan highlight kehidupan orang lain, di platform seperti Instagram dan Facebook.
Salah satu masalah utama yang dihadapi generasi milenial adalah kesenjangan ekonomi yang semakin melebar. Mereka sering terjebak dalam pekerjaan kontrak atau gig economy yang tidak menawarkan keamanan kerja atau tunjangan yang memadai. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan finansial dan kesulitan untuk merencanakan masa depan. Selain itu, generasi milenial juga menghadapi tantangan dalam mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Teknologi yang terus berkembang telah menciptakan lingkungan di mana pekerjaan bisa diakses kapan saja dan di mana saja, sehingga sulit untuk menetapkan batas antara waktu kerja dan waktu istirahat, mereka merasa terjebak dalam siklus kerja yang tidak berujung dan kekurangan rasa pemenuhan dalam kehidupan pribadi.
Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, generasi milenial juga memiliki potensi yang besar. Mereka adalah generasi yang terdidik dengan baik, berpikiran terbuka, dan sangat terhubung dengan teknologi. Semangat mereka untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi sangat menginspirasi, mereka tetap optimis dan mempunyai motivasi untuk mencapai impian mereka.
Mereka percaya bahwa dengan kerja keras, kreatifitas dan inovasi, mereka dapat mengatasi segala rintangan yang ada, dan menciptakan perubahan positif dalam bermasyarakat. Mereka cenderung lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, serta aktif dalam berbagai gerakan advokasi dan aktivisme. Banyak dari mereka juga memilih untuk bekerja dalam sektor non-profit atau menjadi entrepreneur sosial, dengan tujuan untuk memberikan dampak positif dalam komunitas mereka.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi generasi milenial, memerlukan solusi yang komperhensif dan kolaboratif dari berbagi pihak, yaitu kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat secara keseluruhan. Diperlukan langkah-langkah yang konkret seperti meningkatkan akses terhadap pendidikan yang terjangkau, menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, dan memberikan dukungan untuk kepemilikan rumah dapat membantu mengurangi beban yang mereka hadapi. Selain itu, masyarakat juga perlu memberikan dukungan moral dan sosial kepada generasi ini, serta menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung. Perusahaan juga perlu meningkatkan kebijakan kesejahteraan karyawan dan fleksibilitas kerja. Selain itu, generasi milenial juga perlu meningkatkan literasi keuangan dan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja.
Generasi milenial merupakan aset berharga bagi masa depan, mereka penuh akan potensi dan skill hebat yang dimiliki, dengan mengatasi hambatan-hambatan tersebut serta mewujudkan visi mereka untuk masa depan yang lebih baik, mereka berhak mencapai kesuksesan.[]
Pengirim :
Indah Fajar Sari, Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang, email : indahfajarsarikurnia@gmail.com