Rahma Nur Azizah (Foto : IST) |
Ayam geprek hingga saat ini masih eksis diminati oleh kalangan manapun. Citra rasanya yang pedas menambah nikmat ketika mengkonsumsinya. Ayam geprek sendiri mulai merebak di kalangan masyarakat sekitar tahun 2018. Pada saat itu, bermunculan makanan yang berbau geprek seperti: telur dadar geprek, tahu geprek, dan tempe geprek.
Ayam geprek yang awalnya hanya ayam goreng tepung yang digeprek dan diberi sambal. Saat ini, sudah mengalami inovasi yang cukup menarik, seperti: ayam geprek keju mozarela, ayam geprek teriyaki dan ayam geprek asam manis.
Mahasiswa Dalam mengkonsumsi ayam geprek
Sepanjang jalan area kampus, sering kita jumpai banyaknya penjual ayam geprek. Meskipun banyak pedagang yang menjual ayam geprek, namun tidak mengurangi eksistensi mereka untuk tetap berjualan makanan yang sama. Harga ayam geprek yang mereka jual relatif sama berkisar antara 10-20 rb. Hampir semua mahasiswa pasti pernah mengkonsumsi ayam geprek. Mahasiswa sendiri memiliki ketertarikan untuk mengkonsumsi ayam geprek dikarenakan rasanya yang pedas dan membuat ketagihan bagi yang mengkonsumsinya.
Hasil wawancara oleh mahasiswa di salah satu universitas, menunjukkan ketertarikan mereka untuk mengkonsumsi ayam geprek dikarenakan keberadaan penjual ayam geprek yang mudah ditemui.
Mereka mengkonsumsi ayam geprek setidaknya 10 kali dalam seminggu dan bahkan ada dari mereka ada yang mengkonsumsi ayam geprek 2 kali dalam sehari. Mereka mengatakan bahwa ketika merasa bingung hendak makan dengan lauk apa, ujung-ujungnya mereka membeli ayam geprek. Porsi nasi yang diberikan oleh penjual ayam geprek sesuai dengan porsi mahasiswa.
Namun mereka mengeluhkan bahwa sambal yang terdapat pada ayam geprek sering kali membuat perut mereka sakit jika dikonsumsi terlalu banyak dan pedas, Pengolahan yang tidak bersih dan minyak yang cendurung berwarna hingga hitam pekat membuat banyak mahasiswa yang mengeluhkan batuk setelah mengkonsumsinya.
Dampak berlebihan dalam mengkonsumsi ayam geprek
Dilansir dari laman halosehat.com mengkonsumsi ayam geprek secara berlebihan memiliki efek samping, yaitu:
1. Kekurangan nutrisi.
Dalam mengkonsumsi ayam geprek kita juga perlu menambahkan sayuran dan buah agar asupan yang kita makan dapat seimbang.
2. Berat badan bertambah.
Bagi seseorang yang terlalu banyak mengkonsumsi ayam geprek akan menambah berat badan, citra rasanya yang pedas membuat konsumen ayam geprek merasa ketagihan dan terus-menerus mengkonsumsinya.
3. Risiko Infeksi bakteri.
Pengeloahan ayam geprek yang tidak bersih dan kurang matang akan menyebabkan makanan teracuni oleh bakteri Salmonella.
Dikutip dari laman yenkes.kemenkes.go.id bakteri Salmonlla dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksinya akan mengalami gejala berupa demam, diare, dan kram perut selama 4-7 hari.
Konsumsi ayam geprek dari segi budaya konsumen
Teori masyarakat konsumen Baudrillard mengemukakan bahwa masyarakat sebagai pelaku konsumen tidak lagi terikat oleh kebiasaan yang mereka miliki, namun kebiasaan tersebut tumbuh dalam suatu kebudayaan baru. Tumbuhnya kebudayaan baru berdasarkan ekistensi pelaku terhadap banyaknya mengkonsumsi hasil dari kebudayaan tersebut. Hal ini menyebabkan masyarakat diatur oleh objek konsumen yang menyebabkan hilangnya kesadaraan dalam mengendalikan dan membedakan antara kebutuhan dengan keinginan (Pratiwi, 2015).
Berdasarkan teori tersebut dapat kita analisis terkait fenomena merebaknya konsumsi ayam geprek di kalangan mahasiswa. Keberadaan ayam geprek sudah menjadi budaya konsumsi dan melekat dalam kehidupan mahasiswa. Mahasiswa seolah-olah tidak bisa lepas untuk mengkonsumsi ayam geprek dan keberadaan ayam geprek menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Padatnya kegiatan mahasiswa, membuat mereka lebih memilih membeli ayam geprek dibandingkan masak sendiri yang sebenarnya lebih sehat dan bersih. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kebiasaan yang tumbuh dari lingkungan sekitar.
Mahasiswa sendiri sebetulnya paham akibat yang ditimbulkan ketika berlebihan mengkonsumsi ayam geprek. Namun karena banyak yang mengkonsumsi ayam geprek di lingkungan mereka, mereka terbawa dan terus mengkonsumsi, sehingga adanya ayam geprek menjadi suatu kebudayaan konsumsi baru.
Meskipun keberadaan ayam geprek saat ini sudah menjelma sebagai budaya yang berkembang di kalangan mahasiswa, mahasiswa dituntut untuk selektif dalam mengkonsumsinya, seperti dalam mengkonsumsi ayam geprek harus diimbangi dengan memakan sayuran-sayuran, memperbanyak minum air putih, mengurangi asupan karbohidrat seperti mengurangi asupan nasi, serta memberi batasan atau jeda dalam mengkonsumsinya agar kesehatan tetap terjaga dan tidak ada dampak yang timbul dikemudian hari.[]
Pengirim :
Rahma Nur Azizah, Mahasiswa Sosiologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : zzhnurrahma@gmail.com