Mayada Malka Rahmandini (Foto : IST) |
Menurut para pendukung teori humanistik, pembelajaran dimulai dan kembali ke individu. Dari teori-teori pembelajaran behavioristik, kognitif dan konstruktivistik, teori ini adalah yang paling abstrak, mendekati dunia filsafat. Pada kenyataannya, pandangan ini membahas pembelajaran dan seluruh aspeknya dalam kemasan yang ideal. Artinya, pandangan ini lebih tertarik pada gagasan-gagasan yang lebih ideal dan relevan dibandingkan dengan pembelajaran pada umumnya.
Teori ini dikemukakan oleh banyak para ahli, antara lain:
1. Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow, dalam perspektif humanistik, ia mengasumsikan potensi yang dimiliki siswa dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kebebasan untuk mencari jalan hidupnya sendiri. Perspektif humanistik memandang siswa sebagai subjek mandiri yang menentukan sendiri tujuan hidupnya. Siswa didorong untuk mengambil tanggung jawab atas kehidupan mereka dan orang yang disekitarnya.
Pembelajaran humanistik menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran yang utama adalah upaya menciptakan komunikasi dan hubungan antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan, memperkuat kemampuan berbahasa siswa, namun merupakan bentuk bantuan agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikannya. Inti dari keberhasilan pendidikan adalah kemampuan mengkomunikasikan makna antara guru dan siswa sehingga dapat mencapai tujuannya menjadi manusia yang lebih baik dan bijaksana. Tujuannya adalah mengarahkan bahwa siswa butuh pendidikan karakter. Guru membantu siswa mengeksplorasi, mengembangkan dan menerapkan keterampilannya sehingga dapat memaksimalkan potensinya.
Maslow dikenal sebagai bapak psikologi humanistik, ia percaya bahwa manusia berperilaku agar dapat merasakan dan menghargai dirinya dengan sebaik-baiknya. Teori yang paling populer sejauh ini adalah hierarki kebutuhan. Menurutnya, masyarakat ingin tercukupi kebutuhannya. Tingkat kebutuhan ini bervariasi dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi. Dalam teori psikologi, semakin besar kebutuhan maka semakin besar pula kemampuan individu dalam mencapai sesuatu.
Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, pemuasan kebutuhan seseorang dimulai dari yang terendah yaitu fisiologis, rasa aman, cnta dan rasa memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
Teori Hierarki Kebutuhan
Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan pokok yang bersifat mendasar. Kadang-kadang disebut kebutuhan biologis tempat kerja, dan juga cukup untuk mendapatkan gaji, liburan, dana pensiun, waktu liburan, tempat kerja yang nyaman, penerangan yang cukup, suhu ruangan yang baik. Kebutuhan ini biasanya paling kuat dan efektif sehingga harus dipenuhi terlebih dahulu untuk aktivitas sehari-hari.
Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)
Ketika kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncullah kebutuhan akan rasa aman. Orang yang menganggap dirinya aman membutuhkan keseimbangan dan aturan yang baik serta berusaha menjauhi hal-hal yang tidak diketahui dan tidak diinginkan. Kebutuhan akan rasa aman menggambarkan keinginan untuk memperoleh rasa aman dari upah yang diperoleh dan menjauhi bahaya, kecelakaan, kebangkrutan, penyakit dan mara bahaya.
Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)
Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, perhatian individu beralih ke keinginan untuk berteman, ke perasaan cinta dan penerimaan. Sebagai makhluk sosial, seseorang senang disukai dan berusaha memenuhi kebutuhan sosialnya di lingkungan kerja dengan melepaskan beban kelompok formal atau informal dan berkolaborasi dengan rekan kerja serta berpartisipasi dalam acara-acara penting perusahaan tempat mereka bekerja.
Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem Needs)
Teori kebutuhan tingkat berikutnya adalah kebutuhan untuk dihargai, yang juga disebut kebutuhan “ego”. Kebutuhan ini berkaitan dengan keinginan untuk memberikan kesan positif dan merasa diperhatikan, diakui dan dihargai oleh sesama manusia. Dalam suatu organisasi, kebutuhan akan pengakuan menunjukkan keinginan untuk menerima pengakuan, tanggung jawab yang tinggi, status yang tinggi, dan rasa penghargaan atas kontribusinya kepada kelompok.
Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan pemenuhan pribadi, termasuk kebutuhan akan keunggulan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan dan potensi diri, memaksimalkan kemampuan diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Kebutuhan kelompok akan pemenuhan pribadi dapat dipenuhi dengan memberikan kesempatan untuk berkembang, bertumbuh, menjadi kreatif, dan berlatih untuk tugas-tugas yang sesuai dan sukses.
Penerapan Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow pada Pembelajaran
Harus diselesaikan sepenuhnya di setiap tahap, tidak ada yang tertinggal atau terlewatkan. Dengan anggapan seperti ini, guru tidak bisa menyalahkan siswa jika siswanya tidak bersemangat mengikuti pembelajaran, tidak mengerjakan tugas, bolos, dan lain-lain. Maka guru mencoba menghubungkannya dengan hierarki kebutuhan yang dijelaskan sebelumnya. Bisa jadi siswa berperilaku seperti ini karena kebutuhan yang seharusnya dipenuhi tidak terpenuhi.
2. Arthur Combs
Inti teori Arthur Combs
a. Meaning
Arthur Combs memperkenalkan konsep makna dalam pembelajaran. Menurut konsep ini, pembelajaran terjadi ketika pembelajaran itu bermakna bagi individu. Artinya guru tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukainya atau tidak relevan dengan kehidupan individu (siswa).
b. Persepsi
2.1. Memahami perilaku = memahami persepsi
Menurut Combs, untuk memahami perilaku siswa, guru harus memahami persepsinya (pandangan dunia). Bahkan dalam pandangan humanistik, persepsi berkaitan dengan perilaku internal lainnya seperti perasaan, keyakinan, dan keyakinan yang membedakan siswa. Jika para ahli humanistik memahami belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan baru dan menjadikannya bersifat individual, maka persepsi memegang peranan yang sangat penting dalam proses personalisasi ini. Combs menggambarkan persepsi seseorang tentang dirinya dan dunia sebagai dua lingkaran dengan satu pusat: lingkaran kecil adalah gambaran persepsi diri, dan lingkaran besar adalah persepsi dunia.
2.2. Mengubah perilaku mengubah persepsi
Menurut Combs, jika kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus mengubah persepsi, keyakinan, atau pandangan orang tersebut. Cara siswa mengubah pemahamannya erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam menjelaskan pentingnya suatu hal, menjadikannya bermakna bagi siswa, dan menghubungkannya dengan kehidupan siswa. Keterampilan ini juga erat kaitannya dengan kemampuan memotivasi atau mendorong siswa untuk melakukan sesuatu secara internal (sadar diri). Kehendak siswa untuk melakukan sesuatu (belajar) dengan kesadaran penuh dalam dirinya menyebabkan orientasi belajarnya tidak hanya pada perolehan poin saja, namun juga pada kegunaan informasi yang diterimanya.
c. Potensi diri Combs
Potensi diri Combs mengatakan bahwa manusia mempunyai potensi (self-potensi) yang sangat penting untuk dikembangkan. Namun ada lima faktor yang dapat menghambat perkembangan potensi manusia, yaitu: a) Batasan fisiologis; b) Kesempatan yang Terbatas; c) Kebutuhan manusia yang terbatas; d) Konsep diri; dan e) Tantangan dan Ancaman.
Penerapan Teori Belajar Arthur Combs
Penerapan teori belajar humanistik secara ekplisit belum ada pedoman baku, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan oleh para guru. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Guru menentukan tujuan-tujuan pembelajaran; b) Guru menentukan materi pelajaran; c) Guru mengedintifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa; d) Guru mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar; e) Guru merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran; f) Guru membimbing siswa belajar secara aktif; g) Guru membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya; h) Guru membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya; i) Guru membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata; dan j) Guru mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar siswa dan membantu siswa mencapai tujuan belajar. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses belajarnya. Siswa harus menyadari potensinya, mengembangkan potensinya secara positif dan mengurangi potensi negatifnya.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar siswa dan membantu siswa mencapai tujuan belajar. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai pembelajaran. Siswa hendaknya menyadari potensinya, mengembangkan potensinya secara positif, dan mengurangi potensi negatifnya.
3. Carl Random Rogers
Teori Pembelajaran Humanistik Carl Ransom Rogers
Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang mengemukakan teori yang berpusat pada manusia. Teori ini menyatakan bahwa konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian karena mencakup seluruh aspek pemikiran, perasaan, dan keyakinan yang dipahami orang dalam konsep dirinya.
Menurut Rogers, konsep diri ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu konsep diri aktual dan konsep diri ideal. Rogers mengajarkan bahwa orang yang sehat adalah individu yang berfungsi penuh, yaitu individu yang telah mencapai keselarasan antara diri sejati dan diri ideal. Ketika sesuatu yang diketahui seseorang tentang dirinya dan sesuatu yang diinginkannya bersatu, maka seseorang dapat menerima dirinya apa adanya dan hidup sebagai dirinya sendiri tanpa konflik.
Rogers mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pagagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2, yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Menurut Rogers, setiap orang merupakan korban dari conditional positive regard, sebab kita sering mematuhi sesuatu lantaran ada imbalan cinta dan pujian yang diberikan dari orang lain. Artinya, kita tidak bisa mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain, kecuali bila mematuhi norma sosial dan aturan orang tua yang keras.
Penerapan pembelajaran dalam Carl Rogers
Menurut Rogers proses belajar adalah membantu pesert didik sehingga ia mampu menjdi dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimiliki peserta didik. Tidak hanya itu, pembelajaran yang bermakna sangat memberikan pengaruh terhadap suatu proses pembelajaran. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa setiap individu memiliki potensi secara natuiral.Pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Dari pembelajaran tersebut guru tidak hanya sekedar transfer of knowledge akan tetapi juga harus transfer of value. Seorang pendidik harus memiliki tujuan utama membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya. Dalam artian memberikan bantuan kepada peserta didik untuk lebih mengenal dirinya sendiri sehingga dapat melihat berbagai potensi yang ada pada diri masing-masing.
4. Jurgen Habermas
Menurut Jürgen Habermas, pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antar individu serta lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang relevan adalah lingkungan sosial dan alam. Karena keduanya berkaitan. Teori belajar humanistik dan sosial dapat dikatakan sebagai teori belajar yang sistem pembelajarannya sesuai dengan psikologi manusia. Belajar dengan adanyanya interaksi antara individu dengan lingkungan alam dan sosialnya. Hakikat teori pembelajaran humanistik lebih diarahkan pada bidang penelitian filosofis, teori kepribadian, psikologi dan psikoterapi.
Menurut Jürgen Habermas, pembelajaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu;
1) Pelatihan teknis (technical training)
Pendidikan teknis mempelajari tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan alam yang benar dan tepat. Selama penyelidikan teknis ini, seseorang belajar pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan untuk mengelola lingkungan alam yang benar dan tepat. Seperti dalam ilmu pengetahuan an sains.
2) Pembelajaran Praktis (Praktis Pembelajaran)
Pembelajaran praktis adalah mempelajari bagaimana seseorang dapat berkomunikasi lingkungan sosial yaitu orang-orang disekelilingnya. Kegiatan belajar lebih banyak mengutamakan komunikasi interpersonal yang harmonis. Belajar teknis ini digunakan dalam disiplin ilmu yang berkaitan dengan sosiologi, psikologi, antropologi dan sebagainya.
3) Pembelajaran Emansipatoris
Pembelajaran emansipatoris merupakan cara pembelajaran untuk mencapai pemahaman dan kesadaran yang tinggi terhadap perubahan dan perkembangan budaya dalam masyarakat pada era ini. Oleh karena itu informasi diperlukan dan kreativitas untuk mendukung pengembangan budaya masyarakat. Jika seseorang memiliki pemahaman dan kesadaran terhadap perubahan keadaan dan perkembangan kebudayaan, maka dianggap mampu dicapai manusia tingkat pembelajaran tertinggi.
Kelebihan
a. Sifat demokratis lebih mendominasi.b. Peserta didik lebih cenderung akan lebih aktif, sehingga output belajar lebih maksimal.c. Terciptanya suasana saling menghargai dan menghormati.
d. Melatih guru menerima siswa apa adanya.
Kekurangan
a. Tidak bisa diuji dengan mudah.b. Sulitnya membedakan mana yang serius dan mana yang tidak.c. Kebebasan yang diberikan biasanya malah disalah gunakan.
Aplikasi Dalam Pembelajaran
Dalam teori ini seorang pengajar bertugas sebagai fasilitator, oleh karena itu langkah berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dilakukan selaku fasilitator: 1). Pada awal pertemuan, seorang guru dapat memberikan motivasi supaya murid mau dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran; 2) Tujuan pembelajaran dipaparkan oleh guru, namun apabila ada murid yang belum memahaminya guru dapat menjelaskan ulang untuk memastikan murid benar-benar tahu arah pembelajarannya; 3) Penting bagi pengajar ataupun guru untuk memahami ciri dan karakter murid yang akan diajarkan, supaya dapat menyesuaikan keinginan murid; 4) Memfasilitasi sumber materi melalui berbagai media kreatif supaya murid tidak bosan, seperti buku atau modul pelajaran dan perangkat audio visual; 5) Menjalin komunikasi yang baik dengan murid supaya proses belajar tetap terkendali; 6) Mendorong murid untuk semakin meningkatkan kreatifitas dan supaya lebih peka terhadap diri sendiri dan sekitarnya; 7) Menjaga suasana belajar supaya selalu kondusif; dan 8) Melakukan kegiatan yang mendorong murid untuk selalu aktif selama proses belajar berlangsung.[]
Pengirim :
Mayada Malka Rahmandini, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, email : mayadamalkarahmandini@gmail.com