Enny Riyan Hasni (Foto : IST) |
Dua tahun yang lalu si C lulus dari salah satu favorit Pondok Pesantren Modern Al-Hasyimiyah Darul Ulum. Namun, dia tidak ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena si C yakin atas apa pengalaman nya di dunia pesantren selama ini bisa hidup di manapun berada. Beberapa hari kemudian si C memberanikan diri untuk melamar pekerjaan sebagai ustad di Pondok Pesantren Modern Al Hasyimiyah Darul Ulum di Sumatera Utara.
Dengan berbagai tes yang dilakukannya untuk menemukan pekerjaan ini dia yakin bahwa dia pasti ada bekal. Setelah satu minggu dia menerima panggilan dari pondok pesantren sebagai ustad. Selama 7 tahun dia tidak sia-sia belajar di dunia pesantren. Mengingat di pesantren dia diajarkan mengaji, tata krama yang baik dan sopan, berbagai ekstrakurikuler seperti, olahraga, seni, dan membuat hal yang baru di luar nalar pikirannya.
Kisah nyata ini mungkin hanyalah salah satu contoh dari ribuan kisah dimana harus menerapkan potensi, bakat, dan minat. Pesantren untuk membantu dimana titik kemampuan nya terlebih dahulu ,“sebagai jalannya” bagaimana caranya untuk menemukan minat dan bakat bukan untuk menghabiskan waktu, materi dan tenaga.
Beruntunglah dunia pendidikan memiliki ilmuwan yang bernama Dr. Howard Gardner (1983) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan dan gaya belajarnya sendiri yang menunjang untuk menuju kesuksesan. Gardner (1938) membagi kecerdasan individu menjadi delapan yang sekarang sudah disempurnakan menjadi 10 kecerdasannya masing-masing. Singkatya, mungkin dulu banyak orang beranggapan bahwa yang pintar adalah anak yang memiliki nilai fisika atau matematika yang tinggi.
Berdasarkan kenyataannya, banyak orang sukses yang memiliki keahlian dalam bidang lain, seperti olahraga, kesenian, menghafal, dan membuat hal yang baru dari pemikirannya. Salah satu contoh yang kita lihat ialah BJ .Habibie atau Chris John. Oleh sebab itu, sebagai ustadzah di bidang BK harus dapat menjadi “Ayah/Ibu’’ bagi santrinya, seperti kisah nyata diatas justru si C yakin bahwa dia telah membawa bekal yang bisa dikembangkan di dalam masyarakatya dan di lingkungan sekitar. Tentunya bisa menerapkan potensi, bakat, dan minat di pesantren. Artinya, tidak harus ustadz nya yang menemukan minat dan bakat nya. Meskipun demikian, pesantren sudah memfasilitasi untuk menerapkannya bagi santri mengikuti ekstrakulikuler yang ada di pesantren tersebut.
Dalam rangka menerapkan potensi, minat, dan bakat di pesantren dukungan sarana prasarana tentu sangat penting. Selain itu juga kegiatan tambahan terhadap santri di luar jadwal kelas berkoordinasi dengan pengasuh atau pembina asrama nya terlebih dahulu serta bekerja sama dengan pihak terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti observasi, wawancara, penelaahan dokumen santri, dan pemeriksaan psikologi (psikotes).
Mengingat jumlah santri hampir ribuan, sedangkan ustadz/ustadzah hanya beberapa orang,maka penggunaan psikotes dapat dijadikan pilihan yang tepat dalam penerapan minat dan bakat. Bidang keagamaan antara lain adalah tahfidz al-Quran, tilawah al-Quran, qiraah al-Kutub, dan kaligrafi. Selanjutnya bidang olahraga yaitu badminton dan tenis meja.
Untuk menerapkan bakat dan minat santri/santriwati di Pondok Pesantren Modern Al-Hasyimiyah Darul Ulum tentunya ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan yaitu kegiatan tahfidz al-Quran, tilawah al-Quran, Qiraat al-Kutub, kaligrafi, badminton, dan tenis meja. Adapun kendala yang ditemukan adalah kurangnya keseriusan, bakat, dan pengetahuan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, serta kurangnya sarana prasarana dan waktu yang diberikan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Adapun solusi yang dilakukan yakni dengan memberi tambahan tugas atau pengetahuan terhadap santri di luar jadwal yang ditentukan melalui kerja sama dengan pengasuhan atau pembina asramanya. Seperti dengan mengundang orang yang sukses di suatu bidang, kemudian menceritakan bagaimana prosesnya. Atau mengikuti perlombaan yang disediakan di dalam suatu daerah tujuannya agar motivasi para santri bangkit dan tumbuh lagi setelah melihat dan mendengarkan apa yang disampaikan serta apa yang menjadi pengalamannya..
Kesimpulannya, supaya bakat dan minat santri ini di bidang manakah mereka satu sama lain memang ahli dalam suatu bidang itu. Maka mereka lebih tahu apa yang harus dikembangkan pada masa ini dengan tujuan mempunyai bekal nanti ketika keluar dari pondok pesantren sudah bisa hidup dimanapun berada.[]
Pengirim :
Enny Riyan Hasni, Mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta