Foto : ILUSTRASI
Oleh : Drs. Jumadi, M.Pd
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta, email : lppmstitma2023@gmail.com
Rasa tanggung jawab adalah sikap yang dihargai dan dianggap perlu dimiki oleh anak-anak kita, baik anak laki-laki maupun perempuan. Inilah yang menambah keinginan para pendidik untuk menanamkan kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan anak-anaknya menjadi pribasi dananggota masyarakat, yang bertanggung jawab. Di samping itu setiap orang tua tentu di dalam hatinya berharap agar anak-anak mereka dapat maju dalam hidupnya dan mencapai lebih dari pada apa yang merek capai. Untuk menjadi kan hal ini kita harus mengusahakan agar mereka memiliki sifat-sifat tabah dan dapat dipercaya. Sedangkan menurut Pitri Ari lestari, I. Nengah Suadnyana, dan Agung Sri Asri, sikap tanggung jawab adalah berani memikul suatu tugas atau pekerjaan secara sungguh-sungguh, ikhlas, dan menggunakan seluruh kemampuan untuk mengerjakan tugas yang diberikan (Pitri Ari lestari, dkk : 2018).
Pada hakikatnya sifat yang dimiliki anak terutama pada usia dasar yaitu egois, manja, sensitif yang sangat tinggi, dan keras kepala (Urip Meilina Kurniawati dan Maemonah, 2021). Namun sebagai orang tua kita harus bisa membuat anak kita memiliki rasa tanggung jawab. Walaupun untuk menanampan rasa tanggung jawab pada usia dasar akan sulit namun ini perlu karena akan menjadi suatu kebiasaan dari kecil untuk memiliki rasa tanggung jawab.
Bagaimana engkau dapat mencari sesuatu jika engkau tidak dapat diserahi tanggung jawab? Juga alasan-alasan pribadi mendorong kita untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pada anak-anak kita. Anak yang dirumah dapat diserahi tanggung jawab tertentu. Juga lebih sering dalam pergauln mereka akan lebih mudaj bergaul, dan tidak menimbulkan kesulitan, mereka dakan menjadi anggota yang sanggup berusaha, baik dirumah, disekolah, maupun di perkumpulan-perkumpulan. Sifat bertanggung jawan pada anak sama pentingnya dengan sifat-sifat sopan dan taat, yang terutama di zaman alampau dianggap perlu dimiliki anak. Apakah cara untuk memupuk sifat dapat diserahkan tanggung jawab pada anak. Sampai berapakita dapat mengharapkan sikap bertanggung jawab pada seorang anak, baik terhadap diri sendiri maupun orang tuanya serta terhadap teman-teman sebayanya terntudengan mengingat masa-masa perkembangan yang sedang dilewati anak dalam hidupnya.
Dalam arti luas bertanggung jawab berarti dapat bertindak dengan tepat tanpa perlu diperingatkan. Bertanggung jawab meliputi dua hal, yaitu sifat tidak tergantung dan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Lebih dari itu ada tanggung jawab moral yang mendorong seseorang untuk memenuhi sesuatu kewajiban walaupun jika seandanya kewajiban itu tidak dijalankan tak ada orang yang mengetahuinya. Sifat dapat diserahi tanggung jawab seseorang akan terlihat pada cara ia bertindak dalam keadaan darudat dan cara ia melakukan pekerjaannya. Sebenarnya bertanggung jawab tidak merupakan sifat yang tidak dirumuskan dengan tegas, akan tetapi sikap itu mencakup sifat memperhatikan atau mempertimbangkan orang lain, ketelitian, kecakapan, keseimbangan, dan kesanggupan. Sifat ini tidak diturunkan dari orang tua. Jadi tidak tepatlah apabila kita beranggapan sifat yang kurang baik yang dimiliki suani, istri, ipar, maupun mertua telah diturunkan kepada anak-anak kita.
Tujuan menanamkan sika bertanggung jawab yang ingin kita capai dengan membina sikap itu pada anak-anak kita adalah agar supaya mereka dapat mengurus diri sendiri dan juga dapat memberi bantuan kepada masyarakat lingkungannya. Selain itu sikap tanggung jawab diperlukan dalam proses pembelajaran, karena bertanggung jawab terkait dengan pengerjaan tugas, pengumpulan tugas, serta pelaksanaan siswa dalam pembelajara (Riska Hiro Sinta, dkk : 2022). Selain itu sikap bertanggung jawab akan memunculkan sikap kemandirian bawaan. Dengan kemandirian bawaan anak-anak dapat membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan pengaturan diri seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, kepercayaan diri, keterampilan sosial, dan kecerdasan interpersonal (Sri Lestari dan Kartika Nur Farhiyah : 2023).
Kita dapat melatih anak kita yang paling kecil, si Fatimah agar ia memiliki sifat bertanggung jawab, misalnya dengan mendorong dia menghadapi dan mengatasi persoalannya. Dengan demikian ia dapat memperoleh kepuasan setiap kali ia merasa dapat memecahkan persoalannya. Pada umur dua tahun ia akan mengahadapai soal tentang bagaimana cara melepaskan roda mobil permainannya yang terjepit pada kaki kursi. Pada umur sebelas tahun ia mungkin berhasil mengatur permainannya. Pada umur empat belas tahun ia akan bergumul membuat rak untuk tempat buku, sholat dengan abik lima waktu tanpa ada yang bolong. Si Akhmad yang berumur tiga tahun sudah dapat mengambilkan Al-Qur’an untuk ayah dan jika ada tamu ia dapat menyajikan kue-kue. Bahkan ia dapat pula berpakaian sendiri.
Hal-hal tersebut di atas menunjukan bahwa ia sudah dapat dikatakan mempunyai rasa tanggung jawab. Si Udin yang berusia 10 tahun telah menunjukan pula bahwa ia dapat bertanggung jawab, apabila tiba waktu shalat ia berwudhu kemudian melakuakn sahalat tanpa disuruh oleh siapapun. Ia juga dapat membantu memotong rumput dan mencuci piring tanpa rasa enggan. Bertanggung jawab, untuk hal-hal tertentu tidak selalu menjemukan dan tidak perlu dilakukan dengan cemas. Apabila tidak selalu ditekankan bahwa hal-hal tersebut merupakan suatu keharusan maka seorang anak akan merasa bahwa ia dihargai, ia akan bangga dengantugas yang dilaksanakan. Hubungan dengan teman-temannya akan bertambah baik dan ia akan berusaha mencari kesempatan untuk membuktikan bahwa ia dapat diserahi tanggung jawab. Tetapi seperti juga hal-hal lain, dalam usaha mengembangkan sifat bertanggnung jawab inipun kadang-kadang akan menghadapi kegagalan.
Meniru sikap. Anak belajar untuk “dapat bertanggung jawab” jauh belum mereka memahami arti kata itu. Tanpa disadarinya seorang anak diasuh dengan baik akan tahu bahwa mengasuh anak adalah bagian dari tanggung jawab orang tua/dewasa. Manjadi orang tua menuntut rasa tanggung jawab yang besar dalam usahanya untuk menjadi, seperti ayah atau ibu yang dikaguminya, seorang anak akan meniru mereka yang ditiru ini tidak hanya apa yang dilihatnya ia juga mengambil oper perasaan-perasaan orang tua dan mengidentifikasikan diri (menyatukan diri) dengan mereka. Ini merupakan pemulaan dari pelajaran-pelajaran yang diperoleh seorang anak. Ia juga ingin menjadi orang yang dapat diserahi tanggung jawab.
Si Ani yang baru ber umur tiga tahun mengasuh boneka sama seperti jika ibu mengasuh dirinya. Si Udin dan Yayah yang masing-masing ber umur 4 dan 5 tahun bermain rumah-rumahan. Anak-anak ini belajar “tentang tanggung jawab” yang berlangsung secara tidak disadari merupakan cara yang paling baik dalam belajar mengenai hal-hal yang kompleks. Dalam masa pertumbuhannya anak belajar untuj dapat ‘bertanggung jawab’ dengan cara meniru. Mereka meniru perbuatan dan sikap orang tuanya, akan tetapi hasil dari mencontoh ini belum tentu dapat langsung kelihatan. Sikap orang tua atau keluarga ini akan meresap dalam kalbu anak-anak dan angota keluarga yang ini.
Disinilah peranan orang tau sebagai pendidik dan pembimbing supaya anak-anaknya menjadi anak yang “bertanggung jawab” haruslah memberikan contoh-contoh yang baik yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Milanya dengan tanggung jawab moral, jika andamengambalikan kelebihan uang kepada penjual daging atau bil anda mengakui dengan terus terang bahwa anda telah menabrak bagian mobil orang lain yang dipakir ditepi jalan meskipun tak seorangpun yang melihat kejadian itu, maka anda telah memberikan contoh yang diresap oleh anak. Demikian juga dengan tanggung jawab terhadap agama. Jika anda shalat jama’ah di masjid atau dimusholah, membaca al-qur’an sesudah shalat, anda telah memberikan contoh yang akan ditiru oleh anak-anak kita.
Taktik-taktik yang sering dipakai oleh orang tua untuk mendisiplinkan anak yang terbiasa membiarkan pakaiannya tercecer dilantai atau melupakan hal-hal yang disuruh ibunya, dapat melengkapi usaha dalam memupuk rasa tangung jawab pada anak, akan tetapi cara-cara tadi tidak menggantikan contoh-contoh baik yang diberikan oleh orang dewasa yang bersikap dan bertingkah laku bertanggung jawab. Bila seorang anak mogok atau tidak melakukan sesuatu yang kita suruh, patut kita periksa kembali apakah ita menuntut terlalu banyak dari padanya. Kadang-kadang kita membandingkannya dengan nak itu dengan anak yang “luar biasa” dalam kemampuan beranggung jawab, sehingga anak tersebutkelihatannya tidak bertanggung jawab.
Sikap tidak bertanggung jawab yang ditunjukan anak terus menerus dapat merupakan pernyataan kekuatiran keadaan sesuatu. Mungkin anak yang tidak bertanggung jawab itu merasa bahwa di dalam keluarga ia merasa bahwa di dalam keluarga ia merasa yang paling kurang diperhatikan oleh orang tuanua. Mungkin ia putus asa dalam mendambakan pujian yang sangat diharapkan. Barangkali ia khawatir akan kedudukannya diantara teman-temannya. Dapat juga ia merasa bersalah karena melakukan sesuatu yang dianggapnya salah, meskipun dapat juga itu mengenai kesalahan yang sebenarnya hanya dibayangkan sendiri. Dalam hal tertentu anak mungkin tidak bertanggung jawab, akan tetapi dalam hal ini dapat diserahi tnggung jawab. Seorang anak mungkin agak lemah kondidi badannya sehingga ia kurang mampu melakukan hal-hal yang agak berat.
Kadang-kadang perlu dilihat apakah sikap kurang bertanggung jawab merupakan satu-satunya ciri atau salah satu dari ciri-ciri lain yang kurang dimiliki anak itu dibandingkan denagn anak-anak lain yang sebaya. Kalau di samping tidak bertanggung jawab ia juga tidak bergairah, ia selalu bingung atau selalu bekelahi dan tidak dapat bergaul dengan anak-anak lain atau merasa takut tanpa sebab, mungkin pesoalanyang dihadapi anak itu cukup berat dan akanrnya cukup mendalam. Dalam hal demikian anak itu memerlukan pertolongan seorang ahli. Bila seorang anak tidak dapat diserahi tanggung jawab, akan tetapi dalam hal-hal lain ia berkembag cukup baik, kemungkinan besar ia hanya memerlukan pertolongan sebentar atau sedikit.
Jika seandainya cara-cara yang dilakukan tersebut di atas tidak berhasil, misalnya jika anak tidakmau bekerja sama memperbaiki sikapnya terhadap diri sendiri dapat merupakan cara menolong yang diperlukan, bercakap-cakap berduaan dengan ayah dan ibu, mengerjakan sesuatu hanya untuk kesenangannya, kadang-kadang mengembangkan rasa tanggung jawab anak. Ini kadang-kadang berlaku baik pada anak-anak maupun para remaja, jika ada kegiatan atau pekerjaan yang memberi kepuasan kepada anak, berilah kesempatan anak tadi untuk melakukannya lagi, asal hal tersebut tidak membahayakan atau melanggar norma-norma yang berlaku. Tanggung jawab melakuakn semua tugas dan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh. Tanggung jawab juga berarti siap menanggung segala resiko atau perbuatannya.
Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab menurut Anton Adiwiyanto.
1. Melakukan apa yang sudah dia ucapkan.
2. Mampu berkomunikasi dengan baik kepada siapa saja.
3. Memiliki jiwa elayani dengan sepenuh hati
4. Mampu menjelaskan apa yang dia lakukan, sehingga peribadi manusia memiliki tujuan.
5. Tidak menyalahkan orang lain secara berlebihan.
6. Mampu menentukan pikiran dari beberapa alternatif.
7. Menjadi pendengar yang baik, termasuk dalam menentukan keritik dan saran dari orang lain.
8. Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atau kesalahan yang dilakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
9. Peduli pada kondisi, baik teman maupun keluarga.
10. Bersikap tegar.
11. Menghormati dan menghargai aturan.
12. Rajin memberi apa saja, kepada siapa saja, dan tidak lupa mngucapkan terima kasih (CNN Indonesia).
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani. (HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap manusia yang lahir di muka bumi dalam keadaan fitrah, yaitu kejadian yang suci. Manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya. Maka kalau ada orang yang tidak beragama tauhid, itu disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitarnya. Maka orang tuanya bertanggung jawab mendidik anak-anaknya, agar mengikuti agama yang mntauhidkan Allah Ta’ala. Maka orang tua berhati-hati memilih sekolah untuk anak-anaknya yang pendidikanya mentauhidkan Allah subhanahu wa ta'ala.
Dari penelitian yang peneliti lakukan di Salafiyah Wustha Jamillurahman setingkat dengan MTs. Bapak Rizal, S.Pd. sebagai kepala Salafiyah Wustha Jamillurahman mengatakan pendidikan di sini mengedepankan tauhid dan akhlak.[]***