Notification

×

Iklan

Iklan

Adab-Adab Seorang Pelajar

Selasa, 26 September 2023 | September 26, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-26T04:06:09Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto : Ilustrasi

Oleh : Syaiful Anam, M.Pd dan Nanda Pratama
email : anams9763@gmail.com 


Sungguh Allah تعلى   telah memberikan kepada hamba-hambanya dengan mengutus Rasul yang mulia, yaitu Muhammad ﷺ. Sebagai pembawa berita gembira dengan, pemberi peringatan, suri tauladan untuk umat nya semoga senantiasa kita dapatkan taufik beliau ﷺ dan keluarganya serta para sahabat-sahabatnya yang semoga allah Ta’ala berikan hidayah untuk kita  aamiin.  Alhamdulilah, penulis akan menyampaikan dari  al-jami’ li akhlq ar-rawi wa aadab     as-sami’, karya Al-khatib Al-Baghdadi (wafat th.463 H). Tahqiq Dr.Mahmud Ath-Thahhan (1/79).


Al-khatib Al-Baghdadi rahimahullah meriwayatkan dari malik bin anas rahimahullah, ia berkata, ‘ibnu sirin rahimahullah berkata: “Dahulu mereka mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mempelajari ilmu. Ibrahim bin Hubaib rahimahullah, beliau menyampaikan :” ayahku berkata kepadaku, “wahai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, belajar lah dari mereka, dan ambillah adab, akhlak serta petunjuk mereka, karena sesungguhnya hal itu lebih baik aku sukai bagimu dibandingkan kamu memperbanyak hadits.” 


Dan Ibnul Mubarak rahimahullah, mengatakan : makhlad bin al-husain rahimahullah berkata kepadaku: “Kami lebih butuh memperbanyak adab daripada memperbanyak hadits”. Dari Zakariyya Al-‘Anbariy rahimahullah, beliau berkata : 

علم بل أدب گنار بلا حطب ، وأدب بل علم گروح بل جسم

“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, sedangkan adab tanpa ilmu ruh tanpa jasad” (4).


Maa syaa allah setelah penulis paparkan beberapa perkataan para ulama salafusshaleh tentang penjabaran adab bagi seorang pelajar laki-laki maupun perempuan yang perannya sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan seorang murid maka penulis akan menyampaikan beberapa adab yang harus dipenuhi oleh seorang Tholabul Ilm’ (Penuntut ilmu).


Ikhlas 


Apabila seorang penuntut ilmu ikhlas karna Allah Ta’ala dalam semua amalan-amalan yang dikerjakan dalam kesehariannya maka setiap perbuatan, pekerjaannya akan bernilai ibadah dan dan setiap usaha kita Insyaallah diberkahi oleh Allah Ta’ala.


Dalam firmannya Allah  Ta’ala menjelaskan pada surah Asy-syuura ayat 20 ,berbunyi :


مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ


Artinya : “Barangsiapa menghendaki keuntungan diakhirat, akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan didunia. Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun diakhirat.”


Perlu kita sampaikan bahwa setiap kita beramal dengan tujuan mendapatkan keuntungan nikmat dunia semata, keridhoan,penghormatan manusia maka Allah Ta’ala akan berikan apa yang ia niat kan karna suatu hal tersebut.  Dari ayat diatas sudah disampaikan penjelasan mengenai perihal tema kita, maka perlu penulis ingatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  telah menjelaskan kepada kita bahwa amal shaleh yang diterima itu sangat tergantung dengan niat yang ikhlas. 


Imam Bukhari dan Muslim rahimahullah meriwayatkan dari umar bin al-khattab  radhiyallahuan, ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : 


“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa hajrahnya karna Allah  dan Rasul-nya, maka hajrahnya itu karena Allah dan Rasul-nya. Barangsiapa hajrahnya karna karena dunia yang hendak diraihnya atau karena karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niat hijrahnya itu”.


Kita akhiri pembahasan awal ini dengan membawakan  wasiat imam Al-Ghazali rahimahullah, beliau mengingatkan penuntut ilmu tentant pentingnya kesadaran diri seorang penuntut ilmu dan kembali bertanya kepada diri sendiri tentang alasan menuntut ilmu dan bersabar terhadap berbagai kesulitan dalam menuntut ilmu. Beliau rahimahullah berkata: “Berapa banyak malam-malam yang telah kamu hidupkan untuk  muraja’ah (Mengulang-ulang)  ilmu dan menelaah kitab-kitab. Kamu haramkan tidur atas dirimu. Saya tidak tahu atas apa alasan kamu melakukan semua itu? Jika niatmu melakukan semua itu untuk mendapatkan keuntungan, bagian, dan jabatan dunia, serta berbangga-bangga terhadap teman dan kawan seangkatan, maka celaka kamu, celaka kamu. Namun jika niatmu menghidupkan syariat Nabi Sallahualaihiwassalam, memperbaiki akhlak, dan mengendalikan hawa nafsu yang senantiasa menyeru kepada keburukan, maka beruntunglah kamu, beruntunglah kamu”. 


Mengamalkan Ilmu yang sudah dipelajari 


Alhamdulillah pada kesempatan ini Insyaallah akan penulis sampaikan beberapa firman Allah Ta’ala mengenai point kedua dalam pembahasan. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan, seseorang ‘alim yang mempunyai ilmu dari apa yang sudah ia pelajari tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya. Maka orang tersebut akan dimintai pertanggung jawaban pada hari kiamat.  

Allah Ta’ala menyampaikan dalam firmannya terdapat pada surah Ash-Shaff, ayat 2-3, berbunyi :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ


Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang kamu kerjakan.”


Dan Rasul ﷺ telah menjelaskan bahwa pada hari kiamat kelak orang-orang yang berilmu (mempelajari ilmu agama) akan ditanya tentang ilmunya, apa yang sudah ia amalkan. Imam Tirmidzi Rahimahullah meriwayatkan dari abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu’an ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :


“Tidak akan bergeser dua Telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan. tentang ilmunya, apa yang sudah ia amalkan. Tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya. Serta tentang tubuhnya, capek dan letihnya untuk apa.”


Dulu para sahabat Rasul ﷺ. Yang mulia. 

Walaupun mereka bertaqwa dan berpegang teguh dengan Al-Quran  dan sunnah, namum mereka tetap khawatir akan ditanyakan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan atau tidak. 


Abu darda radhiyallahu’anhu berkata : “Sesungguhnya aku khawatir pada hari kiamat nanti aku akan ditanya, Apakah engkau mengetahui atau tidak? Lalu aku menjawab, aku mengetahui. Maka tidak ada satupun ayat dari kitabullah yang memerintahkan atau melarang mendatangiku dan bertanya kepadaku tentang konsekuensinya. Ayat yang memerintahkan bertanya, Apakah engkau telah mengerjakan? Ayat yang melarang bertanya, Apakah engkau telah meninggalkan? Maka aku berlindung kepada Allah Ta’ala dari ilmu yang tidak bermanfaat”. Oleh karenanya seorang penuntut ilmu hendaknya selalu mencari terus menggali jati dirinya sebisa mungkin, apabila melakukan maksiat ,serta tetap berhati-hati terhadap tipu daya hawa nafsu dan godaan setan. 


Sabar Dalam Belajar 


Sikap sabar adalah akhlak terpuji yang harus ada dalam diri seorang penuntut ilmu, dalam islam sabar ini juga ada syariat dan diperintahkannya seorang hamba untuk bersabar dari segala sisi, Menjadi orang yang tenang dan penuh kasih sayang.


Semakin sabar, kita semakin dapat menerima hidup ini apa adanya dengan hati yang lapang dada serta kenyamanan dalam hidup, ya bukan. Bukan semakin menerima hidup ini persis seperti yang kita kehendaki. 


Tanpa kesabaran, hidup pastilah akan membuat kita sangat frustasi. Kita akan mudah jengkel, terganggu, dan merasa disakiti. Kesabaran menambahkan rasa suatu dimensi ketentraman dan rasa menerima pada hidup kita. Yang mana bertambah dan sangat penting bagi ketenangan batin.


Menjadi lebih sabar mengaharuskan kita membuka hati pada saat sekarang, bahkan bila kita menyukainya. Bila kita terjebak ditengah kemacetan total, terlambat datang ke sebuah pertemuan, membayangkan saat-saat tersebut akan membuat kita membangun bola salju mental sebelum pikiran kita tersadar dan bersikap santai terhadap apa yang ada di depan kita. Dan mungkin ini juga tempat yang baik untuk menarik napas dan juga kesempatan untuk mengingatkan diri kita bahwa, pada skema yang lebih besar, terlambat adalah “masalah kecil”. 


Kualitas hati yang dapat dikembangkan dengan Latihan yang direncanakan, itulah kesabaran. Penulis lain berpendapat “Suatu cara yang efektif yang saya temukan bisa memperbesar kesabaran saya adalah menciptakan periode Latihan yang sebenarnya, suatu periode waktu yang saya program didalam otak saya mempraktikan seni menjadi sabar. Ruang kelasnya adalah hidup ini sendiri, dan kurikulumnya adalah kesabaran.”


Adapun macam-macamnya sabar yakni sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah  Ta’ala. Sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar terhadap ujian dunia. Keberhasilan dunia dan kemenangan di akhirat tidak akan diraih kecuali dengan kesabaran. Seandainya seorang petani tidak sabar terhadap benih yang ditanamnya niscaya petani tersebut tidak akan memanennya. Seandainya pula bagi penuntut ilmu tidak bersabar pada saat belajar niscaya ia tidak akan pernah berhasil memiliki ilmu.


Kesabaran adalah salah satu sifat istimewa yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin mencapai suatu tujuan yang ia damba-kan, Menjadi sabar membuat diri kita bisa menjaga perspektif, kita dapat mengingat, bahkan ditengah-tengah situasi sulit, apa yang ada didepan kita.


Firman Allah Ta’ala. Dalam Surah An-nahl, ayat 127-128, 

“Bersabarlah (hai Muhammad)  dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta Orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”.


Allah  ﷻ Menyanjung para penyabar yang ikhlas, yaitu orang-orang yang bersabar dalam rangka mencari ridho rabbnya. 

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.


Masih banyak lagi firman-firman Allah ﷻ yang menjelaskan tentang pentingnya sikap sabar dan Hadits-hadits nabi ﷺ.


Seorang penuntut ilmu, seorang yang semata-mata mencari ridho allah Ta’ala . Harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai keletihan, kelelahan. Bahkan kelelahan yang dirasakan disiang hari harus dilanjutkan dengan begadang di malam hari. Itulah yang sebagian teman-teman perkuliahan yang mereka alami. Bersabar terhadap berbagai kesulitan melakukan perjalanan menuntut ilmu. Dari apa yang sudah penulis dengar bahwasanya dulu, dizaman para sahabat-sahabat rasul ﷺ. ,para Thabi’in ,para ulama-ulama, orang shaleh terdahulu. Mereka harus melakukan perjalanan yang jauh dengan ditempu dengan waktu yang lama dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun demi untuk mendapatkan, mencari satu hadits Rasul ﷺ.


Jujur dan dapat dipercaya 


Ilmu adalah amanah dan tanggung jawab, sudah sewajarnya diemban dan disampaikan dengan jujur dan penuh rasa takut kepada Allah Ta’ala. Para orang-orang shaleh terdahulu, sangat teliti dan hati-hati dalam mengeluarkan pendapat (ilmu syar’i) kepada manusia karena mereka takut salah, atau berbicara tentang Allah Ta’ala  tanpa ilmu, mereka saling menolak untuk berfatwa, padahal kedudukan mereka sangat agung dan keilmuan mereka sangat luas. 


Diriwayatkan dari al-qasim bin muhammad bin Abu Bakar as-shiddiq rahimahullah bahwasanya datang seorang laki-laki, lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu. Al-Qasim rahimahullah berkata : “Aku tidak mengetahui. Laki-laki itu berkata,  ‘Aku terpaksa bertanya kepadamu, karena aku tidak mengetahui selain dirimu’.  Al-Qasim rahimahullah berkata : “jangan kau lihat panjangnya jenggotku, dan banyaknya manusia disekitarku, demi Allah aku tidak mengetahuinya..  Kemudia ia berkata, Demi Allah lisanku dipotong lebih aku sukai daripada aku menyampaikan sesuatu yang tidak aku ketahui”.


Seorang ulama mejelaskan (imam ibnu shalah rahimahullah) menjelaskan bahwa fatwa tanpa ilmu terkadang mengantarkan kepada penyimpangan dan kedustaan dalam masalah halal dan haram, sehingga pelakunya (orang yang berfatwa) masuk Dalam firman Allah Ta’ala, berbunyi :


وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ ٱلْكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ. مَتَٰعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ


Artinya : “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengadak-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah  tiadalah beruntung. (itu adalah)  kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.“ Makna ayat diatas mencakup setiap orang yang menyimpang dalam fatwanya. Ia mengatakan tentang perkara yang haram: “ini halal”, atau ia mengatakan tentang perkara “ini haram”. 


Menyebarkan ilmu dan mengajarkannya


Diantara adab yang wajib dilakukan oleh seorang penuntut ilmu (ilmu syar’i) adalah menyebarkan atau mendakwahkannya ilmu ditengah-tengah masyarakat, tidak menyimpan atau menyembunyikan dengan ilmu. Untuk memperingatkan perbuatan tersebut Allah Ta’ala mengancamnya dengan hukum yang berat. Dalam firmannya, yang artinya :


“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)  dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dilaknati allah dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati”.


Maka wajib bagi penuntut ilmu (ilmu syar’i) bersungguh-sungguh dalam menyebarkan ilmu kepada umat manusia. Memperingatkan mereka tentang perkara-perkara agama, memperingatkan untuk menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan, serta mengajarkannya hukum-hukum halal dan haram. 


Dan perkara yang terpenting adalah dari penuntut ilmu yakni, bersungguh-sungguh dalam mengajarkannya kepada umat manusia yakni Al-Qur’an al-karim. 


Bagaimana cara membaca, mengahafal, memahami, menerapkan, melaksanakan perintah-perintah didalamnya, dengan itu semua Insyallah kita akan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat Aamiin.


Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Utsman bib affan radhiyallahu an dari nabi sallahualaihiwassalam beliau bersabda :


خيركم من تعلم آلقرآن وعلمه


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.


Dengan menyebarkan dan mengajarkan ilmu maka akan terwujud berkah ilmu, mengajarkan ilmu dan menyebarkannya merupakan bagian yang tidak terpisah dari mempelajari dan menuntutnya. 


Mengulang-ulang pelajaran/Memuraja'ah


Perlu pembaca Cermati dan amalkan, bahwasanya pemtingnya mengulang-ulang pelajaran atau ilmu yang sudah dipelajari dengan tujuan untuk menguatkan daya ingat ilmu yang sudah dipelajari secara rutin agar tidak lupa, meningat tabiat manusia adalah pelupa yang sudah allah Ta’ala hendaki,kemampuan intelektual serta daya ingat orang satu dengan yang lain tentu berbeda. 


Dengan kita sering Mengulang-ulang pelajaran agar menambah pemahaman, dan bisa membandingkan antara yang dipahami dan yang dihafal, sehingga hal itu melekat kuat dalam ingatannya.[]***

×
Berita Terbaru Update