Notification

×

Iklan

Iklan

Meditasi dalam Sejarah Filsafat India: Apa dan Mengapa itu Menjadi Relevan Sampai Saat ini?

Sabtu, 01 Juli 2023 | Juli 01, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-01T14:43:39Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto : ILUSTRASI

India memiliki tradisi pemikiran filosofis yang panjang, kaya dan beragam sekitar dua setengah milenium dan mencakup beberapa tradisi agama besar.didalamnya. Ada pun beberapa konsep yang tersebar secara universal dalam rentetan historis Filsafat India itu sendiri, seperti dharma, karma, samsara, reinkarnasi, dukkha, penolakan, meditasi dan bisa disimpulkan secara umum semua konsep itu memfokuskan kajiannya pada tujuan akhir pembebasan individu melalui beragam praktik spritual (moksa). Sue Hamilton dalam bukunya Indian Pholosophy: A Very Short Introduction, menyatakan bahwa Filsafat India secara tradisional disebut sebagai Darśana, yang secara harafiah berarti “pandangan”, yakni “pandangan” kognitif yang terarah kepada sesuatu. Apa yang “dilihat” adalah kebenaran tentang hakekat realitas, dan ini mencerminkan suatu fakta bahwa memahami hakekat realitas adalah tujuan berfilsafat India (Sue Hamilton, 2001). 


Dalam tulisan singkat ini penulis tidak membicarakan secara luas tentang sejarah Filsafat India melainkan secara khusus memfokuskan pembicaraan terkait salah satu tema (konsep) terpenting dalam Tradisi filsafat India itu, yakni Meditasi. Boleh dikatakan, meditasi adalah salah satu temuan terpenting dalam sejarah manusia. Ia membuka ruang baru bagi hidup manusia. Ia membawa orang keluar dari penderitaan batin yang amat menyiksa. Ia meningkatkan mutu kehidupan seseorang secara keseluruhan. 


Meditasi, Apa Itu?


Meditasi (Semadi) diartikan sebagai suatu praktik yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Maka tidak mengherankan jika praktik meditasi menjadi begitu familiar bagi banyak orang maupun kelompok tertentu. Makna harafiah meditasi adalah kegiatan mengunyah-ngunyah atau membolak-balik dalam pikiran, memikirkan, merenungkan. Sedangkan secara teoritis meditasi adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi hidup, dan perilaku (Hardjana, 2003).


Dengan kata lain, meditasi mampu melepaskan kita dari penderitaan pemikiran baik dan buruk yang sangat subjektif yang secara proporsional berhubungan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu. Sekurang-kurangnya terdapat empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama, meditasi adalah aktivitas untuk kembali ke saat ini. Masa lalu hanyalah ingatan. Masa depan hanyalah bayangan. Yang sungguh nyata adalah saat ini. Jika kita hidup sungguh di saat ini, kita hidup dalam kebenaran. Disini kita menarik segala keterikatan pikiran kita pada apa yang terjadi kemarin dan sesuatu yang membani di hari esok.  


Kedua, meditasi adalah aktivitas kembali ke sebelum pikiran. Sebelum pikiran, diri kita yang asli tampil ke depan. Sebelum pikiran adalah kesadaran/kehidupan (awareness/aliveness) itu sendiri. Kita menemukan kejernihan di sana. Ini mengintroduksikan suatu penolakan terhadap kecenderungan akan yang rasonal. Tiga, meditasi adalah aktivitas untuk membangun jarak dengan pikiran dan tubuh kita. Pikiran dan tubuh seringkali menjadi sumber penderitaan besar. Kecemasan akan berbagai hal membuat kita tersiksa. Dengan meditasi, kita membuat jarak dengan pikiran dan tubuh kita. Penderitaan pun mengecil, bahkan lenyap sama sekali. Dalam artinya yang asli, meditasi bukan untuk menjadi sakti. Orang tak akan bisa terbang, jika ia meditasi. Orang tak akan bisa hidup abadi, jika ia meditasi. 


Meditasi, bukan kegiatan melamun sehingga terkesan membuang-buang waktu dengan berduduk diam dan khusyuk dengan pikiran sendiri. Meditasi, bukan juga sebuah agama yang mengajarkan tentang doktin-doktin tertentu yang seringkali justru “membelenggu”. Kita tidak diharuskan untuk menjadi percaya akan sesuatu. Kita hanya perlu mencoba, menerapkan dan menikmati hasilnya. 


Meditasi, Mengapa Perlu?


Pertanyaannya, mengapa kita perlu bermeditasi? Jika salah mengerti apa itu meditasi tentunya kita akan secara tegas menolak melakukan kegiatan meditasi. Manfaat meditasi tidak akan dirasakan secara fisik. Namun kajian dari Ilmu Fisiologis melaporkan khasiatnya seseorang bermeditasi.  meditasi adalah anti-stres yang paling baik. Saat anda mengalami stres, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalin memompa hormon-hormon stres (Effendi, 2003). Ada beberapa dua hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, meditasi diperlukan, supaya kita menemukan keseimbangan dalam hidup. Kompleksitas masalah dalam hidup ini sering menggiring kita pada suatu kecemasan dan ketakuytan yang berlebihan akhirnya membuat hidup menjadi tidak seimbang. Melalui meditasi masalah itu menjadi mungkin untuk terselesaikan. 

 

Kedua, meditasi memberikan kesehatan mental. Ia membuat orang mampu menjaga jarak dengan kecemasan hidupnya. Ia membuat orang mampu menemukan kedamaian disini dan saat ini. Meditasi bisa membawa orang menuju kebahagiaan yang sejati. Ketiga, meditasi bisa membawa kita pada pencerahan. Dalam arti ini, pencerahan terjadi, ketika orang sungguh memahami, siapa diri mereka sebenarnya. Pikiran dan badan hanyalah pinjaman. Diri kita yang asli adalah kesadaran/kehidupan itu sendiri. Inilah kebijaksanaan tertinggi.


Penderitaan membuat kita bisa merasakan penderitaan orang lain. Kita bisa bersikap tepat terhadap orang lain yang menderita. Kita bisa menolong mereka, sesuai dengan kebutuhan mereka, dan kemampuan kita. Saat demi saat, kita mengembangkan empati dan welas asih terhadap semua mahluk. Meditasi, menuntun praktisi dari pikiran ke hati dan penyatuan. Meditasi adalah proses pembelajaran yang sebagian besar adalah proses pelepasan konsep dan tanggapan imajiner terhadap realitas yang kompleks. 


Konsep Meditasi yang ditawarkan dalam filsafat India ini ternyata berdaya guna bagi pengembangan kepribadian setiap individu. Konsep tua dalam tradisi filsafat India ini justru menjadi relevan dengan kehidupan kita di dalam perbagai perbuhan dan gejala dunia yang makin sekuler ini. Efek globalisasi yang makin mengaburkan batas-batas teritorial dan waktu menimbulkan berbagai krisis yang berlebihan. Krisis identitas yang paling dirasakan dewasa ini bisa disembuhkan di dalam dan melaui meditasi.[]


Pengirim :

Agustri Mardika L. Bnani, mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, email : mardykab@gmail.com

×
Berita Terbaru Update