Bimbingan dan Konseling Anak Berbakat di RA Masyitoh 1 Parakan (Foto : IST) |
Secara statistik jumlah anak berbakat sangatlah besar di Indonesia. Di antara mereka ada yang telah berhasil mewujudkan potensinya, sehingga dapat berprestasi optimal, namun sebagian besar di antara mereka cenderung belum berprestasi optimal. Hal ini ditunjukkan dengan penampilan sejumlah anak RA Masyithoh 1 Parakan yang menunjukan prestasi secara menakjubkan yang tidak hanya pada tingkat kecamatan, melainkan juga tingkat kabupaten.
Jika dihitung, maka jumlah anak yang berprestasi masih jauh dari angka yang seharusnya. Kurang keberhasilan itu, tidak hanya disebabkan oleh persoalan kompleks yang dihadapi bangsa Indonesia, melainkan sistem pendidikan yang diterapkan belum banyak memberikan fasilitasi bagi perkembangan anak berbakat. Di sisi lain arus globalisasi sangat menghendaki kemampuan kompetitif dalam berbagai hal di antara setiap warga Indonesia. Untuk dapat mengantarkan bangsa Indonesia di masa depan yang lebih prospektif dan mampu bersaing secara terbuka, maka sangatlah diperlukan sistem pendidikan yang mampu membangun keunggulan (excellence).
Untuk membangun keunggulan tersebut, bangsa Indonesia bertumpu pada individu-individu yang memiliki potensi dan prestasi cemerlang, salah satunya adalah bakat anak. Hingga kini berbagai upaya telah dilakukan dalam membangun keunggulan, di antaranya melakukan reformasi hukum di bidang pendidikan, manajemen pendidikan, proses pembelajaran, kurikulum, dan sistem evaluasi. Namun pada kenyataannya semua upaya reformasi di bidang pendidikan belum menampakkan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah kinerja Bimbingan dan Konseling (BK) belum mampu menampilkan prestasi yang membanggakan terutama dalam memberikan pelayanan bagi anak berbakat akademik.
Anak berbakat akademik tidak hanya membutuhkan layanan BK tidak hanya untuk pengembangan potensinya, melainkan juga untuk mengatasi persoalan yang dimilikinya. Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat, layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan suatu jantung proses pendidikan yang ternyata mampu menunjukkan kontribusinya dalam mengakselerasi kemajuan pendidikan, yang pada gilirannya mampu membangun keunggulan.
Anak Berbakat Akademik (ABA) pada hakekatnya dapat dikenali melalui pemahaman tentang karakteristik kebutuhannya.
Adapun karakteristik ABA di antaranya: (1) memiliki rentangan perhatian yang lama dikaitkan dengan bidang akademik tertentu, (2) memiliki pemahaman konsep, metode, dan terminologi pada tingkat lanjut untuk bidang tertentu, (3) mampu menerapkan konsep-konsep dari bidang-bidang tertentu ke kegiatankegiatan dalam bidang lainnya, (4) adanya keinginan untuk mencurahkan sebagian besar waktu dan usahanya untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik tertentu, (5) adanya kemampuan kompetitif dalam bidang akademik tertentu dan motivasi untuk berbuat yang terbaik, (6) kemampuan belajar cepat dalam bidang studi tertentu, dan (7) memiliki keajegan dan dikendalikan oleh tujuan dalam bidang tertentu.
Karakteristik-karakteristik ini berkonsekuensi pada kebutuhankebutuhannya. Untuk dapat lebih bermakna karakteristik ABA, maka kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi, di antaranya: (1) mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kompetensi fundamental, perbendaharaan teknis, dan pengetahuan lanjut dari suatu bidang yang dimilikinya, (2) berinteraksi dengan para pemimpin dalam bidangnya, (3) menerapkan pengetahuannya untuk penyelesaian masalah yang mutakhir, (4) mengkomunikasikan pengetahuannya, dan (5) mengembangkan kemampuannya dalam bidang akademik dan sosial lainnya.
Jika dikaitkan dengan kepentingan konseling maka karakteristik anak berbakat akademik dapat dikelompokkan di antaranya menjadi: (1) kluster pertama, aspek personal-sosial : anak berbakat cenderung memiliki sensistivitas yang tinggi, rasa keadilan, dan perfeksionisme, (2) kluster kedua, aspek akademik : anak berbakat cenderung kemampuan memanipulasi sistem simbul yang abstrak, kecepatan retensi yang tinggi, kecepatan belajar dan menguasai lingkungan; dan (3) kluster ketiga, aspek karir: anak berbakat cenderung memiliki kemampuan melakukan beberapa hal dengan baik (multipotensialitas), minat yang bervariasi dan beragam, dan lokus kontrol internal yang tinggi (kemandirian).[]
Pengirim :
Ria Yuniwati, mahasiwa PIAUD INISNU Temanggung, email : rasyifaria@gmail.com