Ilustrasi sowan (Foto : iainutuban)
Sebagai seseorang yang pernah menempuh suatu pendidikan,
baik di sekolah umum maupun di pesantren, tentunya kata sowan seringkali kita
dengar disekitar kita. Pengertian sowan jika mengacu pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, bisa diartikan
sebagai menghadap (kepada orang yang dianggap mulia dan dihormati,
seperti raja, guru, atasan, orang tua, atau orang yang lebih tua); berkunjung.
Dari pengertian tersebut dapat
kita simpulkan bahwa
sowan adalah menghadapnya seseorang yang merasa lemah (murid) kepada orang yang
disegani atau dihormatinya (mu’allim atau guru). Kegiatan sowan ini tidak hanya
berlaku antara murid dengan guru saja, melainkan juga seorang rakyat yang sowan
kepada para penguasa, anak kepada orang tua nya dan lainnya. Intinya yang
dinamakan sowan itu adalah kegiatan mengunjungi seseorang yang dihormati oleh
kita.
Kegiatan sowan di
dunia pesantren tentunya sudah tidak asing lagi, bahkan kegiatan sowan ini
sudah berlangsung secara turun menurun sejak zaman para simbah kyai terdahulu.
Jangan sampai karena alasan jarak dan sudah selesai masa belajarnya, seorang
murid merasa enggan untuk mengunjungi gurunya, karena kunci keberkahan seorang
murid terletak pada keridhoan seorang guru melalui selalu mengingat-ingat jasa
beliau.
Sowan ini biasanya
dilakukan oleh para santri, alumni, maupun para orang tua santri yang ingin
berkunjung ke ndalem (rumah) dari kyai yang mengasuh pondok pesantren tersebut.
Kegiatan sowan umum nya dilakukan setelah perayaan hari raya idul fitri atau memasuki
tahun ajaran baru, hal ini bertujuan selain untuk mengunjungi mu’allim kegiatan
ini juga sebagai ajang silaturrahmi antara murid dengan guru, atau orang tua
dengan guru yang akan mendidik putra putrinya selama di pesantren.
Salah satu tujuan dari
sowan adalah untuk menjalin silaturrahmi dengan para dzuriyyah pondok. Selain
untuk menjalin silaturrahmi, kegiatan sowan yang dilakukan oleh para alumni
juga bertujuan untuk mengisi batin kita dari kekosongan karena sudah lama tidak
berjumpa dengan sang guru. Sedangkan bagi para santri yang masih aktif kegiatan
sowan ini memiliki tujuan untuk meminta pertimbangan dan do’a restu terhadap hajat
dan amanah yang sedang dijalaninya.
Kegiatan sowan
akan berjalan sukses apabila ketiga elemen penting ini sepakat untuk saling
terikat, yaitu: Pertama; mu’allim yang berkewajiban untuk mendidik para santri
agar memiliki bekal agama yang memadai dan agar terciptanya nilai akhlakul
karimah di dalam diri santri, Kedua; walisantri yang berperan penting terhadap kebutuhan
dhohir anaknya serta memenuhi kebutuhan anak selama tinggal di pesantren,
seperti membayar syahriyah pondok, dan memberi uang jajan anak, Ketiga; santri yang
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu kepada para gurunya. Karena apabila
ketiga elemen itu ada yang tidak bekerja, maka proses dalam mencari ilmu akan
mengalami gangguan.
Ada beberapa adab untuk
sowan kepada para mu’allim kita di pesantren yaitu dengan membawakan bingkisan
atau buah tangan. Walaupun kebanyakan dari para mu’allim pernah ngendiko (mengatakan)
ketika santri ingin sowan tidak usah repot-repot dengan membawakan buah tangan
untuk keluarga ndalem, karena dengan kedatangan mereka untuk sowan saja para mu’allim
sudah merasa senang.
Tapi sebagai
seorang santri yang pernah menempuh pendidikan disitu tentu saja kita akan
merasa ewoh (tidak enak) jika datang tidak membawa buah tangan kepada beliau, karena
buah tangan yang kita bawa sebagai bentuk balas budi kita kepada beliau yang
telah mengajarkan kita banyak ilmu. Walaupun hal itu tidak setara dengan ilmu
yang sudah mereka ajarkan kepada kita dan jangan lupa buah tangan yang kita
berikan kepada mu’allim niatkan sebagai shodaqoh. Tidak hanya masalah menbawa
suatu bingkisan saja adab kita ketika sowan, ketika kita akan berkunjung ke
suatu tempat pastinya kita akan mengucapkan salam di depan pintu rumahnya, hal
ini juga berlaku ketika kita sowan ke mu’allim kita.
Hendaknya kita
mengucapkan salam tidak lebih dari 3 kali dan ditunggu sampai guru kita itu
mempersilahkan kita untuk masuk, jika kita sudah menunggu cukup lama namun guru
kita tidak kunjung datang, mungkin saja beliau sedang istirahat dan dianjurkan
untuk kembali lagi dengan memilih waktu yang tidak mengganggu waktu istirahat
beliau. Jika pihak ndalem sudah mempersilahkan kita untuk masuk, maka ketika
kita berjalan di depan guru hendaknya menggunakan lutut dengan menundukkan
kepala sebagai wujud hormat kita kepada beliau, selanjutnya jika jarak kita
dengan guru kita sudah dekat maka raihlah tangan beliau lalu kecup tangan
beliau dengan takdzim.
Jangan pernah menyela
ucapan guru sebelum beliau mempersilahkan kita untuk menjawabnya. Jika kita
disuguhi suatu makanan atau minuman oleh guru kita, maka sebisa mungkin kita
untuk mencicipinya karena biasanya diantara makanan dan minuman tersebut
terdapat barakah sang guru. Dan yang terakhir, sampaikan salam orang tua kita
kepada sang guru.
Ada beberapa
keutamaan dalam kegiatan sowan-sowan, diantaranya adalah: pertama; mempererat
tali silaturrahmi antara mu’allim, santri, dan orang tua, kedua; menjaga
kerukunan, ketiga; memanjangkan umur, keempat; menentramkan hati dan pikiran,
kelima; menjadikan hidup berkah, dan masih banyak lagi keutamaan dari sowan
kepada para mu’allim kita. Untuk itu bagi para alumni yang sudah lama tidak
berkunjung ke ndalem para mu’allim nunggu apa lagi, setelah kita tahu betapa
banyaknya keutamaan yang akan kita peroleh dari acara sowan-sowan.[]
Pengirim :