Samuel (12), seorang Anak Panti yang Bercita-cita Menjadi Anggota TNI (Foto L Ist)
Seorang anak bernama Samuel (12) yang tinggal di sebuah panti asuhan menceritakan kepada kami bahwa ia ingin menjadi seorang tentara. Panti asuhan tersebut bernama Panti Asuhan Kemuliaan Hati Ibu yang beralamat di Jl. Terompet No.88, Titi Rantai, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155.
Walaupun sadar akan kekurangan yang ia miliki, tapi anak tersebut tidak malu berulangkali mengatakan mimpinya ingin menjadi seorang TNI ketika kami menanyakan apa cita citanya.
Hal itu dia sampaikan kepada kami ketika melaksanakan project Based learning (PBL) dan melaksanakan kegiatan seperti observasi sampai intervensi terhadap salah seorang anak di panti asuhan Kemuliaan Hati Ibu tersebut.
Kegiatan itu kami laksanakan pada hari Rabu, 31 Mei 2023 yang lalu. Dalam pelaksanaan program tersebut kami lakukan secara berkelompok yang terdiri dari Muhammad Fathur Ammar, Johannes Hia, Abella Gracia Manurung, Nazwa Sabila, Okhilip Abdi Agam Zebua dan Haikal Primsa Ginting.
Selain memenuhi keperluan tugas, tujuan kami melaksanakan kegiatan tersebut adalah untuk sebagai latihan memahami klien beserta lingkungannya sehingga diharapkan kedepannya kami bisa menjadi pekerja sosial yang kompeten.
Dalam melaksanakan intervensi terhadap klien yang disini adalah Samsul (12) tadi kami memilih menggunakan metode casework menurut Zastrow dalam buku Kesejahteraan Sosial oleh Isbandi Rukmini Adi.
Dia mengatakan proses konseling melalui metode casework dari sudut pandang klien dapat dikonseptualisasikan menjadi 8 tahapan, yakni di antaranya penyadaran akan adanya masalah, penjalinan relasi lebih mendalam dengan konselor (caseworker), pengembangan motivasi, pengonseptualisasi masalah, eksplorasi strategi mengatasi masalah, implementasi strategi mengatasi masalah, serta evaluasi. (Zastrow (1982: 484-486).
Setelah kamu memilih metode casework dan melakukan intervensi terhadap Samuel (12) maka saat itulah dia menceritakan kepada kami tentang impiannya untuk menjadi seorang anggota TNI.
Sebenarnya kami sedikit terkejut ketika mendengarnya, akan tetapi ketika tahap intervensi casework yang ketiga, yaitu pemberian motivasi kepada klien maka kami mencoba memberikan saran serta motivasi kepada Samuel agar terus berusaha keras untuk menggapai cita-citanya.
Walaupun seperti yang kita ketahui bahwa untuk menjadi seorang anggota TNI memerlukan modal yang cukup besar baik dari segi ekonomi maupun fisik dan mental.
Samuel juga menceritakan kepada kami bagaimana dia bisa menjadi penghuni di panti asuhan tersebut. Ia mengatakan bahwa orang tuanya memutuskan untuk bercerai ketika ia masih berumur 5 tahun, dan ibunya pergi meninggalkan Samuel untuk menikah lagi.
Setelah itu Samuel di asuh oleh ayahnya, akan tetapi karena sudah tua dan terus sakit sakitan maka ayah Samuel menitipkan anak semata wayangnya itu di panti asuhan. Ketika menceritakan hal tersebut Samuel terlihat sabar dan mencoba tegar.
Selain itu, ketika melaksanakan intervensi terhadap Samuel kami mendapati bahwa ia memiliki banyak masalah salah satunya yaitu kurangnya percaya diri atau introvert.
Kami menyimpulkan mungkin karena masa lalu yang kurang mengenakan tersebut yang menjadi penyebabnya. Maka kami mencoba memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
Kami memilih sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada Samuel tentang dampak baik dan buruk dari introvert dan langkah langkah yang bisa dilakukan oleh Samuel, seperti memperdalam bakat, belajar public speaking, melakukan 3S, yaitu senyum, salam, sapa, melakukan interaksi sederhana, dan sebagainya.
Dan kami harapkan setelah melakukan program serta intervensi tersebut memberikan dampak positif terhadap Samuel sendiri maupun kami yang terinspirasi terhadap kisah Samuel tersebut.[]
Pengirim :
Muhammad Fathur Ammar, mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara, email : fathurammar13@gmail.com