Foto : Ilustrasi (RMOL) |
Pertanian adalah sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Selain menjadi sumber makanan utama, pertanian juga berperan dalam memberikan lapangan kerja bagi sebagian besar populasi di negaranegara berkembang. Sektor pertanian di Indonesia mendukung kegiatan ekonomi masyarakatnya. Fenomena saat ini, pertanian merupakan industri dengan pendapatan per kapita terendah, sehingga petani jauh dari kata sejahtera. Sebagian besar kegiatan perekonomian masyarakat Indonesia ditopang oleh sektor pertanian, karena Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduk pedesaan Indonesia bergantung pada sektor ini, mulai dari petani perkebunan, petani subsisten, peternak sapi, petani ikan dan lain-lain. Sebanyak 27.682.117 rumah tangga bergantung pada usaha pertanian di berbagai subsektor.
Meningkatkan pendapatan untuk menjamin kehidupan petani merupakan salah satu tujuan pembangunan pertanian. Menurut Anzory (2018) dan Zakaria et al. (2020) Fenomena yang kita hadapi saat ini adalah pendapatan per kapita sektor pertanian masih paling rendah dibandingkan daerah lain, sehingga kehidupan petani jauh dari kata sejahtera. Kondisi ini membuktikan bahwa keberadaan, posisi dan potensi pertanian masih marjinal dan stagnan. Hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan pertanian masih dilakukan dengan cara konvensional sehingga mengakibatkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang rendah.
Selain masalah tersebut, Rustam et al. (2014) berpendapat bahwa kendala internal dan eksternal masih menjadi momok bagi sektor pertanian Indonesia. Keterbatasan internal terkait dengan optimalisasi, pada skala perusahaan, kualitas sumber daya manusia untuk memperbanyak petani. Selain itu, peningkatan eksplorasi produk pertanian menyebabkan banyak fenomena alam yang mengganggu produktivitas produk pertanian.
Sementara itu, kesulitan eksternal terkait arus produk impor maupun pasokannya sendiri menjadi tantangan tersendiri bagi produk dalam negeri. Upaya untuk mengatasi beragam tantangan tersebut membutuhkan kebijakan pembangunan yang inovatif dan inklusif. Hasil Sensus Pertanian tahun 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pelaku usaha di bidang pertanian di Indonesia, dimana jumlah rumah tangga petani mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berbeda dengan usaha pertanian yang mengalami peningkatan. Tanaman pangan banyak ditanam oleh petani di seluruh Indonesia.
Selain itu, sebagian besar rumah tangga petani Indonesia adalah laki-laki tua dan masih ada beberapa pemuda yang tertarik dengan sektor pertanian. Kepemilikan lahan pertanian telah meningkat selama dekade terakhir dan menunjukkan bahwa jumlah petani telah menurun. Ada pedoman yang berbeda pemerintahan di bidang pertanian memang benar bahkan meningkatkan pendapatan untuk mencapai kesejahteraan petani. Satu program yang dicanangkan oleh pemerintah berupa program pembiayaan fasilitas produksi pertanian seperti benih, bibit,dan pupuk program sedang berjalan mengingat harga input yang diketahui pertumbuhan petani terus berlanjut dari tahun ke tahun tanpa kenaikan harga produk pertanian.
Itulah syarat-syaratnya berpengaruh pada tagihan pendapatan dan keuntungan yang akan diberikan kepada petani untuk ditanggung biaya produksi, sehingga kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan lanjut, karena fasilitas produksi harus tersedia sebelum petani memulai bercocok tanaman. Kondisi demikian dapat menyebabkan petani tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan harus berhutang agar kebutuhan mereka terpenuhi. Fenomena semacam itulah yang menyebabkan keluarga petani akan kesulitan atau tidak mengalami peningkatan kesejahteraan.
Di Indonesia, petani adalah salah satu kelompok yang sangat membutuhkan dukungan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan melakukan diversifikasi agribisnis dan menghasilkan produk dengan nilai tambah. Diversifikasi agribisnis adalah strategi untuk mengembangkan usaha petani dengan memperluas jangkauan usaha dan variasi produk yang dihasilkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis produk saja dan meningkatkan pendapatan petani. Diversifikasi agribisnis juga dapat mengurangi risiko yang dihadapi petani akibat fluktuasi harga dan permintaan pasar terhadap produk pertanian tertentu.
Salah satu contoh diversifikasi agribisnis yang dapat dilakukan oleh petani adalah dengan menanam berbagai jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim di daerah tersebut. Selain itu, petani juga dapat mengembangkan usaha peternakan atau perikanan sebagai usaha tambahan. Diversifikasi agribisnis juga dapat dilakukan dengan membuat produk turunan dari bahan baku pertanian seperti produk olahan makanan atau minuman. Diversifikasi agribisnis juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.
Misalnya, dengan menggunakan teknologi modern dalam budidaya tanaman seperti hidroponik atau aeroponik, petani dapat menghasilkan tanaman dengan produktivitas yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk membuat produk pertanian dengan nilai tambah seperti produk organik atau produk yang bersertifikat halal.
Selain melakukan diversifikasi agribisnis, petani juga dapat meningkatkan nilai produk pertaniannya dengan menghasilkan produk dengan nilai tambah. Produk dengan nilai tambah adalah produk yang diolah atau diperkaya dengan bahan tambahan sehingga memiliki nilai lebih bagi konsumen. Contohnya adalah produk makanan atau minuman yang diperkaya dengan nutrisi tertentu seperti vitamin atau serat.
Meningkatkan nilai produk pertanian juga dapat dilakukan dengan memberikan nilai tambah pada produk hasil peternakan atau perikanan. Misalnya, petani dapat mengolah susu sapi menjadi produk olahan seperti keju atau yogurt. Petani juga dapat menghasilkan produk olahan ikan seperti kerupuk ikan atau abon ikan. Meningkatkan nilai produk pertanian dengan menghasilkan produk dengan nilai tambah dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Produk dengan nilai tambah juga dapat meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar lokal dan internasional.
Lahan yang meliputi benih, bibit, pupuk dan air menjadi syarat utama, sedangkan faktor lainnya menjadi syarat pendukung. Pemilihan benih bermutu sangatlah penting, hal ini dikarenakan benih memiliki mutu genetis dan fisiologis. Mutu genetis berkaitan dengan penampilan murni benih dari varietas tanaman induknya yang menunjukkan indentitas genetis. Sedangkan, mutu fisiologis berkaitan dengan kemampuan viabilitas atau daya hidup benih yang dilihat dari kemampuan berkecambah dan tumbuhnya benih serta tampak mutu fisik benih secara jelas, meliputi ukuran homogen, bernas, tidak bercampur, bebas dari kotoran, bebas hama dan penyakit.
Upaya meningkatkan hasil pertanian dengan memperbanyak jenis tanaman yang diusahakan atau diversifikasi pertanian. Harapannya dengan adanya diversifikasi tanaman petani tidak hanya menghasilkan satu jenis tanaman saja. Sistem tumpang sari dapat menjadi contoh dari diversifikasi pertanian, mengingat sistem tumpang sari yakni menanami lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang bersamaan.
Untuk meningkatkan diversifikasi agribisnis dan nilai produk pertanian, petani perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan swasta. Dukungan ini dapat berupa pelatihan dan bimbingan dalam pengembangan agribisnis, pembiayaan untuk memulai usaha baru, atau akses pasar yang lebih luas.[]
Pengirim :
Farah Alawiyah Yahya, email : farahalawiyahyahya@gmail.com