Notification

×

Iklan

Iklan

Efektivitas Metode Pembelajaran Problem Based Learning pada Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Kimia

Sabtu, 17 Juni 2023 | Juni 17, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-17T03:51:50Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Miftahul Hasanah (Foto : IST)

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diberlakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui peningkatan kreativitas siswa. Kurikulum ini memiliki 5 karakteristik pembelajaran, yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi belajar yang menantang sekaligus menyenangkan, memiliki muatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, serta menyediakan  beragam pengalaman belajar melalui berbagai metode pembelajaran yang kontekstual, bermakna, efektif, efisien, dan menyenangkan (Kemendikbud, 2013). 


K13 berpandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara mentah dari guru kepada siswa. Oleh karena itu, digunakan pendekatan saintifik pada K13 yang mengedepankan pengalaman personal siswa melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi (melakukan percobaan), mengolah informasi (melakukan penalaran), dan mengkomunikasikan hasil yang didapat.


Ranah kompetensi K13 ini adalah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Pada penerapannya, K13 ini berfokus pada kegiatan yang membuat siswa aktif mencari melalui langkah-langkah ilmiah. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat menciptakan siswa yang baik dari segi sikap dan keterampilan, bukan hanya berfokus pada bidang pengetahuan saja. Pembelajaran pada K13 ini mendorong siswa untuk mampu berpikir kritis dengan mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Siswa perlu didorong untuk dapat menemukan segala sesuatu yang diperlukannya, memecahkan masalah, dan mewujudkan ide-ide kreatif yang dimiliki.


Salah satu metode yang diterapkan untuk memenuhi tuntutan kurikulum 2013 ini adalah metode pembelajaran problem based learning (PBL). PBL merupakan metode pembelajaran berbasis masalah dimana berbagai permasalahan yang ditemui pada kehidupan nyata dijadikan sebagai dasar siswa untuk belajar. Permasalahan nyata yang disajikan ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar dapat mengenal, menyelidiki, dan mempelajari konsep dan prinsip suatu kejadian. Pada penerapannya metode PBL lebih berfokus kepada siswa dimana mereka dituntut untuk aktif dalam memecahkan masalah yang komplek secara realistik.


Penerapan metode PBL dalam pembelajaran kimia merupakan salah satu jawaban dari tuntutan pembelajaran K13. Materi koloid, reaksi kimia, dan asam basa merupakan beberapa materi kimia yang sulit dipahami siswa sehingga diperlukan pendekatan yang dapat membantu mereka memahami materi-materi kimia. Pendekatan saintifik pada PBL bisa menjadi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut.


Metode PBL ini diawali dengan memberikan masalah-masalah yang relevan dan umum dilihat atau dialami oleh siswa. Seperti yang diketahui bahwa materi-materi dalam kimia sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga melalui masalah ini siswa akan lebih mengenali berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupannya, misalnya fenomena asam basa yang sering dijumpai siswa. 


Permasalahan tersebut merupakan bagian dari materi asam basa yang dijadikan acuan untuk mengawali pembelajaran. Awal pembelajaran guru akan memberi pertanyaan yang berhubungan dengan materi asam basa, seperti bagaimana bisa rasa air jeruk masam sedangkan pasta gigi pahit atau bagaimana cara membedakan larutan asam dengan larutan basa. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan jawabannya masing-masing. Dari jawaban-jawaban tersebut guru dapat mengajak siswa untuk masuk pada materi pembelajaran yaitu materi asam basa.


Guru akan memberi sedikit gambaran awal dan penjelasan tentang materi tersebut lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Dalam kelompok-kelompok ini siswa akan saling berkolaborasi dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Mereka dapat mencari informasi mengenai materi asam basa dari berbagai sumber pembelajaran, seperti buku paket. Selain itu, siswa dapat melakukan eksperimen sederhana seperti membuat larutan asam dan larutan basa untuk membantu memecahkan masalah. 


Dalam kelompok ini siswa akan  saling bertukar pendapat. Tugas guru disini adalah sebagai fasilitator yang memberi bimbingan, arahan dan memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Setelah mengumpulkan informasi, para siswa akan menyajikan hasil diskusi mengenai pemecahan masalah yang mereka buat dalam bentuk laporan. Laporan itu kemudian dapat dipresentasikan di depan kelas untuk selanjutnya dievaluasi oleh guru. Pembelajaran kemudian diakhiri dengan guru yang menyampaikan ulasan pembelajaran secara keseluruhan dan kesimpulan mengenai materi yang diberikan.


Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa metode PBL ini merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran kimia. Melalui metode ini siswa mendapat lebih banyak kesempatan untuk memberi pendapat dan berdiskusi sehingga mereka akan lebih aktif ketika belajar. Permasalahan yang disajikan di awal pembelajaran menuntut siswa agar berusaha mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. 


Proses pemecahan masalah ini membantu siswa untuk lebih dalam memahami konsep materi kimia. Selain itu, pemecahan masalah ini juga menantang kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan membantu mereka untuk mentransfer pengetahuan yang didapat di sekolah dalam kehidupan nyata. Kegiatan ini juga membuat siswa menjadi lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungannya.


Permasalahan kimia yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi siswa untuk belajar. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengutarakan pendapatnya serta eksperimen sederhana yang dilakukan membuat suasana pembelajaran kimia menjadi menyenangkan. Hal ini juga membuat siswa bersemangat dan tidak bosan ketika proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, metode ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. 


Seringkali suatu masalah tidak dapat dipecahkan secara individu sehingga para siswa harus dapat bekerja sama dan berkolaborasi dengan siswa lainnya untuk dapat menemukan pemecahan dari  suatu masalah. Keefektifan metode pembelajaran PBL ini mampu menjawab tuntutan pembelajaran pada kurikulum 2013, dimana metode ini bersifat student center yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa. Selain itu, metode PBL ini mampu membuat suasana belajar kimia yang bermakna, menantang, dan menyenangkan.[]


Pengirim :

Miftahul Hasanah, Mahasiswa Pendidikan Kimia, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, email : miftah.sumberjo@gmail.com 

×
Berita Terbaru Update