Madah Ikrimatul ‘Azmi (Foto : IST) |
Usia remaja merupakan usia yang rawan khususnya dalam pergaulan. Kemajuan teknologi juga memicu luasnya pergaulan. Pada masa kini, pergaulan bebas menjadi bahaya utama yang dihadapi kalangan remaja. Tak hanya itu, pergaulan bebas juga menimbulkan kekhawatiran para orang tua. Usia remaja yang labil memang sangat mudah “dibodohi” pergaulan.
Sebagai remaja, pernahkah kamu berpikir bahwa pergaulan di lingkungan sekitar terkadang sering memaksamu untuk mengikutinya? Sebenarnya apa sih pengaruh pergaulan bagi kalangan remaja? Mengapa perlu diwaspadai?
Seringkali kita mendengar ungkapan “masa remaja adalah masa abu-abu, labil, emosional, dan ekspresif” benar, kan? Nah, Remaja didefinisikan merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Khusus pada kalangan SMA atau sederajat yang berada dalam usia 15 sampai 17 tahun. Wah, rentan sekali!
Selain itu, manusia merupakan makhluk sosial yang berarti dalam kesehariannya memerlukan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga merupakan salah satu HAM (Hak Asasi Manusia) yang perlu dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi melakukan diskriminasi (pembedaan hak bagi manusia didasarkan perbedaan agama, ras, suku, dsb). Jadi, pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap berpedoman pada norma-norma manusia dan tidak menimbulkan pelanggaran hukum dan HAM.
Usut punya usut, ternyata pergaulan bebas juga sering dikonotasikan sebagai hal yang negatif seperti narkoba, seks bebas, kehidupan malam, perilaku negatif yang melanggar norma dan agama
Sekarang di kalangan remaja, pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Menurut penelitian yang dilakukan di negara bagian North Carolina, Amerika Serikat menemukan bahwa keterkaitan antara suguhan seks melalui media dengan perilaku seks di kalangan remaja. Tayangan tersebut tidak hanya berupa film yang tayang di televisi saja loh! Tetapi juga bisa melalui majalah, musik, dan pertunjukan.
Hasil yang didapat ternyata secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia rentan 14 hingga 17 tahun, sungguh mengejutkan!
Lebih mengenaskannya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja sudah terlanjur mendapat informasi yang salah dari media, cenderung melakukan seks bebas karena hal tersebut dianggap sudah biasa di kalangan sebayanya, ditambah dengan tanggapan yang salah dari ungkapan “masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan dan harus dinikmati.”
Faktor yang menyebabkan pergaulan bebas yaitu merenggangnya hubungan aqntar keluarga, krisis identitas, kontrol diri yang lemah, dan banyak remaja saat ini yang mengikuti zaman. Misalnya, lingkungan teman kita melakukan hal yang tidak terpuji dan kita mengikuti apa yang mereka lakukan, maka dari itu remaja harus pandai memilih teman yang aik dan harus punya prinsip dalam menjalani hidup.
Pengaruh pergaulan bebas yaitu seks bebas, ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang, menurunnya tingkat kesehatan, meningkatnya kriminalitas, menyebarkan penyakit, dan menurunnya prestasi.
Cara yang dapat mencegah pergaulan bebas dapat diatasi dan dicegah dengan solusi-solusi penanganan dan pencegahan pergaulan bebas dengan beberapa cara, yaitu memperbaiki cara pandang, jujur pada diri sendiri, menjaga keseimbangan pola hidup, banyak beraktifitas secara positif dan belajar tentang sosialisasi pergaulan bebas
Pergaulan yang baik yaitu ketika kita memiliki nilai sopan santun kepada sesama dan dalam bergaul lebih baik daripada cara ugal-ugalan atau ketenaran semata. Jadi, yang harus kita lakukan adalah menjadi diri sendiri. Bagaimana orang di sekeliling kita merasa nyaman saat berkomunikasi dengan kita.[]
Pengirim :
Madah Ikrimatul ‘Azmi, Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, email : madahikrimatulazmi@gmail.com