Foto : ILUSTRASI
Oleh : Yazid Kahlil Lazuardi
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Uranium adalah bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Energi nuklir adalah energi yang dihasilkan melalui reaksi berantai, khususnya melalui proses fisi atau fusi Nuklir yang terjadi dalam reaktor. Dilansir dari situs BATAN, PLTN adalah sebuah pmbangkit daya termal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Energi panas yang dihasilkan kemudian diubah menjadi energi listrik. Prinsip kerja PLTN hampir sama dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang menggunakan tekanan uap yang sangat tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin itulah yang diubah menjadi energi listrik.
Energi nuklir yang berbahan dasar uranium dianggap sebagai energi yang paling ramah lingkungan karena menghasilkan paling sedikt emisi gas rumah kaca. Energi nuklir dihasilkan dari sumber energi yang rendah karbon, murah dan aman untuk dimanfaatkan. Uranium juga dikenal sangat efisien karena setiap gram uranium bisa menghasilkan energi setara dengan 2 ton batubara. Melansir situs BATAN, uranium yang digunakan sebagai bahan dasar tenaga nuklir dihasilkan dari pemurnian bijih juranium U-235. Reaksi pembelahan dalam reaktor akan menghasilkan material bahan bakar baru (plutonium) dan pada saat yang sama mengeluarkan energi.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa resiko yang ditanggung dengan adanya energi nuklir ini juga tidak kecil. Yaitu radioaktif yang dihakibatkan akan sangat mematikan jika tidak ditangani dengan benar. Dilansir dari situs Alodokter, ada kasus penyakit radiasi nuklir akibat dari meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl di Ukraina yang menghancurkan kota tersebut. Reaktor nuklir yang rusak mengeluarkan bahan yodium radioaktif dan cesum. Bahan tersebut dipercaya meyebabkan ratusan ribu karyawan PLTN Chernobyl meninggal. Tak hanya menimbulkan gejala keracunan, radiasi nuklir juga berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh dan bahkan dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Energi radiasi nuklir dosis tinggi dapat menyebabkan sel-sel tubuh rusak, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Banyak studi yang menunjukkan bahwa orang yang sering terpapar radiasi nuklir, terutama anak-anak dan orang dewasa muda beresiko besar terkena kanker. Dampak buruk radiasi nuklir juga bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit. Orang yang terpapar radiasi nuklir dosis tinggi akan mengalami kulit terbakar, lecet dan luka, bahkan kanker kulit.
Dengan adanya resiko tinggi akan radiasi nuklir, peneliti mulai mencari mineral untuk menggantikan uranium sebagai bahan dasar tenaga nuklir. Mereka mencari material dengan tingkat efisiensi energi yang sama dengan uranium, namun mengurangi efek dari radiasi nuklir tersebut. Baru-baru ini China menemukan mineral yang sangat langka yang ada di Bumi, namun sangat berlimpah di Bulan. Dilansir dari situs lpi.usra, para peneliti dari China telah menemukan mineral baru dari sampel yang dibawa dalam misi Chang’e 5. Misi yang dilakukan pada 24 November 2020 lalu, dan kembali membawa sebanyak 2 kilogram sampel dari sisi dekat bulan pada 17 Desember 2020. Mungkin kalian belum pernah dengar nama mineral ini.
Mineral ini deitemukan oleh Robot Chang E-5 yang melakukan eksplorasi di Bulan. Mineral ini disebut Changesite-Y yang diperkirakan harganya 1,5 quadriliun dollar. Dalam pengumuman bersama dari China National Space Administration minggu lalu, China merayakan penemuan mineral baru pertamanya di Bulan dan yang keenam kalinya oleh umat manusia. Menurut kantor berita China Xinhua, “Changesite-Y” adalah sejenis kristal kolumnar transparan dan tak berwarna. Sampel yang dianalisa dan dikonfirmasi oleh Asosiasi Mineralogi Internasional sebagai mineral baru yang dibawa dari bulan sejak 1976. Hasiltangkapan ini juga menghasilkan angka pertama disekitar konsentrasi Helium-3 dalam debu bulan, dan para peneliti telah berhasil menyimpulkan “parameter ekstrasi” yang diperlukan untuk memanen isotop ini dari sampel yang diambil.China dapat mengolah mineral ini menjadi sumber energi untuk fusi nuklir yang berpotensi dapat mengurangi masalah krisis energi maupun perubahan iklim.
Karena mineral ini tidak menghasilkan limbah sama sekali dalam prosesnya, berbeda dengan energi nuklir yang menghasilkan limbah radioaktif. Setelah diteliti mineral ini mengandung helium-3 yang sangat sangat langka dan sangat mahal di Bumi. Helium-3 dianggap sebagai bahan bakar yang berpotensial tinggi sebagai bahan untuk fusi nuklir. Dengan dua proton dan hanya satu neutron, itu unik sebagai satu-satunya isotop stabil yang diketahui dari unsur apapun yang memiliki lebih banyak proton daripada neutron. Energi yang dihasilkan pun sangat besar, yaitu 40 gram Helium-3 dapat menghasilkan energi setara dengan 5.000 ton batubara atau 1 gram nya dapat menghasilkan energi sebesar 165 Megawatt. Jika diibaratkan Jakarta yang menggunakan 90.000 Megawatt perharinya. Berarti hanya membutuhkan 545 gram Helium-3 untuk memenuhi kebutuhan energi di Jakarta.
China dan Rusia telah memiliki rencana untuk membangun research base di Bulan pada tahun 2035 untuk operasi mining mereka. Jika rencana ini berhasil, stok yang ada di Bulan bisa untuk Energi setidaknya selama 10.000 tahun untuk Bumi. Menurut penulis ini merupakan inovasi yang tidak akan pernah terpikirkan untuk menambang di laur Bumi, terutama di Bulan.
Melihat dari banyaknya negara yang mulai melakukan percobaan untuk menambang di Bulan, kita pasti akan berfikir, apakah akan baik-baik saja jika Bulan ditambang seperti ini. Karena inovasi ini akan menimbulkan kekhawatiran pada masyrakat umum yang belum familiar dengan penambangan di Bulan ini. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa inovasi ini akan membawa kita selangkah lagi untuk menuju masa depan yang lebih baik dan mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Dan mungkin inovasi ini juga menimbulkan berbagai resiko entah kecil ataupun besar. Sebagai masyrakat umum kita harus bisa untuk melek ilmu pengetahuab dan teknologi, supaya suatu saat jika inovasi ini mengamcam lingkungan sekitar, kita harus menolak ini dengan lantang, dan apabila inovasi ini dapat membawa perubahan yang besar, diharapkan bagi kita untuk dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi saat ini.[]
*Penulis adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, email : yazidkahlil12@gmail.com