Foto : ILUSTRASI |
Berbeda dengan era agraris, peran ulama dan toko agama
begitu kuat dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat. pendapat dan sikap mereka
ditiru, didengarkan dab dilaksanakan. Masyarakat rela berkorban dan mau datang
ke tempat pengajian yang jaraknya jauh sekalipun, hanya karena cinta mereka
kepada para ulama dan ingin mendapatkan taushiyah yang dapat dijadikan pedoman
dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar.
Perubahan masyarakat yang fenomenal tersebut,
seharusnya diimbangi dengan adanya perubahan cara berdakwah yang dilakukan oleh
para da'i. Dakwah tidak boleh jalan ditempat dan menggunakan cara-cara yang
konvesional saja (ceramah). Dakwah harus dinamis, progresif, dan penuh inovasi.
Perkembangan teknologi yang serba canggih ini adalah
sebuah peluang besar para kader dan juru dakwah untuk terus memikirkan cara
berdakwah. Tiada lain sebuah ijtihad dalam mencari peluang-peluang pesan dakwah
yang bisa disalurkan diberbagai media.
1. Paradigma Dakwah Era Milenial
Dinamisasi kehidupan modern yang semakin tinggi dan
sangat kompetitif telah banyak mempengaruhi umat manusia senantiasa memandang
persoalan hidup secara pragmatis, logis, serba instan dan bahkan metematis.
Untuk mengatasi dinamisasi kehidupan yang semakin
kompleks tersebut maka dibutuhkan paradigma baru dalam menyusun dakwah islam
yang mempertimbangkan jenis dan kualitas permasalahan yang dihadapi oleh umat
dewasa ini.
Dakwah perlu dilakukan rebrending dengan cara
membangun landasan filosofi dari keilmuan dakwah dan memperkuat peran
organisasi dakwah secara profesional. Perlunya brand baru disebabkan karena
term dakwah dikenal dimasyarakat sebagai term normatif, kurang compatible
dengan era modern dan cenderung bersifat keakhiratan. Kalaupun dikenal, dakwah
identik dikenal dengan ceramah atau tabligh.
2. Da'i dan Teknologi Informasi
Untuk mendukung adanya perubahan dalam dakwah, para
da'i perlu terus meningkatkan wawasan, ilmu dan kemampuan dalam melakukan
dakwah. Da'i tidak merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan terus
belajar (long life education). Apalagi pada era milenial seperti sekarang,
kemampuan da'i dalam mengoperasikan internet merupakan persyaratan yang tidak
bisa ditawar-tawar. Dengan teknologi da'i bisa menulis dan menyimpan
gagasan-gagasan yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Pada era milenial, ilmu yang berkembang bersifat
multidispliner dan komplementer. Ilmu agama yang selama ini menjadi pengangan
da'i sebagai sumber utama perlu diperkuat dengan keilmuan lainnya agar apa yang
disampaikan ke masyarakat menjadi kokoh dan dapat dioperasionalkan dilapangan.
Ilmu agama islam dapat diperkuat dengan menggunakan kejian ilmu psikologi,
sosiologi, sejarah dan sebagainya.
3. Konfergensi Media Dakwah
Fenomena yang sering disebut sebagai konfergensi media
ini memerlukan beberapa kemajuan penting. Diranah praktis, konfergensi media
tidak saja memperkaya informasi yang disajikan. Namun juga memberi alternatif
pilihan kepada khalayak untuk memilih informasi yang sesuai dengan seleranya.
Konferensi media memberikan kesempatan baru dalam
penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh informasi, baik yang
bersifat visual, audio, data dan sebaginya. Salah satu bentuk kebermanfaatan
dari munculnya era konfergensi media ini adalah jurnalisme online. Fenomena
jurnalisme online yang dimanfaatkan oleh media massa yang menyajikan materi
informasinya dalam bentuk online sekarang ini, merupakan contoh menarik. Dimana
khalayak selaku pengakses media atau pembaca, tinggal meng-clik informasi yang
diinginkan diinternet dalam waktu sekejab ribuan informasi yang dicari pun akan
mudah didapatkan.[]***
Pengirim :