Foto : Ilustrasi |
Perkembangan sosial emosi anak sangat berperan penting bagi kehidupan anak, selain itu bjuga berpngaruh pada dimensi dan aspek perkembangan lainnya. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi atau dengan kata lain ekspresi emosi karena itulah yang membentuk anak untuk bersosialisasi dalam suatu lingkungan yang dimasukinya. Dengan ekspresi emosi mereka dapat menunjukkan rasa kegembiraan, kebencian, ketakutan, dan sebagainya. Jika didalami lebih jauh, tampilan emosi anak dapat dijadikan sebagai dasar memahami perkembangan psikologis anak.
Guru, orang tua, atau pembimbing anak sangat perlu untuk memahami ekspresi emosi yang ditunjukkan oleh anak.setiap anak terkadang memunculkan emosi yang tidak diharapkan. Dalam hal ini orang dewasa harus menumbuhkan kesadaran atas ekspresi yang ditunjukkan oleh anak untuk menumbuhkan ekspresi positif , yaitu emosi yang dapat diterima oleh lingkungan sekitar.
Mengenai hal diatas hal yang perlu kita tingkatkan atau ketahui adalah bagaimana cara kita mengenali emosi dan sosial anak. Secara umum, kita dapat erutama mengenali emosi anak tersebut melalui pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh anak baik ketika di rumah, di sekolah, dalam kegiatan bermain, maupun aktivitas lainnya.pengamatan yang dilakukan baik saat mengawali kegiatan hingga kegiatan tersebut telah selesai.
Bagi para pendidik sangat penting untuk mengenali cara yang mudah dan dapat dilakukan untuk mengenali gejala emosi dan perilaku anak serta dampak-dampaknya. Tujuannya agar tindakan preventif dan interventif dapat segera dilakukan jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai harapan atau terdapat penyimpangan. Tindakan preventif yang dimaksudkan misalkan dengan mengomunikasikan peraturan berperilaku pada saat terlibat dalam suatu kegiatan, sedangkan tindakan interventif misalnya adalah pada saat anak berperilaku yang membahayakan pada dirinya maupun kepada orang lain.
Ada beberapa hal kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik untuk mengenali cara berperilaku anak misalnya pendidik harus memiliki kemampuan untuk mendekati anak dalam keadaan apapun, pendidik harus mengamati dan mengobservasi berbagai karakter emosi dan perilaku sosial terhadap anak, pendidik membuat catatan atau merekam atau memiliki prediksi (perkiraan) tentang perbuatan apa yang akan dilakukan oleh anak saat belajar ataupun bermain, pendidik juga harus bersikap objektif dan bertindak sesuai kadar dan tingkatan ekspresi emosi yang ditunjukkan oleh anak.
Dalam memfasilitasi perkembangan terhadap aspek mental ternyata perkembangan sosial emosional juga berperngaruh kuat. Kekurangan atau keterlambatannya akan mempengaruhi arah dan kondisi perkembangan mental anak, juga sebaliknya kematangan dan kondisi mental anak juga berhubungan dengan dengan perkembangan arah emosi serta sosial anak. Menurut Hurlock (1999) menyatakan bahwa emosi dapat berpengaruh dan mengganggu aktivitas mental karena kegiatan mental, (seperti konsentrasi daya ingat, penalaran) sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang kuat.
Sering kita lihat juga bukan betapa kacaunya konsentrasi seseorang ketika sedang melakukan suatu kegiatan, lalu mengalami emosi yang tidak stabil atau sedang mendapat tekanan. Semakin tinggi emosi negatif, semakin sulit juga seseorang untuk mengendalikan konsentrasi kegiatan, bahkan jika tingkatan tertentu dapat mengakibatkan seseorang sama sekali tidak dapat berkonsentrasi dengan benar sesuai dengan tuntutan yang sedang dilakukannya.
Bagaimana jika seorang anak memiliki gangguan emosi? Jika gangguan emosi tersebut terjadi secara terus menerus maka aakn menghambat kemampuan berpikir dan daya ingat anak. Bahkan potensi mengingat dalam memori anak yang sering menghadapi ketegangan tidak akan berkembang secara baik. Anak akan mudah lupa dan mungkin hilang dari ingatannya.
Dalam rentan waktu yang panjang akan mempengaruhi pencapaian prestasi dan kemampuan belajar pada anak. Apabila emosi pada anak terus menerus terganggu maka anak akan cenderung memiliki prestasi yang rendah. Gangguan emosi mengakibatkan cara kerja otak dan kesanggupan belajar pada anak menjadi tersendat-sendat, bahkan pada tekanan enosi yang kuat fungsi otak berada pada titik terendah. Pada keadaan yang dipaksakan untuk terus belajar dalam tekanan emosi, mungkin akan merusak kerja otak dan mempengaruhi sel-sel syarafnya.
Rahmawati (2003) menyatakan yaitu agar dapat bekerja optimal, hendalkah semua bagian otak terpenuhi secara memadai. Jika otak dituntut berpikir cukup berat maka ciptakanlah suasana yang menyenangkan karena bagian otak satunya menuntut demikian. Kebutuhan otak kiri untuk bekerja formal, terimbangi oleh kebutuhan otak kanan melalui keadaan yang kondusif dan menyenangkan.
Jangankan seorang anak, kita saja orang dewasa akan sangat stress jika otak kita dituntut untuk bekerja terlalu keras. Hal itu juga tentunya sangat dirasakan oleh anak, apalagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan tentunya akan perbengaruh pada tingkat kecerdasannya.[]
Pengirim : Nurmashinta Fadhilah, Mahasiswa INISNU Temanggung, email : shintanur962@gmail.com