Foto : IST |
Saat ini wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK menghantui Indonesia. Penyakit yang disebabkan infeksi virus akut ini menyerang hewan ternak berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Indonesia sebelumnya telah bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak tahun 1986. Namun, tiga puluh enam tahun kemudian tepatnya bulan April dan Mei 2022, sapi yang bergejala PMK mulai muncul di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Menurut penulis hal yang mengkhawatirkan adalah virus ini menyebar dengan sangat cepat serta dapat menular lewat udara atau airborne. Bagi manusia, penyakit ini tak berbahaya. Daging hewan ternak yang positif PMK pun masih aman dikonsumsi, terutama jika diolah dan dimasak dengan tepat. Namun, manusia berpotensi menjadi carrier atau pembawa virus yang dapat menular pada hewan ternak lain yang sehat. Tapi apakah dengan adanya wabah ini peternak merugi atau sebaliknya?
Berdasarkan kutipan dari TvOne di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur Warga bergotong royong menguburkan sapi di tempat kuburan massal. Sapi mendadak mati karena terjangkit penyakit mulut dan kuku, peternak pun merugi hingga mencapai puluhan juta rupiah. Serangan penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi di Kabupaten Malang Jawa Timur semakin meluas. Dari total populasi lima puluh ribu ekor sapi perah di tiga kecamatan di Kabupaten Malang, sebelas ribu ekor sapi dinyatakan positive terjangkit penyakit mulut dan kuku. Sekitar lebih dari seribu ekor sapi di tiga kecamatan yakni di kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon mati akibat penyakit mulut dan kuku. Wabah penyakit mulut dan kuku ini juga berimbas pada menurunnya produksi susu sapi disebabkan hewan ternak sapi tidak menghasilkan susu karena kehilangan selera makan. Wakil ketua DPRD Kabupaten Malang Shodikul Amin menyatakan wabah penyakit mulut dan kuku kini menjangkiti hewan ternak sapi di daerah centra produksi susu harus segara ditangani, karena berpotensi melumpuhkan aktivitas peternak sapi perah.
Para peternak sapi di daerah centra produksi susu di Kabupaten Malang Jawa Timur berharap agar wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternaknya dapat segera ditangani. Ribuan ekor sapi mati dan belasan ribu ekor sapi lainnya positive terjangkit penyakit mulut dan kuku di Kabupaten Malang Jawa Timur, hal ini berimbas langsung pada perekonomian warga. Menurut penulis wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) telah menyebar ke 16 provinsi di Indonesia dan jutaan hewan ternak terjangkit virus tersebut per 22 Mei 2022. Dari 16 provinsi yang telah memiliki kasus PMK, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat telah ada 82 kabupaten dengan 5,45 juta ekor hewan yang terkena PMK atau mencapai 39,4 persen dari total hewan ternak nasional pada akhir 2021. Wabah PMK ini dikhawatirkan membuat harga ternak di Malang anjlok, namun untuk saat ini arga masih tetap tinggi walau wabah PMK tengah menyebar di Jawa Timur.
Dikutip dari Niaga Asia, Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Bontang, Jois Ratna Andiolo mengungkapkan menjelang Hari Raya Idul Adha atau yang disebut Hari Raya Kurban, biasanya harga –harga Sapi untuk hewan Kurban Ikut Naik. Hal tersebut diyakini karena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Sapi, menyebabkan pasokan berkurang sehingga, dapat menambah menaikkan harga jual Sapi yang dampaknya pasokan berkurang.
Dikutip dari Okenews, Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menegaskan pemerintah telah melakukan antisipasi adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan. Wapres mengatakan saat ini telah dilakukan vaksinasi pada hewan. Mengingat beberapa minggu lagi sudah memasuki Hari Raya Idul Adha atau kurban bagi umat Islam. Selain itu, Wapres mengatakan para hewan juga akan dipisahkan dari yang sehat dan terkena PMK ini. “Dan kemudian juga mencegah dan pemindahan atau memindahkan hewan yang terjangkit ke tempat yang baik,” katanya.
Dengan ini penulis menyatakan peternak ketar ketir karena telah merugi akibat wabah PMK jelang Idul Adha. Harga sapi diisukan akan anjlok dan menurunnya jumlah sapi yang ada karena sudah banyak yang terjangkit wabah PMK dan mati. Para peternak sapi di daerah centra produksi susu pun telah banyak kehilangan pemasukan stock susu dari sapi perahnya. Penulis mengatakan sebaiknya mobilitas hewan ternak dilakukan dengan sistem kompartemen, yang memisahkan subpopulasi bebas infeksi dengan yang rentan. Dengan demikian, perdagangan hewan ternak dapat berjalan secara aman.[]
Pengirim :
Ni Luh Putu Anggita Putri Jayanti, Mahasiswi Prodi Digital Public Relations - Telkom University, email : niluhputuanggitaputrijayanti@gmail.com