Notification

×

Iklan

Iklan

Diskriminasi Terhadap Orang Dengan Gangguan jiwa (ODGJ)

Minggu, 06 Maret 2022 | Maret 06, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-03-10T14:43:17Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto : Ilustrasi

Oleh : Nirmala Dewi*

Di saat ini, kesehatan jiwa masih menjadi perihal yang tabu di Indonesia. Di mana sebagian masyarakat menganggap bahwa penyebab kesehatan jiwa ini berasal dari hal-hal supernatural atau takhayul.Menurut (Stuart,2016,) gangguan jiwa adalah kondisi psikologis individu dimana mengalami penurunan fungsi tubuh, merasa tertekan, tidak nyaman, dan penurunan fungsi peran individu di masyarakat . Gangguan jiwa cenderung meningkat seiring dinamis nya kehidupan masyarakat,sebagai dampak kemampuan individu beradaptasi pada perubahan sosial yang berubah-ubah.

Di Indonesia,perihal ini seringkali dilihat oleh orang awam sebagai hal yang sangat aneh dan banyak diantara mereka dengan enteng memberikan label “orang gila” pada penderita gangguan jiwa ini,selain diberi label “orang gila”,diasingkan jauh dari orang-orang terdekatnya,mereka kerap diperlakukan dengan secara tak manusiawi.

 Seperti yang kita ketahui bahwasanya kesehatan jiwa ini sama artinya dengan kesehatan raga.Terdapat banyak tipe gangguan jiwa yang paling umum,diantaranya gangguan kecemasan,gangguan mood,skizofrenia,gangguan psikotik,gangguan makan,obsessive-compulsive disorder (OCD), depresi, bipolar, stress pasca-trauma (PTSD), gangguan somatoform dan masih banyak lagi gangguan jiwa lainnya. Gangguan jiwa dapat mengenai siapa saja, mulai dari anak-anak sampai orang berusia.

 Diskriminasi merupakan perilaku yang disengaja terhadap kelompok yang terpaut dengan kepentingan tertentu yang diakibatkan oleh prasangka apalagi stereotip. Diskriminasi cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Saat ini diskriminasi masih sering dialami oleh orang pengidap gangguan kesehatan jiwa, dan keterbatasan pemahaman serta kesadaran warga Indonesia mengenai permasalahan kesehatan jiwa ini pun semakin rendah yang mengakibatkan munculnya diskriminasi yang berupa perlakuan kasar, perundungan, maupun penghinaan.

Kesehatan jiwa saat ini sepertinya menjadi topik utama yang kerap diperbincangkan oleh warga, seperti melalui di media sosial, lewat media sosial, orang bisa dengan leluasa mengekspresikan diri serta mengekspresikan pentingnya kesehatan jiwa. Salah satunya dengan menggambarkan apa yang dirasakannya oleh pengidap sepanjang menghadapi kendala jiwa. Sayangnya, tidak hanya menuai reaksi positif berbentuk sokongan, tidak sering aksi tersebut mengundang pendapat negatif yang bertabiat hujatan untuk para penyandang kendala jiwa.

Stigma yang terbuat oleh warga terhadap pengidap kesehatan jiwa umumnya menimbulkan perilaku diskriminatif, semacam perkataan agresif yang di peruntukan kepada penderita ataupun keluarga, bagi mereka orang dengan gangguan jiwa adalah sebuah aib yang harus disembunyikan bahkan tidak sedikit dari mereka dipasung karena stigma masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa adalah berbahaya yang dapat mencelakai orang lain. Penghindaran penderita, serta perasaan malu yang timbul dari area dekat,tidak hanya diciptakan oleh warga, nyatanya stigma pula dapat tiba dari benak pengidap gangguan jiwa itu sendiri, dimana mereka merasa khawatir ditolak oleh warga sebab sifatnya yang berbeda dari orang lain pada umumnya.

Orang dengan gangguan jiwa di stigma serta didiskriminasi oleh warga sekitar sehingga pengidap ODGJ mengalami pemburukan kondisinya. Banyak dari mereka yang enggan buat mencari pertolongan ataupun penyembuhan lebih lanjut karena malu dengan perlakuan yang tidak adil dari orang di sekitarnya. Mereka merasa tidak mempunyai saudara dekat yang paham apa yang mereka alami, sehingga mereka lebih memilah buat menyembunyikan perasaan mereka. Sehingga tidak sedikit orang dengan gangguan jiwa hendak melakukan selfharm atau perilaku yang menyakiti atau melukai diri sendiri. Selfharm ini dilakukan dengan secara sengaja dimana orang dengan gangguan jiwa tersebut merasakan kepuasaan dengan melakukan selfharm, sehingga banyak dari mereka berupaya melakukan kekerasan raga seperti bunuh diri.

Maka dari itu agar berkurangnya tingkat gangguan jiwa yang semakin meningkat, kita harusnya saling bahu membahu seperti memberikan sokongan kepada pasien ODGJ,karena bukan hanya keluarga inti saja yang harus memberikan sokongan terhadap pasien ,tetapi peran lingkungan yang positif juga sangat membantu dalam proses penyembuhan dan akan membuat pasien percaya diri untuk kembali ke dalam kehidupannya yang lebih baik.[] 

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Syiah Kuala - Banda Aceh

×
Berita Terbaru Update