Aretha Balqis Mahasiswa Semester 1 Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
TamiangNews.com -- Sejak adanya Pandemi COVID-19 ini telah memukul berbagai sektor, termasuk pasar saham dimana banyak orang ragu untuk berinvestasi saham. Banyak industri terkena dampak Covid-19 dimana sejak Maret 2020 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan karena banyak investor menjual saham yang dimilikinya. Dengan adanya pandemi covid 19 tersebut mendorong perkembangan investasi saham yang menjadi trend saat ini.Hal ini menjadi awal kebangkitan investor ritel di Indonesia.
Pada tahun lalu, total investor pasar modal meningkat 56 persen secara tahunan menjadi 3,88 juta. Sedangkan investor pasar saham melesat 53 persen, menjadi 1,7 juta orang. Sayangnya, fenomena "spektakuler" juga diiringi oleh peniup isu pada saham - saham pompom. Seperti tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba sebuah saham naik tanpa dasar. Fenomena lain yang menarik juga adalah, ketika bursa naik atau bullish, banyak investor yang gelap mata mengambil risiko. Ujung - ujungnya memakai utang alias pinjaman. Tetapi menurut otoritas bursa, aktivitas pinjaman dengan skema margin call saat ini masih aman. BEI percaya diri, target penambahan jumlah investor tahun ini bisa tercapai. Sebab, sejak awal tahun sampai dengan 22 Februari 2021 saja, jumlah investor saham sudah bertambah 19,76 persen menjadi sekitar 2 juta investor.
Kita pasti tahu bahwa investasi adalah suatu komitmen untuk menanamkan dana pada periode tertentu untuk mendapatkan pembayaran di masa depan sebagai kompensasi bagi investor untuk waktu selama dana diinvestasikan, tingkat inflasi yang diharapkan dan Ketidakpastian pembayaran di masa depan. Investasi terdiri dari investasi dalam bentuk aktiva riil (riil assets) seperti emas dan barang berharga lain, tanah, barangbarang seni atau real estate, dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets) yang mana tujuan berinvestasi untuk meningkatkan kekayaan, baik sekarang dan di masa depan. Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan.
Sering kali terkadang investor dalam menginvestasikan dananya berharap agar mendapatkan imbal hasil (return). Return adalah satu-satunya jalan yang paling masuk akal bagi investor untuk membandingkan berbagai alternatif investasi dengan berbagai macam hasil dari alternatif investasi tersebut .Sehingga konsep dari return merupakan rasio keuntungan atau kerugian dari sebuah investasi atau sejumlah uang yang diinvestasikan. Tujuan imbal hasil (return) untuk memenuhi kemakmuran investor. Return sebuah investasi diukur dari return yang diterima pada periode tertentu, biasanya satu tahun.
Investor menginvestasikan sejumlah dananya untuk masa yang akan datang dan ketika masa itu tiba, investor dapat mendapatkan pengembalian sesuai strategi yang mereka lakukan agar hasilnya dapat sesuai dengan yang mereka harapkan, baik itu lebih rendah maupun lebih tinggi. Tentu saja keuntungan yang didapat dari pasar modal berupa dividen dan capital gain yang merupakan hasil yang diperoleh dari selisih antara nilai jual dan nilai beli saham bila investor menjual saham tersebut.
Maka dalam berinvestasi saham, kita mengenal Warren Buffet selaku salah satu orang terkaya dunia yang mana hampir seluruh kekayaannya beliau hasilkan melalui bursa saham. Warren Buffet selaku penganut paham value investing ini akan memberikan beberapa tips dan trick untuk sukses dalam dunia investasi saham. Tidak Usah Terlalu Panik dalam Melihat Gejolak Pasar Modal yang turun mungkin bagi sebagian investor pemula ketika harga sahamnya turun akan langsung panik dan cenderung untuk menjual sahamnya di bawah harga pembelian.
Ketahuilah, Opa Warren Buffet pernah bilang bahwa di dunia pasar modal, hal seperti itu adalah hal yang sangat lumrah, tidak perlu khawatir. Maka dari itu, Opa Warren menyarankan untuk membeli saham sama dengan membeli perusahaan, agar kita tidak terjebak dengan fluktuasi nilai yang terjadi. Dengan kita membeli saham sama dengan membeli perusahaan, maka kita akan mempelajari bisnis perusahaan terlebih dalah hal fundamental perusahaan seperti laba perusahaan selama 10 tahun seperti apa ada peningkatan atau tidak, atau malah cenderung turun, apakah perusahaan membagikan dividen tetap selama 10 tahun dan nilainya naik terus atau tidak, dan sebagainya. Belilah saham perusahaan yang apabila bursa efek tutup selama 5 tahun, engkau akan tetap tenang menyikapinya.
Terutama era sekarang menjadi suatu tren saham tanpa ada nya perhitungan yang matang. Investor perlu melakukan analisis fundamental untuk membuat keputusan dalam memilih saham mana yang akan dibeli untuk jangka panjang. Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan fundamental ekonomi suatu perusahaan yaitu menghitung nilai intrinsik dengan data keuangan perusahaan. Karena itulah teknik ini menitik beratkan pada rasio-rasio finansial perusahaan.
Adanya konsep dari analisis fundamental mempunyai konsep dasar bahwa nilai saham sebuah perusahaan tercermin dalam kinerja perusahaan tersebut. Investor perlu membangun portofolio beberapa aset yang akan memaksimalkan pengembalian untuk tingkat risiko tertentu. Demikian juga, dengan tingkat pengembalian yang diharapkan, seorang investor dapat membangun portofolio dengan risiko serendah mungkin.
Salah seorang pelopor teori portofolio modern membuat asumsi bahwa investor enggan mengambil risiko, artinya investor lebih suka portofolio yang kurang berisiko daripada yang berisiko untuk tingkat pengembalian tertentu. Ini menyiratkan bahwa seorang investor akan mengambil lebih banyak risiko hanya jika dia mengharapkan lebih banyak reward.
Diversifikasi merupakan salah satu prinsip terpenting teori portofolio modern yang bermanfaat dalam mengurangi risiko atau ketidakpastian dengan cara meningkatkan jumlah saham dalam portofolio saham yang dapat menghasilkan return yang maksimal dengan risiko yang minimal.
Sebab itu mengikuti tren investasi saham memang bisa namun pentingnya mengikuti pola perhitungan saham harus terus diperhitungkan. Tren investasi saham di kalangan milenial dan keluarga muda di Indonesia makin berkembang di masa pandemi. Ketika sektor riil tengah melambat perkembangannya selama pandemi COVID-19, banyak pihak yang megalihkan dana investasi yang selama ini dialokasikan ke sektor usaha menjadi ke instrumen portofolio investasi di pasar modal Indonesia. Tidak sedikit pula yang mengalihkan dana yang dipakai untuk konsumsi hal-hal nonesensial, seperti berlibur, untuk diinvestasikan.
Untuk para investor pemula, terutama yang tidak punya waktu cukup untuk memantau investasinya di pasar saham, ada baiknya mengenal reksa dana sebelum aktif berinvestasi di saham secara langsung. Kecuali, jika sang investor yang berinvestasi di saham langsung ini ingin menyimpan sahamnya tanpa aktif diperjualbelikan dalam jangka waktu panjang, yaitu selama lebih dari 5-10 tahun. Ada empat jenis reksa dana, di mana selain reksa dana saham, ada reksa dana campuran yang terdiri atas portofolio saham dan surat utang atau obligasi. Terdapat pula reksa dana pendapatan tetap yang terdiri atas portofolio surat utang, baik surat utang negara maupun surat utang korporasi atau obligasi. Selain itu, ada reksa dana pasar uang yang mengalokasikan dana investasinya pada deposito perbankan dan surat utang yang jatuh temponya kurang dari setahun.
Saat ini saham telah menjadi tren investasi yang menjanjikan baik jangka panjang atau jangka pendek. Dimana saham - saham terbanyak diminati baik berdasarkan volume perdagangan maupun nilai perdagangan adalah saham - saham sektor keuangan adalah BNLI, BBRI, BHAT, BBCA, BRIS, BMRI, BBNI dan BTPS. Saham sektor kesehatan adalah CARE. Sektor telekomunikasi adalah saham-saham TLKM, TOWR, dan TBIG. Sektor konstruksi adalah PWON dan MDLN. Sektor infrastruktur adalah PGAS, BULL, GIAA, PURA, dan JSMR.
Sektor perdagangan adalah MNCN, FILM, dan BOGA. Sektor aneka industri adalah ASII. Sektor industri barang konsumsi adalah ICBP, UNVR, INDF, HMSP, dan INTP.Melihat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak bulan Maret 2020 sampai dengan Mei 2020.
Investor sebaiknya membeli saham-saham sektor industri barang konsumer (consumer goods) karena sektor barang konsumer mampu mencatatkan kinerja positif sejak adanya pengumuman kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Industri barang konsumer meningkat karena masyarakat pasti membutuhkan pasokan makanan dan minuman dalam kondisi apapun. Ini menyiratkan bahwa seorang investor akan mengambil lebih banyak risiko hanya jika dia mengharapkan lebih banyak reward.
Diversifikasi merupakan salah satu prinsip terpenting teori portofolio modern yang bermanfaat dalam mengurangi risiko atau ketidakpastian dengan cara meningkatkan jumlah saham dalam portofolio saham yang dapat menghasilkan return yang maksimal dengan risiko yang minimal. Diversifikasi adalah salah satu komponen utama pengambilan keputusan investasi di bawah risiko atau ketidak pastian (Koumou, 2020). Oyenubi (2019) mengatakan bahwa tidak ada angka unik dalam hal jumlah optimal stok yang diperlukan untuk mencapai diversifikasi penuh.
Begitu juga terjadi peningkatan permintaan pasang baru dibanding periode sebelum terjadi pandemi COVID-19. Saham - saham sektor kesehatan juga sangat menarik karena adanya peningkatan penjualan obat dan permintaan medical chek up, rapid test, swab test terjadi dalam masyarakat. Masyarakat harus mengeluarkan dana untuk membeli obat dan layanan kesehatan ditengah ancaman virus corona. Belum adanya vaksin dan ketidakpastian kapan pandemi berakhir membuat prioritas masyarakat saat pandemi adalah bagaimana menjaga kesehatan keluarga sehingga produk layanan kesehatan akan menjadi pilihan pertama dibanding konsumsi lainnya pada trend investasi saham.
Sehingga dalam hal ini pada masa pandemi covid 19 para investor tetap mengikuti adanya tren investasi saham yang memberikan keuntungan di masa depan pada jangka panjang dan juga berjangka pendek di mana Para investor tidak hanya mengikuti tren investasi saham yang ada namun juga melihat perkembangan dan perhitungan yang dilakukan para investor melalui analisis fundamental untuk mengetahui prospek perusahaan dan memprediksi return saham di masa yang akan datang. Selain itu dengan adanya tren investasi saham ini dapat mendorong adanya diversifikasi saham dimana hal ini akan meminimalisir adanya resiko yang terjadi pada investor karena naik turunnya saham yang ada.
Diharapkan dengan adanya perkembangan terhadap indeks saham di masa pandemi covid 19 Saat ini mampu untuk menjadi salah satu bentuk dari solusi yang digunakan untuk mengatasi penurunan di market saham sehingga adanya ekonomi keuangan yang ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dapat berjalan secara optimal. Hal ini menjadi salah satu bentuk dari indikasi pengembangan yang terstruktur sebagai salah satu konsep pada analisis fundamental saham di masa pandemi covid 19.***