Notification

×

Iklan

Iklan

Data Bank Indonesia Kena Retas Hacker Ransomeware Russia

Jumat, 21 Januari 2022 | Januari 21, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-01-22T07:59:27Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Moch Riza Aditama Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang 

TamiangNews.com - Bank Indonesia di isukan telah diretas oleh hacker menggunakan Ransomware Conti. Namun yang bocor dipastikan bukan data kritikal. Kabar ini diunggah salah satu platform intelijen Dark Tracer yang di unggah lewat akun twitter-nya, @darktracer_int. Dark Tracer pun memberi peringatan untuk Bank Indonesia yang diduga telah menjadi daftar korban kejahatan siber Ransomware Conti.


Geng ransomware Conti telah mengumumkan "BANK OF INDONESIA" dalam daftar korbannya," tulis Dark Tracer, Kamis pagi, 20 Januari 2022.


Conti melampirkan 16 folder file di dalam postingan terkait Bank Indonesia. Folder tersebut memuat berbagai jenis data, mulai dari posisi tabungan masyarakat dalam rupiah, valuta asing (valas) bank umum, hingga bon. Bank Indonesia menyebut, data-data tersebut merupakan bagian dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang tersedia di website BI dan dapat diakses oleh publik.


Conti merupakan ransomware yang dijalankan geng hacker Wizard Spider yang berbasis di Rusia dan telah menjadi target Europol, Interpol, FBI, dan juga Badan Kejahatan Nasional di Inggris.


Ransomware merupakan jenis malicious software tertentu yang menuntut tebusan finansial dari seorang korban dengan melakukan penahanan pada aset atau data yang bersifat pribadi. Kegiatan penyebaran ransomware dilakukan oleh penyerang atau Threat Actor dengan tujuan utama adalah finansial, oleh karenanya Threat Actor menjadikan data tersebut sebagai ancamannya. Sehingga korban mau tidak mau harus membayarnya untuk mendapatkan kunci pembuka. Kalau korban tidak membayar uang tebusan yang diminta, maka data dan sistemnya akan dirusak dan sistem tidak bisa berjalan sehingga layanan organisasi tersebut akan berhenti.


Sekedar mengingat, Pada kasus Colonial Pipeline, operator jaringan BBM terbesar AS, terpaksa membayar uang tebusan US$ 5 juta setelah terkena serangan siber ransomware termasuk mencuri hampir 100 gigabyte data, dan pelaku mengancam akan merilisnya ke internet kecuali uang tebusan dibayarkan.


Dari serangan itu memicu krisis energi sementara, juga perusahaan menghentikan operasi pipa selama beberapa saat. Sehingga perusahaan tersebut memilih membayar 500 milyar rupiah supaya bisa mengembalikan file dan sistem yang disandera peretas, agar layanan BBM di Amerika bisa berjalan lancar kembali. ***

×
Berita Terbaru Update