Notification

×

Iklan

Iklan

Pentingnya Menerapkan Sikap Moderasi Beragama

Minggu, 19 Desember 2021 | Desember 19, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-19T01:24:09Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Khaerul Umam Mahasiswa Semester 3 , Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

TamiangNews.com -- Moderasi beragama, yang berasal dari bahasa Inggris Moderation yang berarti “sedang” atau dalam bahasa Arab Tawassith yang berarti “tengah-tengah” tidak berpaham ekstrim ataupun radikal terhadap sebuah perbedaan yang ada.  Sebenarnya bagi kita, ini merupakan  hal yang tidak asing lagi, apalagi kita sebagai warga negara Indonesia yang berbeda-beda suku, bangsa, ras dan agama yang seharusnya bersikap moderat terhadap pandangan dalam hal apapun itu.


Menurut Harun Nasution ahli Teologi Islam sikap moderasi sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu didalam aspek Teologi, terutama dalam pandangan soal “Af’alu Ibad” antara paham Qodariyah dan Jabariyah dimana ada dua tokoh Jabariyah, yaitu: Dirar dan Nazar dimana mereka mengambil sikap tengah - tengah soal Af' alul Ibad yang menengahi perdebatan pemahaman antara sikap Qodariyah dan Jabariyah. Menurut mereka : “Memang perbuatan manusia itu diciptakan oleh Tuhan, tetapi Manusia ada hak untuk melakukan perbuatannya tersebut”. Ini merupakan sikap Moderasi yang telah dicontohkan oleh orang-orang terdahulu.


Indonesia merupakan Negara yang Majemuk yang di dalamnya terdapat berbagai macam Agama ada, Hindu, Budha, Islam, Katholik, Konghucu dan Kristen, sudah sepantasnya kita sebagai warga negara harus saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan prespektif Agama nya masing - masing, tidak boleh memandang salah karena bedanya Agama, dan bedanya pemahaman, harus bisa bersikap Moderat tidak Ekstrim atau pun Fanatik.

Melihat Research yang dilakukan oleh pihak Kompas bahwa Masyarakat yang menunjukan sikap Moderasi Beragama ada terutama di Daerah Manado dan Bali dimana mereka saling menghargai satu sama lain meskipun mereka hidup dalam perbedaan Agama. Tapi mereka tidak saling mencemoohkan terhadap Agama / Golongan tertentu, justru mereka saling menjaga. Contohnya ketika perayaan Hari Raya Idul Fitri, Masyarakat beragama Islam ketika melaksanakan Shalat Ied, yang menjaga Sholat nya orang Muslim yaitu orang-orang Kristen yang sudah jelas berbeda di dalam peribadatannya. Begitupun sebaliknya ketika orang Budha di Bali melakukan ibadah di hari raya Waisak yang dimana harus menetap di rumah, maka orang Muslim disana pun menghargai dengan cara mereka tidak keluar rumah juga. Ini merupakan contoh Masyarkat  yang menerapkan sikap Moderasi Beragama dimana ketika Agama lain melakukan ibadah , Maka agama yang lainnya menghormati dan menghargai bukan menghancurkan atau memusuhi. 


Seperti yang telah dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, secara keseluruhan jumlah suku dan sub suku di Indonesia adalah sebanyak 1331, meskipun pada tahun 2013 jumlah ini berhasil diklasifikasi oleh BPS sendiri, bekerja sama dengan Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), menjadi 633 kelompok-kelompok suku besar. 


Penelitian ini sekaligus menjadi acuan kita bahwa kita harus bersikap Moderat karena bahaya jika kita bersikap fanatik dan memandang hal yang berbeda itu salah , justru malah nanti akan memunculkan permusuhan dan perpecahan bahkan bisa sampai terjadinya perang antar suku yang berdampak pada runtuhnya nilai kesatuan Bangsa di Tanah Air kita.


Seperti yang terjadi pada Tahun 1999 – 2000 yang dimana terjadi peperangan di Ambon yang bermula ketika terjadi pertikaian antara salah satu pemuda keturunan Bugis beragama Islam dengan pemuda yang berasal dari Mardika yang beragama Kristen, yang berakibat dengan tewasnya  hampir 5000 nyawa manusia (bahkan ada yang menyatakan 9000 orang). Tentu ini menjadikan hal yang buruk bagi keutuhaan bangsa kita akibat Perang Agama ini akhirnya bangsa kita banyak yang meregang nyawa. Oleh karena itu melihat sisi sejarah yang buruk itu kita terutama sebagai pemuda dan kaum Milenial , maka harus bisa saling Toleran bukan malah Intoleran agar peperangan ini tidak terjadi kembali di Negara kita yang tercinta ini.


Merujuk pada pendapat Lukman Hakim yang merupakan Mentri Agama bahwa Prinsip Dasar Moderasi adalah “Adil dan Berimbang” dalam memandang, menyikapi, dan mempraktikkan hal-hal yang berbau perbedaan dari segi Aspek apapun itu. Adil yang dimaksud ia adalah tidak memihak akan tetapi berpihak pada kebenaran dan tidak sewenang-wenang. Sementara Keseimbangan menurutnya cara pandang untuk selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan persamaan. Akan tetapi pada kenyataanya hal ini berbalik di Indonesia, bahwa Seorang yang moderat seringkali dicap tidak paripurna dalam beragama, karena dianggap tidak menjadikan keseluruhan ajaran agama sebagai jalan hidup, serta tidak menjadikan laku pemimpin agamanya sebagai teladan dalam seluruh aspek kehidupan. Umat beragama yang moderat juga sering dianggap tidak sensitif, tidak memiliki kepedulian, atau tidak memberikan pembelaan ketika, misalnya, simbol-simbol agamanya direndahkan. Padahal Moderat dalam beragama sama sekali bukan berarti mengompromikan prinsip-prinsip dasar atau ritual pokok agama demi untuk menyenangkan orang lain yang berbeda paham keagamaannya, atau berbeda agamanya. 


Moderasi beragama juga bukan alasan bagi seseorang untuk tidak menjalankan ajaran agamanya secara serius. Sebaliknya, moderat dalam beragama berarti percaya diri dengan esensi ajaran agama yang dipeluknya, yang mengajarkan prinsip adil dan berimbang, tetapi berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama. Justru dengan adanya sikap moderasi beragama akan  meningkatkan kesatuan dan kecintaan kita terhadap perbedaan agama. Karena pada hakekatnya semua agama mengajarkan perdamaian bukan permusuhan.[] ***



×
Berita Terbaru Update