Notification

×

Iklan

Iklan

Pentingnya Aswaja Dalam Menangkal Radikalisme Bagi Generasi Milenial

Selasa, 28 Desember 2021 | Desember 28, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-28T11:45:22Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Tesya Arie Budianti Mahasiswa Semester 1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

TamiangNews.com -- Di era milenial ini, semakin banyak berkembangnya paham radikalisme di berbagai wilayah, semakin banyak juga perpecahan yang berada di dalam bumi ini, dan banyak pula memunculkan respon dari berbagai kelompok lain. Penyebab nya dikarenakan masih banyak orang yang kurang akan bekal ilmu keagamaan, banyaknya perbedaan dari pola fikir dan sikap keberagaman dari kelompok islam radikal, jauh dari kata akomodatif, toleran, yang seharusnya diaplikasikan oleh muslim Indonesia pada umumnya. Harus adanya penangkalan paham radikalisme dijaman sekarang ini. 


Pendidikan Ahlusunnah Wal Jamaah mempunyai peran penting dalam mengokohkan jati diri sebagai seorang muslim yang mencintai kedamaian dan kebaikan. Aswaja menjadi peran penting karena memiliki nilai yang bertolakbelakang dengan paham radikal, nilai tersebut mencangkup tawasut, tawazun dan tasamuh untuk menjadikan tujuan untuk membentuk pribadi penerus yang berkarakter inklusif, jauh dari paham radikalisme dan paling penting menjunjung tinggi toleransi beragama. Islam radikal yang terkenal akan kelompok yang tidak bisa menerima pemahaman dari kelompok lain serta nilai nilai tradisi kaum muslim Indonesia, banyaknya perilaku yang melenceng yang tidak sesuai dengan apa yang sudah di sejarahkan ataupun yang dilakukan pada zaman Nabi yang sering disebut dengan bid’ah. 


Aswaja sendiri memiliki peran akan adanya permunian Kembali ajaran Islam dengan menyerang tradisi dan ritual keagamaan yang sudah ada di kalangan masyarakat muslim sebagaimana yang diajarkan pada jaman Nabi yang semua berpegang teguh kepada ajaran Al Qur’an dan As Sunnah dan sesuatu yang sangat diwajibkan menggunakan Syariat Islam dalam hal apapun. 


Dasar dari seluruh sudut pandang kehidupan umat Islam pastinya sudah bisa ditelaah adanya Al Quran dan As Sunnah tetapi masi banyak kalangan yang meremehkan kelompok lain dalam berdakwah, sekelompok yang tidak sejalur ataupun sejalan dengan kelompoknya, bahkan respek menjuluki kelopok lain dengan beranggapan sebagai bid’ah, musyrik, takhayul dan semacamnya. bahkan diranah seperti saat ini perwujudan kaum radikal terhadap penghancuran makam makam dan situs keagamaan ataupun budaya mereka anggap sebagai khurafat . 


Banyak pertentangan antara umat Islam radikal akan penghancuran makam makam tempat untuk diziarahi dan banyak lagi pertentangan pertentangan Islam radikal di era mileneal seperti saat ini, bagaimana kita bisa mengabil sisi baik dan menjauhkan generasi penerus kita dari ancaman radikal dan ditinjau dari sudut pandang pembelajaran Aswaja di ranah Pendidikan. 


Hal tersebut mendorong keinginan Penulis tentang tujuan bahwa pentingnya Aswaja di sekitar kehidupan beragama kita apalagi di era mileneal seperti ini.


Implikasi Pendidikan aswaja dalam menangkal radikalisme khususnya di ranah Pendidikan yang mempunyai suatu nilai yang memadukan atau mencampurkan antara konsep beragama dan konsep bernegara. Dimana dalam perkembangannya, paham ini mampu menyatu, bahkan menampilkan wajah baru. Aswaja hadir ditengah Pendidikan dengan wajah baru di era mileneal tidak untuk membatasi antara islam dan non islam, Aswaja di Indonesia sebagai pemersatu kalangan umat beragama. 


Pencapaian dalam era mileneal harus dipahami bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang murni terhindar dari perpaduan nilai-nilai Islam radikal maupun agama lain. Prinsip “Bhineka Tunggal Ika” telah mengillhami para penguasa nusantara sejak pemerintahaan kerajaan Hindu-Budha sampai saat milenial seperti saat ini. Dimana Aswaja mampu menjadi solusi dari penerpan tradisi – tradisi yang bertentangan Islam, kini yang ada tradisi dengan bungkus Islami. Proses Internalisasi nilai-nilai ASWAJA dalam menangkal radikalisme nya ada dua poko yaitu pembelajaran dan pengalaman.  


Didalam Aswaja terdapat Nilai yang terkandung dalam menangkal radikalisme, yaitu nilai yang mampu menjadikan acuan ciri dari sebuah identitas. Aswaja menunjukkan betapa tolerirnya paham ini sehingga mampu menjadikan pengikutnya tanpa paksaan. Nilai yang terkandung yaitu

1. Tawassuth dan I‟tidal Yitu dalam pengrertiannya mencerminkan sikap yang legowo dalam artian ikhlas dalam menerima keberagaman yang luwes, dan terbuka. Makna dari keterbukaan dalam hal mengambil kebaikan dari pandangan kelompok lain dan tidak adanya kebencian dan menerima perbedaan agar mencapai maksud tidak ananya condong kepada golongan yang liberal maupun golongan yang radikal.

2. Tasamuh ialah suatu sikap yang bisa menerima segala perbedaan dan menanggapi nya dalam jalan toleransi serta mampu mengakui dan menerima keberagaman.dalam artian tidak adanya unsur paksaan atas keyakinan diri kita terhadap orang lain, yang telah diajarkan Nabi Muhammad dalam pandangan Rahmat lil Alamin dalam setiap toleransi ialah semata mata yang memiliki perbedaan adalah suatu sunnah Allah ataupun disebut hukum alam yang pasti ada. Supaya kita jauh dari kata Radikal yang memakai jalan kekerasan.

3. At-Tawazun yang mempunyai makna seimbang, semua yang ada tidak berat Sebagian ataupun ringan Sebagian, semua mempunyai porsinya yang sama. Tidak berlebihan dalam bersikap, baik secara bernegara maupun dalam tatanan agama. Dan juga mengajarkan sikap tidak memilih milih teman yaitu dalam bergaul, yang dimaksud dalam bergaul ialah kita sebagai ciptaan Allah dibekali atas akal sehat dan nafsu yang harus diseimbangkan antara hubunggan kita kepada Allah dan Hubungan antar Manusia sehingga terciptanya kerukunan.

4. Amar Ma‟ruf nahi Munkar yang biasa kita temukan dalam memecahkan kesukaran yang terdapat didalam diri, yaitu melakukan kebenaran dan mencegah dari semua yang munkar yaitu perbuatan yang merendahkan agama lain maupun dalam kehidupan seseorang. Nilai inilah yang menjadi tolak ukur keimanan seseorang dalam bersikap dan dalam melakukan perbuatan. Dan tentunya menangkal dari paham yang salah.

5. Hubbul al-wathon yang dijuluki juga sebagai rasa cinta tanah air. Ini juga Sebagian dari pengajaran rahmatal lil „alamin. Dan dalam bernegara jika kita mempraktikkan hubbul al wathon akan adanya kedamaian akan mengamalkan semua ajaran ajaran tanpa adanya perpecahan, tanpa adanya kekerasan, dan intimidasi dari berbagai kelompok.


Adanya proses akan terbentuknya generasi mendatang yang jauh dari paham radikalisme harus dengan proses internalisasi dalam mecegahnya. Yang pertama proses pembelajaran yang mempunyai peranan aspek seperti perabnan guru dalam memaparkan segala bentuk ilmu, sumber pelajaran, maupun media pembelajaran. Tujuannya agar memperkuat karakter generasi mendatang. Dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses internalisasi nilai-nilai ASWAJA dalam menangkal radikalisme. ***

×
Berita Terbaru Update