Notification

×

Iklan

Iklan

Inovasi Metode dan Media Bimbingan Konseling di Era Society 5.0

Rabu, 15 Desember 2021 | Desember 15, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-15T14:46:11Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Ezza Wahyu Dian Cantika dan Erry Nur Sahriyah Mahasiswa Semester 3, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

TamiangNews.com -- Segala perubahan serta kemajuan teknologi yang di bawa pada era revolusi industri 4.0 membuat masyarakat berpikir tidak akan ada lagi era yang lebih maju kedepan nya. Namun hal tersebut berhasil disangkal dengan munculnya era baru, yaitu Era Society 5.0. Era society 5.0 atau biasa disebut dengan era masyarakat ini diperkenalkan oleh pemerintah jepang pada tahun 2019. Latar belakang munculnya era ini adalah sebagai jalan keluar dari era revolusi industri 4.0 yang dianggap akan menimbulkan degradasi manusia akibat disrupsi teknologi yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin serta teknologi digital. 

Perbedaan yang mendasar dari era Revolusi industri 4.0 serta  era Society 5.0 terletak pada fokus perkembangan nya.  Pada era Revolusi industry 4.0, perkembangan berfokus pada otomatisasi segala jenis pekerjaan, sedangkan pada era Society 5.0, perkembangan berfokus kepada perluasan lapangan kerja serta optimalisasi tanggung jawab jam kerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Berkaitan dengan munculnya Era Society 5.0, Indonesia perlu menyiapkan masayarakatnya untuk beradaptasi. Akan ada beberapa perubahan – perubahan dalam Era Society 5.0 yang harus dihadapi oleh masyarakat. Perubahan- perubahan tersebut tentunya akan berdampak pada segala sektor kehidupan. Salah satu sektor yang akan terdampak adalah sektor pendidikan. 

Era Society 5.0 merupakan  kolaborasi antara teknologi sebagai dasar (technology based) serta manusia sebagai pusat (human–centered). Maknanya, Pendidikan era 5.0 adalah pendidikan yang memfokuskan kepada pembangunan manusia sebagai makhluk yang berakal, berilmu, beretika namun tetap memiliki bekal pemahaman teknologi modern saat ini.  Untuk mewujudkan Era Society 5.0, Siswa tidak hanya cukup diberikan bekal materi secara teoritis saja. Siswa dituntut untuk memiliki pola pikir yang kritis, konstruktif dan inovatif, begitu pula dengan pendidik atau guru itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut Pendidik atau Guru harus mampu menciptakan inovasi strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Era Society 5.0.

Berbicara soal pendidikan, Bimbingan konseling juga merupakan bagian yang integral dalam pendidikan. Oleh sebab itu, proses pemberian layanan bimbingan dan konseling pun juga akan ikut dipengaruhi oleh Era Society 5.0. Salah satunya yaitu dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling, Konselor atau Guru BK haruslah mampu menciptakan inovasi di dalam program BK. Inovasi yang dapat disesuaikan dengan Era Society 5.0 adalah inovasi di bagian metode pelaksanaan serta media bimbingan konseling yang akan digunakan. Sebagai Guru BK, kita harus menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, menghindari metode dan media yang kurang diminati oleh siswa seperti ceramah dan materi. Dalam hal ini inovasi metode dan media BK sangat perlu dilakukan agar siswa tidak bosan, dan dapat berperan aktif.

Metode dapat dikatakan suatu jalur atau cara yang harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan. Secara umum metode dalam bimbingan konseling yaitu Sosiodrama, Psikodrama, Diskusi Kelompok, Home Room, dan masih banyak lagi. Implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran diantaranya yaitu (1) model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/ Penemuan (Discovery/Inquiry Learning), (2) model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning/PBL), (3) model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning/PJBL). Selain 3 tersebut guru juga disarankan untuk menggunakan model pembelajaran yang lain, seperti Cooperative Learning dan Blended/ Hybrid. Dalam Hal ini guru BK bisa menerapkan model- model yang sudah tercantum pada Permendikbud. 

1. Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). 

Model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif yang berakhir pada suatu kesimpulan. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. 

Ada pun langkah kerja model pembelajaran Discovery Learning:

1) Pemberian rangsangan (stimulation)

2) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)

3) Pengumpulan data (data collection)

4) Pengolahan data (data processing)

5) Pembuktian (verification)

6) Menarik simpulan/generalisasi (generalization)

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah atau sering dikenal dengan model pembelajaran.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang dipusatkan pada siswa

melalui pemberian masalah dari dunia nyata di awal pembelajaran. Guru BK bisa menyajikan permasalahan yang nantinya di diskusikan dengan dinamika kelompok. Dengan PBL siswa diharapkan dapat aktif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir memecahkan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi.

Langkah Kerja:

1) Guru BK menyajikan permasalahan

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar (berkaitan dengan permasalahan)

3) Membimbing Penyelidikan

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil dalam bentuk laporan, video, atau yang lainnya

5) Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah


3. Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)

Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. 

Langkah Kerja:

1) Membuka bimbingan dengan suatu pertanyaan menantang. Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada siswa untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang dipakai sebaiknya yang real.

2) Merencanakan proyek. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

3) Menyusun jadwal aktivitas. Guru BK dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. 

4) Konselor mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)

5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.


4. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal. Pembelajaran ini mempunyai berbagai metode seperti: Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Make a Match, Think-Pair-Share (TPS), Example not Example, Picture and Picture, dan lainnya.


5. Pembelajaran Blended/ Hybrid

Blended Learning yaitu gabungan pembelajaran secara tatap-muka dan secara virtual atau kombinasi pengajaran langsung dan pengajaran online. Sedangkan Hybrid learning adalah menggabungkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yakni pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer, dan pembelajaran berbasis online (internet dan mobile learning). 

Bukan hanya metode, media yang digunakan harus disesuaikan dengan Perkembangan Teknologi yang ada. Media BK adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Berikut contoh media yang bisa digunakan :

1. Poster. Poster adalah media publikasi yang terdiri atas tulisan, gambar ataupun kombinasi antar keduanya dengan tujuan memberikan informasi kepada khalayak ramai. Konselor bisa membuat poster dengan aplikasi- aplikasi yang sudah banyak disediakan, seperti canva, photoshop, dll.

2. Infografis. Infografis adalah salah satu dari media informasi yang disajikan secara visual yang tersusun atas elemen teks yang dipadukan dengan gambar, ilustrasi, tipografi dan elemen yang lain. 

3. Video animasi. Video animasi merupakan media yang menggabungkan antara media audio dan media visual untuk menarik perhatian siswa, mampu menyajikan objek secara detail yang dapat membantu pemahaman siswa. Aplikasi yang dapat digunakan yaitu video scribe.

4. Aplikasi Game Edukasi. Aplikasi Game merupakan media yang dapat dikatakan efektif di era Society 5.0 ini karena berkaitan dengan kemajuan teknologi. Citra game di kalangan remaja masih dipandang sebagai sesuatu yang menghibur dan tidak membosankan. Sehingga Aplikasi game ini dapat dijadikan alat untuk memancing minat belajar pada siswa. ***


×
Berita Terbaru Update