Baiq Inda Sari Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
TamiangNews.com --- Di era modern bisnis sudah menjadi hal yang lazim dalam kehidupan
manusia. Karena sekarang sudah banyak yang terjun dalam bisnis, mulai dari usia
remaja ataupun dewasa. Bisnis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan baik
secara individu maupun organisasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Namun berbisnis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dalam
berbisnis banyak tantangan dan rintangan yang akan dihadapi. Hanya orang-orang
yang memiliki jiwa pantang menyerah yang mampu membuat bisnis itu berkembang.
Terlepas dari sikap pantang menyerah, jauh sebelumnya Rasulullah telah
memberikan contoh yang baik dalam berbisnis :
1. Niatkan Karena Allah SWT
Berbisnis selain untuk mencari rezeki haruslah karena Allah, bukan karena ingin
menumpuk harta dan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dengan melibatkan Allah dalam
segala kegiatan maka Allah akan memudahkan segala urusan.
Sebagaimana
Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs
Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah
shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia
niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa
yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena
wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang
dia niatkan.
2. Kejujuran
Sikap jujur harus dimiliki oleh setiap orang
yang ingin berbisnis. Karena kepercayaan orang lain terhadap produk ataupun
bisnis yang kita jalankan sangat penting. Sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah berbohong dalam keadaan apa pun, terlebih
dalam berbisnis. Karena kejujurannya itu, mendapat gelar al-amin.
Dalam berbisnis, beliau tidak pernah mengurangi timbangan. Karena
seseorang yang mengurangi timbangan akan celaka sebagaimana firman Allah SWT
berikut :
- وَيْلٌ
لِلْمُطَفِّفِينَ﴿١﴾الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ
يَسْتَوْفُونَ﴿٢﴾وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴿٣﴾أَلَا
يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ﴿٤﴾لِيَوْمٍ عَظِيمٍ﴿٥﴾يَوْمَ
يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : “Kecelakaan besar bagi orang yang curang. Yaitu
orang yang menerima takaran, harus dipenuhi. Dan apabila mereka menakar, mereka
akan mengurangi. Tidakkah orang-orang yakin mereka dibangkitakan pada hari yang
besar yaitu hari saat manusia menghadap Rabb semesta alam” (QS.
Al-Muthaffifin 1-6)
3. Jual barang yang halal dan berkualitas baik
Dalam berdagang, hendaknya seseorang menjual barang yang halal dan berkualitas
baik. Hal ini dilakukan agar pembeli merasa puas dan tidak dirugikan.
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW, selalu memastikan barang
dagangannya berkualitas dan tidak cacat.
Rasullullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
Allah jika mengharamkan atas suatu kaum memakan sesuatu, maka diharamkan
pula hasil penjualannya” (HR Abu Daud dan Ahmad).
4. Ambil keuntungan sewajarnya
Dalam berbisnis, seseorang hendaknya mengambil untung sewajarnya, agar tidak
merugikan pihak kedua. Karena mengambil untung sebanyak-banyaknya dapat membuat
bisnis tidak dapat bertahan lama dan produk yang ingin kita pasarkan menjadi
tidak laku dikarenakan harga yang terlalu tinggi. Rasulullah juga hanya
mengambil keuntungan sewajarnya dalam berbisnis, sehingga dagangannya cepat
laku.
5. Saling menguntungkan kedua belah pihak
Seseorang yang terjun dalam dunia bisnis, hendaknya memiliki prinsip sama-sama
suka. Artinya kedua belah pihak sama-sama merasa senang dan mencapai
kesepakatan bersama baik dalam harga,
jenis barang, dan cara memberikan barang tersebut kepada pembeli. Sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Allah berfirman dalam surah
Annisa ayat 29:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu.
6. Bersikap ramah kepada pembeli
Dalam berbisnis seseorang haruslah mempunyai sikap yang ramah kepada pembeli.
Hal ini bertujuan untuk memberikan daya tarik kepada pembeli. Karena dengan
sikap yang ramah kepada orang lain membuat mereka merasa dihargai dan
diutamakan. Sebaliknya jika kita menunjukkan wajah judes dan cemberut tentu
pembeli akan malas dan kabur, tidak akan membeli di tempat kita lagi.Karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersikap ramah kepada sesama.
7. Tidak Menjelekkan Bisnis Orang Lain
Rasulullah SAW
bersabda :‘Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk
menjelekkan apa yang dijual orang lain’ (HR Muttafaq)
Di era modern,
banyak orang yang menjelekkan bisnis orang lain. Hal tersebut tidaklah patut
dilakukan. Karena Rasulullah SAW berbisnis untuk memuaskan pelanggan, bukan
mematikan bisnis orang lain. Akan tetapi kita tidak perlu mengatakan bisnis
kita lebih jelek dari pada orang lain. Kita harus menonjolkan kualitas produk
kita, dan biarkan pelanggan yang menilai
8. Tidak Menimbun Barang
Dalam Islam, menyimpan barang agar mendapatkan
keuntungan di kemudian hari tidak diperbolehkan. Hal ini dapat merugikan orang
lain. Karena menimbun barang akan membuat barang tersebut menjadi langka dan
mau tidak mau orang-orang harus membeli barang tersebut.
9. Membayar Upah Tepat Waktu
Rasulullah SAW bersabda : “Berikanlah upah
kepada karyawan sebelum kering keringatnya”(HR. Ibnu Majah)
Ini berarti bahwa setiap pebisnis yang
memiliki karyawan haruslah memberikan gaji tepat waktu dan sesuai dengan kerja
yang dilakukan.
10.
Membayar Zakat dan Banyak Bersedekah
Seorang pebisnis haruslah mengeluarkan zakat
apabila sudah mencapai nisab. Karena sejatinya
di dalam harta seseorang terdapat hak orang lain. Rasulullah memerintahkan para
pebisnis untuk menebus kesalahan dalam berbisnis dengan bersedekah. Selain
untuk menebus kesalahan, sedekah juga dapat membuka pintu rezeki. Sebagaimana
firman Allah dalam al Quran surah al Baqarah ayat 261 :
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ
فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ
سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ
عَلِيْمٌ
“ Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya
di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap
tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Demikianlah contoh
bisnis yang dilakukan Rasulullah SAW. Jika pelaku bisnis di era modern
menerapkan apa yang sudah dicontohkan Rasulullah, maka bisnis tersebut akan berkembang,
memberikan keuntungan dan adanya keberkahan dalam menjalankan bisnis.***