Notification

×

Iklan

Iklan

PENTINGNYA EDUKASI LITERASI CERDAS KEUANGAN SEJAK DINI

Selasa, 23 November 2021 | November 23, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-11-23T05:31:03Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Delvina Putri Yuana Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

TamiangNews.com --- Pendidikan keuangan sangat penting bagi semua kalangan usia, khususnya anak-anak. Pendidikan tentang bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak sesuai dengan kebutuhan. Edukasi tentang mengelola uang dengan baik harus dimulai sejak usia dini khususnya anak pra sekolah dan anak usia sekolah dasar. Bangsa Indonesia sendiri masih sangat jarang atau sedikit melakukan edukasi keuangan pada anak usia dini, kondisi ini terjadi di lingkungan keluarga hingga sekolah/universitas. Ada budaya masyarakat yang merasa sungkan, sensitif atau tabu jika membicarakan uang, anak-anak belum pantas untuk membicarakan uang, sehingga pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat kita tentang mengelola keuangan masih sangat terbatas. Dampaknya muncul bahwa literasi keuangan bukan kecakapan hidup yang penting untuk menjadi bekal hidup dan masa depan anak.

Melakukan Edukasi kesadaran keuangan (Financial literacy) diperlukan sedini mungkin. Pembiasaan hal baik,biasanya dilakukan sedini mungkin agar hal baik tersebut menjadi sebuah pembiasaan yang pada akhirnya memengaruhi dalam perilaku dan pengambilan keputusan. Demikian pula mengenai pembiasaan dalam mengelola keuangan. Financial literacy sangat baik diterapkan sedini mungkin. Dengan membentuk pondasi finansial literasi yang kuat diharapkan dapat membentuk generasi muda yang tidak konsumtif dan mampu membelanjakan uangnya dengan bijak. 

Sampai saat ini masih terbatasnya informasi mengenai tingkat literasi keuangan untuk level pendidikan dasar, khususnya di Indonesia. Sebagian besar penelitian, terfokus pada literasi pada usia dewasa. Padahal basic financial knowledge pondasinya ada pada anak diusia belia ini. Basic financial knowledge yang mendasar adalah numeric skill yang biasanya diperoleh dari bangku sekolah dan personal financial skill harusnya diperoleh dari lingkungan terdekat yakni sekolah dan keluarga. Pembiasaaan menabung, membedakan mana kebutuhan dan keinginan, haruslah ditanamkan dilingkungan sekolah, rumah atau keluarga.

Literasi keuangan merupakan pondasi dasar bagi seseorang untuk mencapai kesejahteraan keuangan. Dalam APEC Guidebook on financial and economic Literacy in Basic Education (2014), dijelaskan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa pengenalan financial education dalam kurikulum sekolah yakni bahwa pengetahuan keuangan merupakan pondasi bagi seseorang dalam mengambil keputusan keuangan guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Literasi keuangan merupakan proses pembelajaran seumur hidup yang dikenalkan sejak dini untuk membentuk pribadi dewasa yang bertanggung jawab.

Pendidikan literasi keuangan pada anak tidak cukup hanya mengenai pengenalan uang, tetapi lebih jauh pendidikan literasi keuangan pada anak adalah konsep tentang pengenalan pengelolaan keuangan secara bijak dan mampu mengontrol pengeluaran keuangan dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan. Seorang anak harus economically Literate (melek ekonomi),bukan hanya bermanfaat untuk masa depan anak di masa yang akan datang namun juga penting untuk kepentingan tata ekonomi global.Hasil diskusi ilmiah kelompok dengan para pendidik atau guru sekolah dasar di Bandung, lingkungan sekolah tetapi juga dalam lingkungan keluarga. Lalu bagaimana sebaiknya melakukan edukasi literasi ini pada anak? Orang tua dapat melibatkan peran atau diskusi bersama anak dalam pengambilan keputusan keuangan, Orang tua dan pendidik dapat memberikan pemahaman mengenai apa yang menjadi kebutuhan dan yang hanya sekedar keinginan, Mengajarkan untuk terbiasa menabung sejak dini, Mengenalkan tentang lembaga keuangan, seperti bank,asuransi secara bertahap.

Hagedorn.E.A,Mark.C.Schug,Mary Suiter (2016), menggunakan metode Money Savvy kids curriculum untuk mengukur financial literacy dan hasilnya menunjukkan bahwa the Money Savvy Kids program berdampak positif terhadap perilaku dan pengetahuan siswa pada saving, spending dan investing Money. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sangat penting mengajarkan tentang financial literasi sejak dini dan perlunya disampaikan secara good saving programs,economic and financial education berulang dan sesering mungkin dalam kurikulum.

Menurut (Birbili dan Kontopoulou, 2015:51-52), dibutuhkan strategi di dalam prakteknya, karena untuk menanamkan literasi keuangan khususnya kepada anak pra sekolah hanya akan tercapai ketika anak dilibatkan dalam interaksi sosial sehari-hari dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya yakni dengan cara: 1) Guru melakukan identifikasi perisitiwa baik di dalam maupun di luar kelas, dan mengkaitkan dengan literasi keuangan yang kemudian dijelaskan kepada siswa jawabannya, 2) Merangsang anak dalam kegiatan permainan seperti buku cek, kartu debit, nota tagihan, kalkulator, uang, 3) Menggabungkan pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai kurikulum seperti matematika, bahasa dan ilmu sosial, karena dalam mempelajari literasi keuangan semua hal berhubungan, 4) Menggunakan pendekatan buku-buku literatur tentang kemiskinan dan kekayaan yang bisa dibaca dan dipelajari siswa, 5) Menyajikan pertanyaan tertutup dan terbuka untuk meningkatkan pemikiran siswa berkaitan dengan aspek keuangan, dan 6) Melibatkan keluarga dan masyarakat untuk memberikan pengalaman personal ekonomi kepada anak secara riil seperti memberikan kesempatan anak mengelola uangnya sendiri dengan budget yang terbatas.

Menurut Kasman (2018:2), dalam dalam sebuah studinya memperoleh kesimpulan bahwa pendidikan keuangan pada anak usia dini lebih berfokus kepada perubahan pola pikir dalam pengontrolan pengeluaran uang mendadak (control impulses). Penelitiannya menunjukkan ketika seorang anak usia 3-11 tahun mampu dengan baik mengkontrol uangnya, maka pada usianya ke 32 tahun sudah memiliki perencanaan yang baik dalam bentuk rumah pribadi, investasi dan dana pensiun dibandingkan anak yang di usia 3-11 yang tidak mampu mengkontrol uangnya. Lebih lanjut Kasman menyarankan agar kurikulum sejak anak usia dini diperkenalkan tentang uang dan pasar, seperti menggunakan koin dan tujuan memiliki uang serta bagaimana uang ditukarkan dengan barang dan jasa. Adapun model pembelajarannya menggunakan sistem gabungan partisipatori pembelajaran dan tradisional. Partisipatori melibatkan siswa dalam dunia keuangan riil dan pembelajaran tradisional membekali dengan pengetahuan keuangan. Dibutuhkan juga pelatihan profesional guru dalam membaca dan mengartikan konsep keuangan yang akan diimplementasikan pada kurikulum dan praktek pedagosisnya, sehingga dibutuhkan juga peralatan yang canggih untuk simulasinya yang digunakan oleh siswa untuk belajar menyelesaikan masalah keuangan (Sawatzki & Sullivan, 2017:62)

Fabris dan Luburic (2016:71) mengembangkan skema program pengembangan pendidikan keuangan untuk kaum muda dan anak-anak melalui lima tahapan yakni: 1) Pembentukan badan utama dan kerjasama oleh bank sentral, 2) penentuan program nasional melalui survei dan asistensi, yang meliputi: pengenalan pentingnya pendidikan keuangan, kerjasama dengan berbagai stakeholder, pembuatan peta jalan dan penentuan tujuan pendidikan keuangan, penyediaan panduan untuk diaplikasikan oleh program individu, 3) pengembangan strategi nasional, 4) presentasi program kepada stakeholder, dan 5) monitoring, evaluasi dan perbaikan program. Poin yang penting diantaranya adalah untuk pengembangan strategi yakni: a) kapan belajar dan bagaimana menggunakan produk keuangan, b) belajar keuntungan dari menggunakan produk keuangan dan resikonya, c) belajar mengelola keuangan pribadi, dan d) percaya diri dalam melaksanakannya ketiga program tersebut. Apabila melihat pengembangan strategi di atas, pendidikan keuangan merupakan pendidikan karakter dimana berkaitan dengan kebiasaan dan tingkah laku dalam bentuk pembentukan pola pikir (Arifudin, 2015:177), namun di bidang keuangan. Pengembangan pendidikan keuangan akan berjalan dengan baik jika bersinergi dengan pendidikan lainnya seperti matematika, ekonomi dan bisnis (Sawatzki dan Sullivan, 2017:51).

Maka dari itu edukasi literasi keuangan sangat diperlukan sejak disini, untuk membentuk pondasi karakter anak dalam berperilaku yang baik dalam mengatur uang. Model edukasi yang dapat dikembangkan, yakni dapat disampaikan dalam bentuk buku cerita, permainan, dikaitkan dengan subjek pelajaran, kegiatan partisipatif siswa dalam kegiatan kewirausahaan. Dan perlunya dukungan berbagai pihak agar proses edukasi literasi keuangan untuk usia sekolah dasar dapat berhasil. Itulah sedikit uraian tentag pentingnya edukasi literasi cerdas keuangan sejak dini, semoga artikel ini bermanfaat untuk mahasiswa-mahasiswi dan kalangan umum.***

×
Berita Terbaru Update