Notification

×

Iklan

Iklan

Pentingnya Budaya Berliterasi

Kamis, 25 November 2021 | November 25, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-11-25T03:23:07Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Lely Wahyu Ningrat Semester 1 Falkutas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

TamiangNews.com --- The World’s Most Literate Nations  menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara untuk hal literasi. Selain itu survei dari PISA yang dirilis OECD pada tahun 2019 mengatakan jika tingkat literasi di Indonesia berada pada peringkat 10 terbawah dari 70 negara. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tidak terlalu menyukai kegiatan literasi. Padahal menurut National Institute For Literacy, literasi adalah kemampuan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

Padahal literasi sangat berpengaruh kepada potensi untuk membangun bangsa. Semakin bertambahnya hari membuat dunia menjadi lebih bersaing, membuat generasi bangsa harus lebih membekali diri dengan kompetensi kealihan dan pengetahuan. Tingkat literasi yang tinggi juga sangat berpengaruh dalam menciptakan generasi muda bangsa yang cerdas dan memiliki pemikiran lebih kreatif dan inovatif. 

Kemampuan membaca dan menulis adalah dasar awal dari literasi. Tetapi kebanyakan orang menghindari kegiatan membaca karena minimnya kosa kata yang mereka pahami sehingga kurang mengerti dengan makna sebenarnya. Kurangnya motivasi dalam membaca juga menimbulkan sikap malas terhadap literasi. Lingkungan pun sangat-sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang semangat berliterasi. 


Kemampuan membaca dan menulis masyarakat Indonesia sudah cukup tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Walaupun masih terdapat beberapa masyarakat Indonesia yang buta huruf dan mungkin hal ini juga perlu diperhatikan lagi. Namun jika dilihat lagi dari segi keinginan masih terdapat akses perpustakaan, baik perpustakaan online maupun offline. 


Beberapa komunitas yang berada di masyarakat contohnya seperti Kampung Baca, Rumah Literasi Indonesia dan yang lainya. Mereka berusaha dalam menyalakan kembali semangat minat baca masyarakat. Pemerintah juga tidak ingin kalah, pemerintah juga berusaha untuk terus meningkatkan budaya literasi melalui Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang sudah berlangsung sejak tahun 2016.


GLN merupakan peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 tahun 2015 tentang Pertumbuhan Budi Pekerti yang bertujuan untuk membasmi masyarakat yang buta aksara, meningkatkan daya baca, pengembangan dan pembnaan bahasa, dan untuk memperkuat kerjasama antar unit pelaku gerakan literasi. 


Dalam zaman ini berbeda dengan tahun 1990-an yang dimana anak-anak dan remaja menulis dan membaca, mulai dari membuat surat, menulis buku harian, menciptakan puisi, membuat cerpen atau membaca komik. Karena di zaman ini internet lebih marak dari pada perbukuan dan perpustakaan. Kemudian perpustakaan melihat masalah ini dan mulai mengadaptasi buku digital untuk menarik kembali minat baca.


Beberapa perpustakaan juga banyak yang menerapkan pola hibridia yaitu menyediakan buku cetak sekaligus buku elektronik, seperti yang ada di beberapa perpustakaan perguruan tinggi maupun di sekolah-sekolah. Tingginya literasi pada seseorang pun akan menjadikan orang terebut bisa melakukan fungsi sebenarnya dari kehidupan.  Hal itu bisa di lihat dari pola memahami informasi, cara berbicara, dan berfikir atau cara dalam menyelesaikan masalahnya.


Melihat bahwa tingkat literasi di Indonesia masih termasuk terdah walau sudah ada peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini sangat membutuhkan perubahan, perubahan dalam hal ini mungkin bisa dimulai dari lingkungan pendidikan. Seperti membangun literasi di sekolah-sekolah yang ada di negri ini Indonesia. Dengan membiasakan anak-anak tampil membaca atau memasukan kurikulum literasi ke dalam kurikulum di sebuah sekolah.

Sekolah-sekolah yang menerapkan program berliterasi bisa menyadari bahwa jika setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga diperlukan berbagai macam strategi membaca dan jenis teks yang lebih bervariasi juga. Pembiasaan literasi di dalam sekolah adalah tanggung jawab semua guru mata pelajaran.


Untuk meningkatkan budaya literasi di dalam lingkungan sekolah, siswa di biasakan untuk aktif dalam pengembangan keterampilan yang dimiliki. Dengan tujuan agar lebih peka, kritis, peduli, kreatif dan jujur. Siswa harus dapat lebih membiasakan diri ketika mencari informasi-informasi yang berkailtan dengan pembelajaran di kelas. Karena semakin besar siswa sadar terhadap pentingnya budaya literasi maka semakin besar peluang siswa dalam bersaing di era modern.


Kegiatan membaca bisa diajarkan kepada anak dengan pendekatan proses membaca. Melalui pembelajaran membaca kemampuan baca anak  akan meningkat dan budaya literasi juga terbangun pada anak sejak usia dini.  Karena generasi muda atau masa kini bisa membangun negara melalui kemampuan penguat literasi. 


Ada pepatah yang mengatakan bahwa “buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya” . Di dalam pepatah tersebut terdapat kerja keras yang cukup besar , oleh karena itu kita harus melestarikan atau membiaskan diri dengan budaya berliterasi. Mungkin juga tidak semua tempat memiliki sarana dan prasarana tetapi karena zaman semakin canggih bisa menggunakan cara dengan mengunduh buku digital. 


Karena kita harus pintar dalam memanfaatkan teknologi agar keterbatasan bisa diatasi. Dengan begitu diharapkan masalah tentang  akses bisa dikurangi. Dan membuat penyebaran buku lebih merata sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan dan minat membaca bagi anak-anak di berbagai daerah, dan tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukan kebiasaan berliterasi. ***

×
Berita Terbaru Update