TamiangNews.com --- Penangkapan artis tersohor (NR) bersama suaminya seorang pengusaha besar yakni (AB) belakangan sontak menggemparkan jagat pemberitaan nusantara. Penangkapan keduanya menambah deretan artis dan publik figur yang tersandung dan terjerat kasus narkoba.
Lagi-lagi, penggunaan narkoba di kalangan artis kembali disoal. Sejumlah alasan yang menyebabkan para artis ternama ini terjerat narkoba diantaranya adalah faktor pergaulan bebas yang kian menggila, sikap hedonisme di kalangan orang tenar, hingga dijadikannya narkoba sebagai pelarian pengusir segala masalah hidup yang mendera.
Saat ini, pergaulan bebas sudah begitu mengakar kuat dalam kehidupan sosial artis artis dan sosialita ternama. Selain seks bebas, kini narkoba ikut menjangkiti gaya kehidupan sang artis sebagai pelengkap semarak nuansa. Seolah tren yang sedang terjadi, artis dianggap kurang gaul, ‘kudet’, dan kurang dapat diterima jika tidak melengkapi pernak pernik gaya lakunya dengan pemakaian narkoba.
Hal ini diperparah dan justru dimanfaatkan dengan baik oleh para bandar dan produsen narkoba yang menunjuk artis sebagai figur ‘trendsetter’ dan ‘bad influence’ untuk kemudian mempengaruhi kalangan penggemar dan pengidola agar tertarik dengan semu nikmat candu narkoba.
Sebagai publik figur yang digandrungi banyak anak muda dan kaum milenial, posisi mereka sebagai trendsetter sangat membahayakan masyarakat kebanyakan. Sementara dari sisi bandar narkoba, trend nge-fly menjadi lingkaran setan dan pusaran bagi kaum artis untuk terus datang membeli sebagai penambah sensasi tanpa henti.
Selain itu, bagi mereka artis bintang film, pemain sinetron, kadang di tengah tumpukan jadwal, agenda dan episode seringkali memaksa mereka untuk kemudian lari kepada narkoba. Guna mendorong dan memacu daya kerja yang padat, narkoba lagi lagi dijadikan stimulan penambah stamina yang justru akan merusak badan nantinya. Seakan dengan memakai narkoba rasa lelah dan stress akibat kejar tayang bisa sedikit reda, agar nantinya bisa berproduksi lebih maksimal. Tentunya , ini juga salah satu pemikiran dan tindakan yang keliru, karena seorang manusia pada hakikatnya memiliki jam biologis yang tidak dapat dipaksa atau digenjot tanpa henti.
Sementara bagi mereka pemain band, penyanyi, vokalis yang biasa dikejar tenggat manggung atau konser seringkali juga memakai narkoba untuk mengobati rasa gugup dan cemas tampil di depan orang banyak. Seoalah dengan narkoba kondisi hati dan psikis menjadi lebih tenang dan bisa beraksi dengan sempurna. Lagi-lagi, ini sebuah pemikiran keliru dan menyesatkan, karena hampir semua orang juga mengalami hal yang sama ketika demam panggung, namun bisa diseimbangkan secara alami dengan melakukan relaksasi, latihan, atau pembiasaan.
Berikut beberapa pemicu orang mengkonsumsi narkoba menurut psikeater:
1. Feel good dan feel better
Seseorang cenderung menggunakan narkoba untuk merasa feel good dan feel better. Feel good dirasakan mereka yang harus memacu kinerjanya misal terjaga 24 jam, fokus terus menerus, atau artis yang dituntut segera punya inspirasi. Mereka biasanya menggunakan narkoba jenis LSD (Lysergic acid diethylamide) atau heroin. Sedangkan feel better terjadi pada mereka yang punya masalah sebelumnya,"
2. Gaya hidup mewah
Psikiater dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ dari RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta mengatakan, gaya hidup mewah mengakibatkan kehidupan artis rawan terjerat narkoba. Artis yang kebablasan pada akhirnya benar-benar jadi korban barang haram tersebut.
"Standar kriteria tentang status kemapanan di kalangan artis membuat mereka tidak kuat menghadapi kegagalan jika tidak memenuhinya," kata dokter ahli jiwa yang kerap disapa Noriyu tersebut.
3. Bekerja tanpa kenal waktu
Faktor lainnya menurut psikiater dr Andri SpKJ FAPM dari RS OMNI Alam Sutera adalah jam kerja yang melelahkan. Seorang artis dituntut bekerja sepanjang waktu dengan jadwal yang padat sehingga kurang istirahat, tidur, dan kadang tak sempat makan.
"Bagaimana agar tetap ceria, tetap segar, tetap fokus? Akhirnya pilih pakai narkoba, kadang-kadang begitu jalan keluarnya yang tidak baik. Nah ini tentunya harus kita perhatikan," kata dr Andri.
Apapun itu sudah saatnya kita membangun pola pikir bahwa narkoba tak akan mengganti kerugian yang timbul dari sensasi rasa yang fana. Sebagai seorang manusia, kita dituntut untuk bisa menyeimbangkan dan mengolah segala stres, depresi, kurang percaya diri, hingga rasa gugup kita dengan cara yang lebih cerdas tanpa pemakaian obat terlarang. Ini bisa dilakukan dengan pemikiran positif, dan tetap percaya bahwa manusia tetap memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan kecemasan dan kekalutan emosi alami dengan meyalurkannya secara sehat.***