Foto : Ilustrasi
Oleh : Andhika Purtratama
Akhir-akhir ini, perbincangan tentang kaum LGBTQ+ kembali menjadi tren. Setelah hampir semua negara besar seperti Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Inggris dan lainnya telah melegalkan pernikahan sesama jenis. Sebelum kita mengetahui apa yang melatarbelakangi seseorang menjadi LGBTQ+, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan LGBTQ+.
LGBTQ+ adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer dan +. Lesbian adalah sebutan bagi wanita atau cewe yang mengarah orientasi seksualnya kepada wanita lain, sedangkan homoseksualitas adalah sebutan bagi laki-laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada lelaki lain. Biseksualitas mengacu pada orang-orang yang orientasi seksualnya terkonsentrasi pada dua jenis kelamin pada saat yang sama, Transgender mengacu pada orang-orang yang identitas gender atau ekspresi gendernya berbeda dari jenis kelamin yang ditentukan saat lahir, Queer dalam LGBTQ+ mengacu pada identitas spesifik individu yang tidak diklasifikasikan sebagai cisgender atau heteroseksual. Walaupun dapat merujuk pada berbagai ragam orientasi seksual atau gender, queer tidak dapat menggantikan istilah orientasi seksual dan gender yang lebih spesifik. Istilah ini cuma boleh dipergunakan oleh kelompok heteroseksual dan cisgender untuk merujuk pada individual yang secara jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai queer, Tanda +dalam akronim LGBTQ+ merangkum orientasi seksual dan identitas gender yang tidak termasuk dalam lima huruf pertama.
Jadi apa yang mendorong seseorang menjadi LGBTQ+? Inilah alasan mengapa seseorang menjadi LGBTQ+ dan bagaimana mencegahnya sejak dini.
1. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat memicu berkembangnya kaum LGBTQ+, misalnya karena interaksi yang buruk. Saat berteman, "pilih" teman yang berkarakter baik. Ketika seseorang berteman dengan orang LGBTQ+, mereka sering menjadi bagian dari komunitas LGBTQ+ karena pengaruh teman. Oleh karena itu, lingkungan dan adat istiadat menjadi faktor utama yang mendorong munculnya kelompok LGBTQ+ diIndonesia. Pengaruh adat Barat diIndonesia juga dapat menyebabkan anomali perilaku ini.
2. Keluarga
Jika anak mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga, itu mungkin salah satu alasan mereka LGBTQ+. Misalnya, seorang gadis yang telah mengalami pelecehan seksual oleh ayahnya atau saudara laki-lakinya mungkin berasumsi bahwa dia tidak menyukai lawan jenis, dia memilih kehidupan LGBTQ+ karena pengalaman hidupnya yang tidak nyaman. Oleh karena itu, peran keluarga sangatlah berpengaruh. Ketentraman dan kehangatan keluarga akan menjerumuskan anak tumbuh secara “normal” dan alami. Juga, jika kedua orang tua memberikan ajaran pendidikan agama dan moral yang baik, maka penyimpangan tersebut dari LGBTQ + akan mengurang
3. Genetik
Allan Schwartz, LCSW, Ph.D., seorang psikoanalis lulusan National Association of Psychoanalysis, menulis bahwa para ahli percaya bahwa faktor genetik adalah salah satu penyebab LGBTQ+. Kromosom X yang diwariskan dari ibu ke anak membawa berbagai genetik yang membuat orang menjadi LGBTQ+.
50-60% responden membenarkan penelitian terkait faktor gen sebagai alasan orientasi seksual seseorang pada LGBTQ+.
4. Pengalaman traumatis
Pengalaman buruk yang terjadi di masa lalu juga membuat seseorang menjadi LGBTQ+, contohnya dulu ia sering dibully, pelecehan
Bahayanya
Faktanya, penyebaran LGBTQ+ sangat cepat. Bahkan mereka yang lahir sebagai anak wanita atau lelaki "normal" bisa terpengaruh. Kondisi ini tak bisa diabaikan, karena efeknya sangat besar. LGBTQ+ dapat merusak kesehatan, pendidikan, dan moral seseorang.
1. Kanker dubur
Homoseksual melangsungkan seks anal, sehingga risiko kanker dubur tinggi
2. Kanker mulut
Kebiasaan oral seks dapat memicu terjadinya kanker mulut. Sebab, nyatanya, merokok bukan satu-satunya faktor kanker mulut
3. HIV/AIDS
Secara umum, kaum LGBTQ+ dan banyak orang menjalani kehidupan aseksual, sehingga kemungkinan tertular HIV/AIDS menjadi sangat tinggi.
4. Pengaruh Pendidikan
Selain efek kesehatan, LGBTQ+ pun berdampak pada pendidikan, membuat orang LGBTQ+ lima kali lebih mungkin putus sekolah daripada siswa yang normal
5. Dampak keamanan
Keberadaan LGBTQ+ ini mengarah pada pelecehan seksual di mana-mana. Padahal, banyak terjadi kasus kekerasan terhadap anak.
Cara mencegah
Karena dampak LGBTQ+ sangat serius, maka harus dilakukan upaya untuk mencegah munculnya LGBTQ+. Ini termasuk metode berikut:
1. Menjaga hubungan sosial
2. Pasang semua kerentanan pornografi, seperti melalui perangkat.
3. Menyelenggarakan penelitian tentang bahaya LGBTQ+ di sekolah
4. Adanya undang-undang yang melarang keberadaan LGBTQ+, agar tidak memperburuk keadaan.
5. Menyelenggarakan konsultasi agama tentang penyimpangan LGBTQ+ dari aturan agama. Dengan ini, saya berharap LGBTQ+ dapat dicegah dan prevalensinya tidak meningkat
Para ahli juga belajar bahwa orientasi seksual lebih seperti spektrum daripada kualitas mutlak (tetap). Beberapa orang cenderung heteroseksual, dan beberapa orang berada di tengah atau kebalikan dari homoseksualitas.
Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami perubahan orientasi seksual dalam hidupnya. Dalam perdebatan sengit tentang LGBTQ+, banyak orang yang salah memahami arti atau konsep sebenarnya dari akronim ini. Seiring waktu, istilah LGBTQ+ mencakup orientasi seksual dan identitas gender yang semakin beragam.
*Penulis adalah mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jakarta, email : andhika.422021009@civitas.ukrida.ac.id