*Oleh : Jamil Malia/ Email : jamilmalia23@gmail.com
Secara etimologis, adab adalah kata serapan dari bahasa Arab “al-adab” yang berarti sopan santun, budi pekerti, atau tata cara. Makna adab mencakup semua sikap, perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai kesopanan, kehalusan, kebaikan, dan budi pekerti. Dengan demikian, orang yang beradab adalah yang menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara yang menunjukkan keindahan akhlak seperti kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Foto : Ilustrasi |
Adab merupakan bagian dari akhlak. Meskipun “adab” dan “akhlak” sering dipakai untuk makna yang sama, keduanya memiliki perbedaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “adab” diartikan budi pekerti yang halus; akhlak yang baik; budi bahasa; kesopanan. Beradab, artinya mempunyai kesopanan (budi pekerti). Adapun “akhlak” diartikan budi pekerti; tabiat; kelakuan; watak. Berakhlak, artinyamempunyai pertimbangan untuk membedakan yang baik dan buruk; berkelakuan baik.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya' ‘Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama), akhlak ialah karakter yang menetap kuat di dalam jiwa, yang menjadi sumber tindakan seseorang secara alamiah, spontan, tanpa motif dan keterpaksaan. Jika tindakan yang muncul itu baik maka akhlaknya baik (hasan). Jika tindakan yang muncul itu buruk maka akhlaknya buruk (sayyi'). Jadi, akhlak adalah sifat atau karakter yang bersifat permanen, bukan sementara waktu, sehingga perilaku yang muncul juga bersifat konstan dan teratur.
Dalam pandangan Al-Ghazali, akhlak yang permanenitu muncul dari pembiasaan yang berlangsung lama, terus menerus, dan terencana. Pembentukan akhlak atau etika karakter itu memerlukan kesungguhan usaha dan proses yang terarah dan terprogram, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan yang kontinu. Sedangkan, pembentukan adab, tata krama, atau etika kesantunan, dapat dilakukan dalam proses pembiasaan yang lebih singkat.
Nabi Muhammad Saw. bersabda tentang pentingnya adab pergaulan yang artinya : “Seseorang itu dapat terpengaruh oleh agama (akhlak) temannya. Karena itu, hendaklah seorang dari kalian memperhatikan siapa teman bergaulnya.”(HR. Ahmad dari Abu Hurairah)
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad Saw. juga bersabda yang artinya: “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau kamu membeli minyak wangi darinya, atau kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu, atau kamu mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Musa)
Dalam peribahasa Indonesia dinyatakan: “untuk mengenal pribadi seseorang, lihatlah dengan siapa dia bergaul.” Maksudnya, pergaulan sangat berperan dalam membentuk kepribadian seseorang, kesantunan akhlaknya, dan moralitasnya.
Adapun maksud adab (etika) pergaulan adalah sikap sopan santun atau tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan akhlak Islami dan tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam hukum dan adat istiadat setempat. Praktisnya, tata cara atau sikap yang baik dalam pergaulan, seperti bagaimana seseorang mengutamakan perilaku yang sopan santun ketika berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Adab atau etika dalam pergaulan dengan orang lain meliputi:
- Adab Bergaul Dengan Teman Sebaya
Maksud adab bergaul dengan teman sebaya ialah etika atau sopan santun yang dianjurkan dalam pergaulan dengan teman sebaya. Teman sebaya adalah teman yang setara usianya dengan kita. Contohnya, teman sekelas, teman belajar satu kampus atau beda kampus, teman bermain dari lingkungan rumah kita, atau teman sebaya yang bersahabat dalam media sosial.
Sesama teman sebaya kita harus saling tolong menolong, saling menghormati, dan saling peduli satu sama lainnya. Orang yang bagus adabnya dalam pergaulan akan disukai oleh teman-temannya. Karena itu, agar kita dicintai dan dihormati teman-teman sebaya, kita harus bergaul dengan adab yang baik dan etika yang mulia.
Contoh adab bergaul dengan teman sebaya, antara lain: a) Hendaknya kepada teman sebaya, kita tidak merasa lebih hebat, lebih pintar, dan lebih berpengalaman dari yang lain. Rasulullah Saw. bersabda, “Manusia itu bagaikan gigi sisir dalam persamaan” (HR. Abu Dawud). Artinya, kita harus saling menghargai dan tidak merasa lebih. b) Hendaknya sesama teman sebaya harus menjalin hubungan dan kerja sama yang harmonis sehingga terwujud persahabatan yang harmonis juga. Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan; satu sama yang lain saling menguatkan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). c) Hendaknya menghormati teman sebaya sesuai kondisinya dan kedudukannya. Misalnya, jika teman kita menjadi ketua OSIS dan kita menjadi anggotanya maka sepatutnya kita menghormatinya. Begitu pula jika kita belajar privat atau les pelajaran tertentu kepada “guru” yang sebaya dengan kita, maka kita harus menghormatinya layaknya murid menghormati gurunya. d) Dalam pergaulan dengan teman sebaya, hendaknya kita tetap mengutamakan pelaksanaan kewajiban agama. Misalnya, pada saat berkumpul dengan teman sebaya dalam sebuah acara, hendaknya kita memperhatikan waktu shalat. e) Pada saat bertemu dengan teman, hendaknya saling mengucapkan salam serta bersikap yang sopan, ramah, dan tidak sombong. f) Hendaknya menjaga batas-batas kesopanan dan tidak melanggar norma-norma agama. Misalnya, hindari merokok,main games yang mengganggu orang lain, nonton konser sampai larut malam, dan nonton film atau video yang merusak akhlak. g) Sesama teman sebaya, hendaknya kita saling menjaga dan menyayangi. Apabila teman kita sakit, kita membesuknya dan mendoakan kesembuhannya; apabila teman kita butuh pertolongan, kita harus menolongnya. h) Apabila teman kita berbuat salah, hendaknya kita memaafkan kesalahannya dan menasihatinya; apabila ia lupa mengerjakan sesuatu, hendaknya kita mengingatkannya. i) Apabila perbuatan teman kita kurang pantas, hendaknya tidak memojokkannya, mencelanya, dan menghinanya; apabila prestasi teman kita kurang bagus, hendaknya kita tidak meremehkannya. j) Sesama teman sebaya hendaknya saling berbagi dan tidak pelit, terlebih ketika sedang bersama-sama dalam perjalanan jauh sementara teman kita kehabisan bekal.
- Adab Bergaul Dengan Orang Yang Lebih Tua
Bagi orang yang lebih muda, menghormati orang yang lebih tua merupakan suatu kewajiban, karena orang yang lebih tua telah berjasa mewariskan sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan generasi berikutnya. Selain itu, kemajuan suatu generasi adalah berkat apa yang pernah dicapai oleh generasi sebelumnya.
Di dalam ajaran Islam, menghormati orang yang lebih tua usianya, terlebih kedua orang tua kita, saudara-saudarinya, serta teman-temannya, merupakan suatu kewajibanyangmemiliki nilai kemuliaan. Rasulullah Saw. bersabda: “Sebagian dari tanda memuliakan Allah ialah menghormati orang muslim yang telah putih rambutnya” (HR. Abu Dawud). Maksudnya, seorang muslim harus menghormati orang muslim yang lebih tua usianya.
Orang-orang yang lebih tua dari kita yang terdekat dan paling berhak diutamakan untuk dihormati adalah kedua orang tua kita. Kepada kedua orang tua kita, Allah Swt. memerintahkan untuk berbuat baik kepadanya, menghirmatinya, dan berbakti kepadanya. Allah Swt. berfirman yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya dengan perkataan ‘Ah’ dan janganlah kamu membentak; dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan, rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 23-24)
Ada beberapa adab atau etika kesantunan yang wajib kita tampilkan kepada orang tua kita yang sesuai dengan firman Allah QS.Al-Isra ayat 23-24, yaitu: a) Berbuat ihsan, yaitu berbuat baik yang melebihi kebaikan orang tua kepada kita. Ihsan tidak sekedar membalas yang sepadan dengan kebaikan, tetapi membalas yang kurang baik menurut kita dengan sesuatu yng terbaik untuk orang tua kita. b) Jangan membantah atau berkata kasar kepada orang tua kita. Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka(QS. Al-Isra: 23). c) Bertutur kata yang mulia kepadanya, yaitu: yang lemah lembut, halus, dan lunak. d) Merendahkan diri kepada orang tua dalam perbuatan dan perkataan meskipun kita sudah dewasa. e) Berterima kasih kepada orang tua, sebagaimana firman-Nya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman:14). f) Memohon ampunan dan kebaikan untuk mereka. Doanya sebagaimana firman Allah Swt. :”Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil” (QS.Al-Isra: 24). g) Berbakti kepada kedua orang tua setelah keduanya meninggal dunia. Dalam sebuah hadits, dilaporkan: Telah datang laki-laki dari Bani Salamah bertanya kepada Rasul: “Ya Rasulullah, apakah masih ada yang dapat kulakukan untuk berbakti kepada orang tuaku sesudah mereka meninggal dunia?” Rasulullah Saw. menjawab: “Ada, yaitu mendo'akan keduanya, menyambung kasih sayang kepada karibnya, dan memuliakan teman-temannya.” (HR. Abu Dawud)
Selain kepada orang tua kita, kita juga sangat dianjurkan berbuat baik kepada orang yang lebih tua dari kita, terutama paman dan bibi kita serta sahabat dan teman-teman orang tua kita. Kepada mereka, kita semestinya menghormatinya, merendah diri kepadanya, berkata jujur dan mulia kepadanya, serta tidak menyakiti hatinya.
Tentang pentingnya penghormatan kepada orang yang lebih tua dari kita, Nabi Saw. bersabda, “Bibi itu sama kedudukannya dengan ibu” (HR. At-Turmudzi). Dalam hadits Ibnu Umar Ra., Nabi Saw. bersabda, “Sebaik-baik kebaktian seseorang ialah menyambung kasih sayang dengan teman-teman ayahnya.” Dalam hadits lain, Rasulullah Saw. juga bersabda, “Bukan termasuk umatku orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghargai yang lebih tua” (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi). Maksudnya, menghargai orang yang lebih tua itu termasuk ajaran Islam, dan orang yang tidak menghargai orang yang lebih tua darinya dianggap bukan umat Islam.
Adapun adab atau etika pergaulan dengan orang yang lebih tua yang sesuai dengan akhlak islam, diantaranya: a) Menghormatinya dan menghargai kedudukannya. b) Bertindak yang santun dan penuh kasih kepadanya. c) Berperilaku yang patut dan sopan kepadanya. d) Bertutur kata yang baik dan tidak menyinggung perasaannya. e) Membantunya dalam hal-hal yang sulit dilakukan sebab disebabkan faktor usia. f) Mengutamakannya dalam berjalan, berdialog, dan berpendapat. g) Mengutamakannya dalam menggunakan fasilitas umum, seperti memberikan tempat duduk di dalam bus kota atau ruang tunggu di perkantoran.
- Adab Bergaul Dengan Orang Yang Lebih Muda
Bergaul dengan orang yang lebih muda memiliki arti yang penting dan nilai yang positif. Karena, di dalam pergaulan ini akan terjadi proses pembelajaran dari yang tua ke yang muda sehingga dapat mengembangkan kematangan pribadi generasi muda. Generasi muda adalah generasi penerus yang memiliki potensi, kemampuan tenaga, pikiran,sumber daya dan cita-cita yang tinggi.
Orang yang lebih muda adalah orang yang umurnya lebih muda dari kita. Contohnya: adik kandung, adik kelas di sekolah, atau teman-teman bermain yang lebih muda umurnya. Kita harus membimbing dan menyayangi orang yang lebih muda dari kita dan juga memberikan contoh dengan tingkah laku yang baik. Rasulullah Saw. bersabda: “Bukan termasuk umatku orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghargai yang lebih tua” (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi).
Adab bergaul dengan orang yang lebih muda, yang sesuai dengan akhlak Islam, diantaranya: a) Mencurahkan kasih sayang dan bimbingan kepada mereka. b) Memberikan contoh dengan perbuatan yang sesuai dengan ucapan. c) Berbicara dengan sopan kepada mereka. d) Menolong mereka pada saat menghadapi kesulitan. e) Bersabar dalam menghadapi kemauan mereka.
Apabila kita membiasakan pergaulan kita dengan yang lebih muda dengan adab yang baik atau etika yang mulia, maka mereka akan menghargai kita berkat kasih sayang dan bimbingan yang kita berikan kepada mereka.
- Adab Bergaul Dengan Lawan Jenis
Adab atau etika pergaulan dengan lawan jenis yang sesuai dengan akhlak Islam, diantaranya: a) Tidak berkhalwat (berduaan) dengan lawan jenis karena dapat menimbulkan fitnah dan terjerumus dalam perbuatan dosa. Rasulullah Saw. bersabda “janganlah sekali-kali kamu berkhalwat (berduaan) dengan perempuan kecuali disertai mahramnya.” (HR. Bukhori dan Muslim). b) Hendaknya berbusana yang sopan dan menutup aurat. Busana pria dan wanita harus sopan, menutup aurat, dan tidak mengundang syahwat bagi lawan jenis. c) Wanita hendaknya mengenakan hijab atau jilbab, sedangkan pria hendaknya menutupi auratnya. d) Hendaknya pria dan wanita yang bukan mahram menjaga pandangan. Maksudnya, menjaga pandangan terhadap bagian tubuh lawan jenis yang mengundang syahwat. Dalam hadits dinyatakan: “Allah Swt. menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjaga pandangan, yaitu: yang matanya tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan Allah Swt.” (HR. Ath-Thabrani). e) Hendaknya tidak bersentuh kulit dengan lawan jenis. Islam tidak membolehkan pria dan wanita yang bukan mahram untuk bersentuhan kulit karena dapat mendorong syahwat untuk berzina. f) Hendaknya tidak bercampur baur antara pria dan wanita yang bukan mahram, misalnya dalam sebuah pertemuan, sehingga terjadi persentuhan kulit dan hal-hal yang tidak pantas dalam batasan norma agama. g) Menjaga diri ketika mengobrol dengan lawan jenis. Kita boleh bergaul dan berbicara dengan lawan jenis selama mengikuti akhlak Islam, yakni tidak ada sikap yang menunjukkan tindak asusila, tidak saling menyentuh, tidak ada janji rahasia untuk bertemuberdua dengan maksud berpacaran. Kita boleh berbicara untuk saling mengenal tetapi dengan batas yang wajar. h) Menjaga etika sopan santun ketika bertemu dengan lawan jenis di ruang publik, seperti ketika berdiskusi dalam pembahasan akademik atau bekerja sama dalam kegiatan sosial. i) Menjaga akhlak mulia ketika duduk bersama lawan jenis, misalnya dalam forum ilmiah, seminar, musyawarah, dan sebagainya. j) Menghindari pembicaraan tentang lawan jenis, seperti kecantikan wanita atau ketampanan pria, demi menjaga kesucian diri dari khayalan yang dapat menggoda syahwat.
Penerarapan adab atau etika dalam kehidupan tentu sangat beragam.Contoh dalam kehidupan sehari-hari saya, ketika saya bertamu ke rumahteman yang sesama muslim sebelum memasuki rumahnya maka saya harus mengucapkan salam dengan kata-kata yang lembut dan sopan. Ketika memasuki rumah orang sebaiknya kita melepas alas kaki terlebih dahulu, kecuali apabila tuan rumah meminta kita untuk tetap memakai alas kaki. Jangan sampai ketika kita sudah jelas-jelas melihat di depan pintu banyak alas kaki tergeletak, tetapi saat masuk ke dalam rumah si tuan rumah kita dengan cueknya masih mengenakan alas kaki, lebih-lebih jika alas kaki kita kotor. Hal ini tentu sangat tidak sopan.Ketika bertamu juga kita harus pandai melihat situasi dan kondisi.Misalnya jangan bertamu terlalu pagi atau terlalu larut malam. Karena, hal ini akan mengganggu tuan rumah yang mungkin sedang dalam jam sibuk atau sedang siap-siap untuk beristirahat.
Contoh lain ketikabergaul di lingkungan sekolah, saya pernah mengalami kejadian yang membuat saya merasa kesal dengan teman sekelas saya. Jadi, pada saat itu kita melakukan study tour ke sebuah pantai. Saat tiba di pantai, saya diminta untuk memfotokan teman saya dengan menggunakan ponsennya. Setelah saya coba berkali-kali memfotokannya, tidak lama kemudian dia terlihat emosisaat beberapa kali saya gagal mengambil gambarnya karena saya tidak terbiasa menggunakan merk ponsel yang dia punya. Dan bahkan, teman saya itu usianya lebih muda dari saya. Tetapi, ketika itu dia mengatakan kata-kata yang tidak enak di dengar dan bisa sampai melukai hati saya. Dia mengatakan “bego banget sih” saat saya gagal memfotokan dirinya.
Kemudian saya berpikir, apakah dia tidak pernah diajarkan etika sopan santun oleh orang tuanya? Apakah dia tidak pernah belajar etika dalam agama yang berkaitan dengan akhlakul karimah? Atau sebenarnya dia sudah tahu ilmutentang etika atau tata krama tapi hanya sebatas tahu tanpa memahaminya, apalagi berusaha mengamalkannya? Atau ucapan kasar yang dia ucapkan telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan pergaulan ssehari-harinya?
Sudahlah saya tidak tahu, yang pasti dari kejadian yang saya pernah alami tersebut, saya berusaha mengambil hikmahnya, bahwa mengucapkan kata-kata kasar yang menyakiti hati orang lain mestinya selalu berusaha kita hindari.
Jadi, adab atau etika itu merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari, karena dengan menunjukkan sikap santunlah seseorang akan dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun kita berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia, sudah tentu kita memiliki norma-norma/ etika dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Dalam hal ini etika sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Terdapat banyak dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menyebutkan tentang tingginya kedudukan seseorang yang beradab dan berakhlak yang baik, adab dan akhlak mulia yang diatur oleh Islam juga bisa ditemukan ketika makan, minum, berkendaraan, berbicara, tidur, mandi, menuntut ilmu, berpakaian, dan seterusnya, yang tidak satu pun keadaan di dalam kehidupan keseharian seorang muslim kecuali telah diatur bagaimana adab dan akhlaknya, mulai dari masalah sebesar urusan pemerintahan hingga sekecil adab buang air.
Jadi, kesimpulannya: 1) Adab pergaulan ialah sikap, perilaku, atau tata cara pergaulan yang mencerminkan nilai kesopanan, kehalusan budi, tata krama, dan akhlak Islami serta tidak bertentangan dengan norma kesopanan dan adat istiadat setempat. Praktisnya, tata cara atau sikap yang baik dalam pergaulan, seperti bagaimana seseorang mengutamakan sopan santun ketika berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 2) Adab pergaulan dengan teman sebaya ialah etika atau sopan santun yang dianjurkan dalam pergaulan dengan teman sebaya. Sesama teman sebaya harus bisa saling menolong, saling menghormati, dan saling peduli satu sama lainnya. 3) Adab pergaulan dengan orang yang lebih tua antara lain: menghargai kedudukannya, bertindak santun dan penuh kasih kepadanya, berperilaku yang patut dan sopan kepadanya, bertutur kata yang baik dan tidak menyinggung perasaannya, mengutamakannya dalam berjalan, berdialog, dan berpendapat, serta dalam menggunakan fasilitas umum. 4) Adab pergaulan dengan orang yang lebih muda antara lain: mencurahakan kasih sayang, membimbing mereka, memberikan contoh, berbicara yang sopan kepada mereka, dan menolongnya saat menghadapi kesulitan. 5) Adab pergaulan dengan lawan jenis antara lain: tidak berkhalwat (beduaan) dengan lawan jenis, berbusana yang sopan dan menutupi aurat, menjaga pandangan, tidak bersentuhan kulit, tidak bercampur baur dalam suatu kegiatan, dan menjaga diri ketika mengobrol dengannya.
Semakin lama semakin penting mempelajari adab atau etika dalam bergaul. Maka, harapan saya mudah-mudahan masyarakat di sekitar kita bisamempelajari dan mengamalkan adab atau akhlak di dalam bermasyarakat. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling berinteraksi dengan interaksi yang semakin lama semakin kompleks. Agar di dalam interaksi sosial tersebut tidak tercipta adanya gesekan-gesekan yang bisa berujung pada problematika sosial, seperti kekerasan, kerusuhan, kesenjangan, dan lain-lain, maka penting bagi seseorang untuk mengetahui adab dan akhlak yang diajarkan oleh Islam di dalam bermasyarakat. []
*Pengirim merupakan mahasiswa S1 pendidikan agama islam di indonesia