Dari Soekrates Hingga Soekarno Dalam kegelapan yang menutupi manusia
Teritlah cahaya pengharapan baru
Paradigma mengkritik di sendi politik
Stabilitas bergejolak foundamental
Berawal dari sehelai kertas
Berdaya cipta berwawasan global
Dari Soekrates penerus Galileo Tempo dulu
Berproses hingga soekarno untuk peradaban baru
Profesionalisme bergelut dalam berbagai bidang
Subsider berpasal dalam hukum
Injeksi bermedis dalam kedokteran
Obligasi berangka dalam keuangan
Dimensi waktu berarus berarah mata angin
Mengupas setiap sudut engketa perjuangan
Menelusur teka teki sejarah dunia
Menuju kejayaan untuk indonesia
Sebatas Arkeologi
Peradaban jiwa tergores akan cinta
Bernostalgia akan sejarah purbakala
Panorama relung relief berpuncak arupadatu
Terselip mitos misteri kala itu
Artefak berhias dalam pahatan
Sekadar fosil yang terjepit di antara sirkuit otak
Bahagia dengan apa yang dia punya
Namun menyublim pada petang sesudahnya
Karena kebinekaan yang berasal dari hulu matamu
Telah mengalir menuju hilir sum sum ku
Menjelma dalam senja yang kuhirup
Dan darah yang ku rengkuh
Nafas nafas beradu untuk menyongsong kisah
Yang bangkit dari rongga dada berbeda ranah
Kita berbeda dan akan terus berbeda
Namun itu hanya enigma yang tak bernyawa lantas binasa
Rasa hanya terbengkam dalam peti sarkofagus
Dekap rindu menyihir setegak tugu menhir
Seiring berlagu dalam rongga bejana perunggu
Penuh keraguan tak mampu ku ungkapkan
Di atas meja dolmen rasa itu selayaknya ku persembahkan
Pejuang 45 Km
Jalan hitam menemani di kala paginya
Dalam kebisingan arus bercampur polusi
Hembus angin bersautan di balik pelindung kaca
Kerap menyapa untuk berbagi cerita
Jarak tak memberi alasan dalam kejauhan
Kisahnya dalam 45 Km
Bertabur perjuangan dan pengorbanan
Penuh tekad, motivasi dan pengabdian
Untuknya pejuang 45 Km
Dalam keresahan kau memberi jawaban
Penuh ketelaudanan di setiap tindakan
Disaat kesulitan kau tak pernah putus asa
Seorang pribadi pahlawan tanpa tanda jasa
Pemimpin Revolusi
Niat terlafal dalam kesucian
Deru masa memuncak melawan penjajahan
Tersimpan tragedi nyata masa lampau
Ratusan pejuan sirna di medan pertempuran
Seutas pluru bergulir menelusup tragis
Hati tersayat dalam rintihan tangis
Seketika nyawa tersimpan dari raga
Tergeletak jasad dalam balutan darah
Menafsirkan kedukaan dalam sepanjang sejarah
Pemimpin revolusi kembali kepngkuanya
Sendi melemah dalam lekukan
Tulang merapuh dalam pijakan
Saat mata menutup dalam kegelapan
Kau perjuangkan sampai titik darah penghabisan
Pudar
Waktu ini berkrisis samar tanpa jejak luka itu berteduh dikelopak matanya
Tentang sepi dan kesendirian dalam kepalsuan yang memetamorfosa
Aku yang terplagiat akan kebodohan ,terendam derasnya hujuan penuh kedingianan
Menghanyut disetiap kenangan waktu ternoda akan karatan besi kepicikan
Aku hanya sebuah serpihan acak di antara sepikat yang kau ikat
Seperti beku yang menyeru di ujung rahmat waktu seperti pinus yang retak tak terurus
Tapi aku tak ingin kau kehilanagan baca ketika aku pudar nanti
Selama aku masih tertulis sembunyi disetiap hurufnya
Nafas nafas beradu untuk menyongsong kisah yang bangkit dari rongga dada berbeda ranah
Kita berbeda dan terus berbeda namun itu hanya enigma yang tak bernyawa lantas binasa
Ingat aku jika sudah tiada dan entah kapan, kau hanya perlu menunggu
Esok biar waktu yang mengatakan, aku ada selama itu
Pengirim :
Iisna Rahmalia
Mahasiswi prodi PG MI dan belajar agama juga di Pon Pes Al Munawwar Kertosari Temanggung