Nora Idah Nita saat sidang paripurna memperjuangkan nasib daerahnya |
TamiangNews.com | BANDA ACEH -- Fraksi Partai
Demokrat (PD) menentukan sikap Walkout (WO) dari ruang Sidang Paripurna
dikarenakan tidak menerima paripurna pembatalan Proyek Multiyears yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakan terpencil dan terisolir.
Hal itu disampaikan Nora Idah Nita salah
seorang anggota DPR Aceh dari Partai Demokrat Dapil 7, merasa kecewa dan sangat
menyesalkan sikap sikap DPRA yang terus melanjutkan penghentian proyek ini, ungkap
Nora.
Ditambahnya, pembangunan infrastruktur ini
sangat dibutuhkan oleh masyarakat terpencil dan bisa mengkoneksikan serta
memperpendek jarak tempuh beberapa
wilayah di timur, barat dan selatan, di pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh
Timur dan Gayo Lues,” tegas Nora Idah Nita, geram. Ruas jalan kecamatan Karang
Baru menuju kecamatan Simpang Jernih Aceh Timur, ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat disana.
“Sikap kami tetap memperjuangkan program
tersebut karena kami mendengar aspirasi dan harapan masyarakat Aceh dan
masyarakat yang kami wakili, walaupun paripurna DPRA membatalkannya, kita lihat
kedepan secara aturan apakah dapat program 2019 ditandatangani pimpinan DPRA
dan di sahkan menjadi qanun bisa dibatalkan begitu?,” tanya Nora.
Nora menilai, dengan pembatalan tersebut
yang sangat disayangkan adalah masyarakat, mereka sangat mendambakan proyek
tersebut dapat terelisasikan tahun berjalan ini.
Nora menilai, Badan Musyawarah (Banmus)
terkesan tidak memihak pada kepentingan rakyat, buktinya dengan membatalkan
proyek Multiyears tersebut, sama seperti memadamkan impian mereka dan menghapus
kemerdekaan mereka dari segi infrastruktur.
Dikatakan Nora lagi, jika dianggap program
ini menyalahi prosedur kenapa baru sekarang diributkan pada saat mau dilelang
dan dilaksanakan kenapa bukan dari tahun 2019 lalu dibatalkan, kenapa saat
semua sudah disahkan baru dibatalkan, ada apa sebenarnya?,” pungkasnya kesal.
Pembatalan Proyek Multiyears ini tidak
hanya Nora Idah Nita yang berang, namun sejumlah masyarakat di Bumi Muda Sedia
ikut kecewa, salah satunya El Mahdi Angkat mengatakan bahwa dengan pembatalan
salah satu program Aceh Hebat diantaranya pembangunan jalan poros
tengah, Karang Baru – Simpang Jernih adalah pembodohan pola pikir kawan kawan
di DPR Aceh.
Sebab apa?, jalan dari Kampung Wonosari,
Babo, Pante Cempa, Pengidam dan Serkil
perbatasan antara Aceh Tamiang dan Aceh Timur kondisi persis seperti kubangan,
jika musim penghujan, mereka kawan kawan di DPRA tidak merasakan bagaimana
rasanya menghadapi kehidupan yang bertahun tahun hidup seperti masih dimasa sebelum
merdeka, coba lihat, memang sangat jauh berbeda dengan kehidupan mereka yang
setiap saat hidup nyaman dengan jalan licin ruang ber-AC sangat berbeda dengan
masyarakat di desa.
Kondisi itu sudah mereka rasakan selama
puluhan tahun, sulitnya mengeluarkan hasil bumi, jarak tempuh menjadi lebih
lama dan perputaran ekonomi diwilayah itu menjadi sangat terganggu.
“Cobalah kawan kawan di DPRA memahami
kondisi masyarakat di Tamiang, mereka seperti belum Merdeka dari infrastruktur.
Saya tegaskan, saya akan membawa kawan kawan untuk menghadap Pelaksana Tugas
Gubernur Pemerintah Aceh, Nova Iriansyah untuk melanjutkan proyek itu,” tegas
El Mahdi.
Apalagi itu, sebut El Mahdi, dia mengibarat
sebuah rumah, Tamiang adalah salah satu terasnya Aceh, dari sisi ekonomis
seperti Migas, Perkebunan, Pertanian dan sektor Kelautan, Aceh Tamiang adalah
pintu gerbang memasuki wilayah Aceh.
“Teras yang saya maksudkan adalah nilai
nilai pendapatan ekonomi dan pintu gerbangnya memasuki wilayah Aceh, jika pintu
masuk saja sudah tak indah bagaimana didalamnya, jadi tolonglah diperhatikan
dengan komprehensip,” tandasnya.[]TN-W007