Notification

×

Iklan

Iklan

Perekonomian Indonesia vs Virus Corona

Minggu, 03 Mei 2020 | Mei 03, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-05-03T09:32:24Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
WHO atau World Health Organization sebagai Badan Kesehatan Dunia telah memberikan pengumuman bahwa wabah corona adalah pandemic global. Ini artinya, wabah yang disebabkan oleh virus ini merupakan sebuah masalah kesehataan bersama yang mengancam banyak sekali negara di dunia ini. Penyebaran Covid-19, nama lain corona, sangatlah cepat. Tak heran jika kemudian pandemic ini sangat berimbas pada pertumbuhan perekonomian secara global.

Foto : Ilustrasi
Banyak ahli memberikan prediksi bahwa perekonomian global akan melambat, bahkan beberapa Dana Moneter Internasional atau IMF sebagai salah satu lembaga dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini agaknya butuh untuk direvisi menyusul mewabahnya virus corona dimana-mana.

Sama seperti kondisi perekonomian Global, perekonomian di Indonesia pun dinilai akan terdampak oleh penyebaran virus yang diprediksi akan berlangsung lama serta global ini. Bahkan, berbagai negara maju seperti Amerika Serikat sudah bersiap akan resesi yang lebih dalam dibandingkan di tahun 2009 lalu.

Kondisi Perekonomian Indonesia di Tengah Wabah Corona

Sebenarnya, pandemic virus Corona tak hanya memperlambat pertumbuhan ekonomi saja, melainkan juga pasar keuangan, kinerja perdagangan, nilai tukar rupiah, sampai dengan beragam aktivitas bisnis. Salah seorang ekonom dari INDEF atau Institute of Development Economics and Finance mengatakan bahwa proyeksi ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini nampaknya hanya akan tumbuh sekitar 4,5 %.

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan perkiraan dari Moody’s, lembaga pemeringkat Internasional, yang sebelumnya memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4,8% di tahun ini.
Ekonom dari Indef tersebut menyatakan bahwa turunnya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini dapat ditelusuri dari hubungan antara Indonesia dengan China.

Ini artinya, setiap 1% penurunan pertumbuhan ekonomi di China maka bisa mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi di tanah air sebesar 0,3 %. Hal ini dirasa wajar sebab hubungan investasi dan perdagangan antara Indonesia dan China cukup besar. Proyeksi Indef akan pertumbuhan Ekonomi di China pada tahun 2020 hanyalah 5% atay turun sebesar 1% dibandingkan tahun 2019 yang lalu. Turunnya pertumbuhan ini disebabkan langsung oleh PDB atau Pendapatan Domestik Bruto yang ada di negeri Tirai Bambu tersebut.

Berbeda lagi dengan Gubernur Bank Indonesia atau BI yang memproyeksikan bahwa pertumbuhan Ekonomi tanah air di tahun ini adalah sekitar 5 – 5,4% yang mana proyeksi ini turun dibandingkan perkiraan semula di angka 5,1 – 5,5%. Adanya revisi tersebut disebabkan oleh pengaruh jangka pendek dari recovery Ekonomi dunia setelah terjadinya Covid-19. Namun, kabar baiknya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirasa akan naik lagi di tahun 2021 nanti menjadi sebesar 5,2 – 5,6 %.

Proyeksi lain juga datang dari Menko (Menteri Perekonomian) Indonesia, Airlangga Hartanto, yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tanah air akan lebih lambat lagi, yakni di angka 4,7%. Namun, ini sangat bergantung pada berapa lama pandemic virus corona ini akan berakhir, Jika pandemic virus akan terjadi dalam waktu yang lama, tentu penurunan kondisi Ekononi di Indonesia dan secara global masih dapat turun lagi. Sebagai contoh, apabila pandemic ini terjadi selama enam bulan lebih, maka angka penurun ekonominya akan turun lebih banyak.

Sebagai informasi, ekonomi Indonesia di tahun 2019 lalu berhasil tumbuh 5,02 % yang mana dalam AOBN 2020 ini pertumbuhan ekonomi tanah air ditargetkan dapat menyentuh angka 5,3 %.
Tameng Ekonomi yang Dibuat oleh Indonesia.

Dalam perekonomian dunia yang lesu akibat adanya wabah covid-19, Pemerintah Indonesia beserta otoritas keuangan serta moneter tak mau berpangku tangan. Berbagai usaha sedang dan telah dilakukan untuk mengantisipasi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemic global tersebut.
Kejadian ini sangat berbeda dengan krisis keuangan yang pernah terjadi beberapa tahun silam dan kondisi sekarang ini sangat berdampak langsung pada kehidupan masyarakat yang tetap diminta untuk melakukan social distancing guna meredam dampak virus. Hingga tulisan ini ditayangkan, beberapa kebijakan telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia yang mencakup beberapa lini seperti lini fiscal, moneter, dan sektor riil.

Sebagai contoh adalah langkah yang diambil oleh Bank Indonesia yang sudah melakukan dua kali penurunan suku bunga acuan hanya dalam tempo satu bulan lamanya, meningkatkan intervensi, menurunkan rasio giro wajib minimum valas, menurunkan rasio GWM Rupiah, dan banyak lagi.
Pemerintah pun telah melakukan berbagai usaha dan keputusan seperti pembebasan pajak, memberikan kartu Pra-Kerja, relaksasi PPH Impor, pemberian insentif bagi Industri Penerbangan, pembebasan pajak untuk hotel dan restoran, insentif sektor perumahan, pajak penghasilan ditanggung oleh pemerintah, sampai dengan UMKM yang boleh menunda bayar hutang.

Langkah Stimulus Ekonomi Jilid III  Menteri Keuangan Indonesia


Langkah diatas bisa dibilang adalah stimulus yang dibuat oleh pemerintah di tengah pandemic virus sekarang. Namun, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, memberikan bocoran bahwa stimulus jilid III akan dibuat dan lebih fokus pada penanganan bansos dan kesehatan.

Nilai besarannya pun masih dihitung dan beberapa anggaran yang masuk ke dalam anggarannya adalah rumah sakit dan biayanya untuk meningkatkan kapasitas, menyediakan APD atau Alat Pelindung Diri bagi tenaga medis, penyediaan masker, obat-obatan, hand sanitizer, dan lain sebagainya. Stimulus lanjutan yang mungkin saja dilakukan adalah pemberian bantuan social bagi masyarakat.

Seiring dengan adanya stimulus jilid III ini maka kebijakan realokasi anggaran lembaga/kementrian pusat dan daerah bisa dilakukan. Oleh karena itu, Pemerintah akan mengatur tentang realokasi ini dalam Keputusan Presiden atau Keppres. Stimulus ini diharapkan mampu membuat wabah virus covid-19 tak berlangsung lama sehingga berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi di tanah ai

Pengirim :
Prasetyo Sulaksono Putro
Dari Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
×
Berita Terbaru Update