Kata zakat menurut bahasa memiliki arti bersih, suci, berkah, subur dan berkembang. Zakat bermakna bersih dan suci menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah dan bukan karena pujian manusia, maka Allah akan membersihkan dan mensucikan harta dan jiwanya.
Kemudian berkah, subur dan berkembang merupakan makna yang menegaskan bahwa hikmah orang yang membayar zakat, akan dilimpahkan keberkahan, ziyadatul khair (bertambahnya kebaikan). Keberkahan ini membawa hartanya akan selalu tumbuh subur dan berkembang.
Dalam Al-Quran, kewajiban zakat bersanding dengan kewajiban Shalat (QS.Al-Baqarah 2:43). Hal ini membuat perintah zakat tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena sesungguhnya dalam harta orang kaya, Allah menetapkan sebagian hak bagi para faqir (QS. Adz-Dzariyat 51:19 ). Maka jelas, hikmah zakat selalu bersanding dengan kekuatan ekonomi umat.Siapa yang tak mengenal zakat, salah satu rukun Islam yang berhubungan dengan kesejahteraan umat.
Tentunya, seluruh muslim mengetahui hal itu. Namun jika ditanya bagaimana syarat dan cara menunaikannya, belum tentu seluruh muslim memahaminya. Memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadan tahun 2019, masyarakat Indonesia yang sebagian besar umat Muslim mulai berlomba memperbanyak ibadah. Salah satu bentuk ibadah, menunaikanzakat.Zakat merupakan salah satu rukun iman, yang terdiri dari zakat fitrah yang ditunaikan saat Ramadan dan zakat mal. Keduanya wajib ditunaikan oleh para muzaki (orang yang wajib membayar zakat) melalui badan zakat yang selanjutnya disaluran kepada para mustahik (orang yag berhak menerima zakat).
Tahukah kalian seberapa besar potensi zakat di Indonesia? Melihat Indonesia dengan mayoritas Muslim sudah seyogyanya jika zakat yang terkumpul besar. Berdasarkan data dari BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) pada tahun 2018 potensi zakat adalah sebesar 1,57% dari PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu sekitar Rp 230 triliun, namun, zakat yang berhasil dikelola secara profesional sebesar delapan triliun rupiah, atau hanya 3% dari potensi zakat di Indonesia.Melihat besarnya potensi yang ada, dengan mengoptimalkan potensi zakat akan membawa manfaat yang lebih besar tidak hanya bagi masyarakat Muslim tetapi lebih jauh bagi Indonesia, khususnya perekonomian Indonesia.
Mengurangi kemiskinan Mengapa zakat penting bagi ekonomi Indonesia? Pertama, karena zakat bisa menjadi alat distribusi pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik dan disalurkan dengan tepat sasaran, memungkinkan distribusi pendapatan yang lebih merata. Adanya distribusi pendapatan akan mengurangi salah satu masalah utama bangsa Indonesia, yaitu kemiskinan.
Kemiskinan terjadi bukan semata-mata karena pendapatan yang kecil namun juga akses untuk mendapatkan bahan pokok tidak sama akibat harga yang tidak wajar atau kurangnya kemampuan membeli. Berdasarkan data BPS, zakat berhasil mengentaskan 28% mustahik dari garis kemiskinan. Ini membuktikan bahwa zakat berperan penting dalam mengurangi kemiskinan melalui distribusi pendapatan yang lebih merata.Di sisi lain, pesatnya perkembangan teknologi membawa gaya hidup serba cepat dan mudah. Kemudahan ini harus dimanfaatkan untuk kampanye hidup bersosial melalui zakat. Sasaran yang paling utama kampanye seperti ini yaitu generasi milenial.
Lantas bagaimana zakat dan hikmahnya bagi para milenial?Di era sekarang, teknologi informasi tak akan bisa dipisahkan dari sendi kehidupan. Oleh karena itu, agama harus hadir dan mengambil perannya agar teknologi informasi digunakan sebaik mungkin. Hal ini membuat lembaga zakat seperti Dompet Dhuafa semakin berinovasi untuk merangkul milenial sebagai muzaki (pembayar zakat).
Dilansir dari Republika.co.id, Dompet Dhuafa melihat bahwa kaum milenial secara langsung dan tidak langsung dapat menguatkan, meningkatkan dan menumbuhkan penghimpunan potensi zakat di Indonesia. Bahkan, zakat bisa menjadi lifstyle bagi milenial.generasi muda memiliki karakter yang sangat menarik dan kepedulian yang tinggi dalam berdonasi.
Peluang ini akan dimanfaatkan, agar generasi milenial terlibat dalam membuat project donasi. Sehingga, zakat dapat berkembang luas melalui cara peer-to-peer dan menggunakan influencer.Inovasi seperti ini membawa hikmah zakat semakin terasa sasarannya.
Seperti yang tercantum dalam kitab Syarh Yaqut an-Nafis fi Madhab Idris, Habib Muhammad bin Ahmad Bin Umar asy-Syathiri menjelaskan bahwa sebagian dari hikmah zakat itu mengentaskan kemiskinan. Maka lifstyle milenial dalam menunaikan zakat ini sangat efektif dan perlu dijaga hingga tercapainya Indonesia emas 2045.
Dengan menggunakan kecanggihan inovasi tadi, pengelolaan zakat semakin mudah dan cepat. Selain itu, untuk mencapai manfaat dan hikmah zakat yang tepat sasaran, alokasi zakat harus dibagi dengan benar. Imam Nawawi dalam Majmu Syarh al-Muhadzdzab, mengajarkan bagaimana cara membagi zakat yang benar.
Jika penerima zakat memiliki potensi untuk berdagang, maka ia diberi modal untuk berdagang. Jika memiliki potensi dalam keilmuan, maka diberi bekal untuk mencari ilmu agar bermanfaat. Jika memiliki potensi di bidang pertanian, maka diberi sarana untuk bercocok tanam, begitu seterusnya. Bila kesadaran milenial terhadap zakat semakin tinggi, ditambah kehadiran lembaga zakat yang siap menjemput bola, maka kesejahteraan umat akan semakin meningkat.
Masyarakat akan harmoni satu sama lain, dan dicintai oleh Allah SWT. Karena dalam hadis shahih disebutkan bahwa mukmin yang kuat jauh lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.Tentunya, kuat disini bukan hanya kuat secara fisik, namun juga ekonomi, intelektual dan aspek lainnya.
Islam malah menjadikan harta sebagai objek zakat. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang di bawah bantal (dibiarkan tidak produktif) dilarang, karena hal itu berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, sehingga harus berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik perekonomian.
Oleh karena itu Islam juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pembayaran zakat karena Rasulullah telah menyadar kelemahan dari saah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (ba’i al-muqayyadah), dimana barang-barang saling dipertukarkan.
Menurut Afzalur Rahman, Rasulullah Saw. menyadari akan kesulitankesulitan dan kelemahan-kelemahan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem pertukaran melalui uang.
Demikian buah dari zakat dan hikmahnya pada generasi milenial dan gaya hidup bersosial. Semoga kita semua selalu mendapatkan keberkahan, dan terjaga kebersihan seluruh harta kita oleh Allah SWT.
Pengirim :
Tika Maylani
Prodi : Akuntansi Syariah
UIN Raden Intan Lampung
Dosen pengampu : Dr. Muhammad Iqbal Fasa, M.E.I
Kemudian berkah, subur dan berkembang merupakan makna yang menegaskan bahwa hikmah orang yang membayar zakat, akan dilimpahkan keberkahan, ziyadatul khair (bertambahnya kebaikan). Keberkahan ini membawa hartanya akan selalu tumbuh subur dan berkembang.
Dalam Al-Quran, kewajiban zakat bersanding dengan kewajiban Shalat (QS.Al-Baqarah 2:43). Hal ini membuat perintah zakat tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena sesungguhnya dalam harta orang kaya, Allah menetapkan sebagian hak bagi para faqir (QS. Adz-Dzariyat 51:19 ). Maka jelas, hikmah zakat selalu bersanding dengan kekuatan ekonomi umat.Siapa yang tak mengenal zakat, salah satu rukun Islam yang berhubungan dengan kesejahteraan umat.
Tentunya, seluruh muslim mengetahui hal itu. Namun jika ditanya bagaimana syarat dan cara menunaikannya, belum tentu seluruh muslim memahaminya. Memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadan tahun 2019, masyarakat Indonesia yang sebagian besar umat Muslim mulai berlomba memperbanyak ibadah. Salah satu bentuk ibadah, menunaikanzakat.Zakat merupakan salah satu rukun iman, yang terdiri dari zakat fitrah yang ditunaikan saat Ramadan dan zakat mal. Keduanya wajib ditunaikan oleh para muzaki (orang yang wajib membayar zakat) melalui badan zakat yang selanjutnya disaluran kepada para mustahik (orang yag berhak menerima zakat).
Tahukah kalian seberapa besar potensi zakat di Indonesia? Melihat Indonesia dengan mayoritas Muslim sudah seyogyanya jika zakat yang terkumpul besar. Berdasarkan data dari BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) pada tahun 2018 potensi zakat adalah sebesar 1,57% dari PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu sekitar Rp 230 triliun, namun, zakat yang berhasil dikelola secara profesional sebesar delapan triliun rupiah, atau hanya 3% dari potensi zakat di Indonesia.Melihat besarnya potensi yang ada, dengan mengoptimalkan potensi zakat akan membawa manfaat yang lebih besar tidak hanya bagi masyarakat Muslim tetapi lebih jauh bagi Indonesia, khususnya perekonomian Indonesia.
Mengurangi kemiskinan Mengapa zakat penting bagi ekonomi Indonesia? Pertama, karena zakat bisa menjadi alat distribusi pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik dan disalurkan dengan tepat sasaran, memungkinkan distribusi pendapatan yang lebih merata. Adanya distribusi pendapatan akan mengurangi salah satu masalah utama bangsa Indonesia, yaitu kemiskinan.
Kemiskinan terjadi bukan semata-mata karena pendapatan yang kecil namun juga akses untuk mendapatkan bahan pokok tidak sama akibat harga yang tidak wajar atau kurangnya kemampuan membeli. Berdasarkan data BPS, zakat berhasil mengentaskan 28% mustahik dari garis kemiskinan. Ini membuktikan bahwa zakat berperan penting dalam mengurangi kemiskinan melalui distribusi pendapatan yang lebih merata.Di sisi lain, pesatnya perkembangan teknologi membawa gaya hidup serba cepat dan mudah. Kemudahan ini harus dimanfaatkan untuk kampanye hidup bersosial melalui zakat. Sasaran yang paling utama kampanye seperti ini yaitu generasi milenial.
Lantas bagaimana zakat dan hikmahnya bagi para milenial?Di era sekarang, teknologi informasi tak akan bisa dipisahkan dari sendi kehidupan. Oleh karena itu, agama harus hadir dan mengambil perannya agar teknologi informasi digunakan sebaik mungkin. Hal ini membuat lembaga zakat seperti Dompet Dhuafa semakin berinovasi untuk merangkul milenial sebagai muzaki (pembayar zakat).
Dilansir dari Republika.co.id, Dompet Dhuafa melihat bahwa kaum milenial secara langsung dan tidak langsung dapat menguatkan, meningkatkan dan menumbuhkan penghimpunan potensi zakat di Indonesia. Bahkan, zakat bisa menjadi lifstyle bagi milenial.generasi muda memiliki karakter yang sangat menarik dan kepedulian yang tinggi dalam berdonasi.
Peluang ini akan dimanfaatkan, agar generasi milenial terlibat dalam membuat project donasi. Sehingga, zakat dapat berkembang luas melalui cara peer-to-peer dan menggunakan influencer.Inovasi seperti ini membawa hikmah zakat semakin terasa sasarannya.
Seperti yang tercantum dalam kitab Syarh Yaqut an-Nafis fi Madhab Idris, Habib Muhammad bin Ahmad Bin Umar asy-Syathiri menjelaskan bahwa sebagian dari hikmah zakat itu mengentaskan kemiskinan. Maka lifstyle milenial dalam menunaikan zakat ini sangat efektif dan perlu dijaga hingga tercapainya Indonesia emas 2045.
Dengan menggunakan kecanggihan inovasi tadi, pengelolaan zakat semakin mudah dan cepat. Selain itu, untuk mencapai manfaat dan hikmah zakat yang tepat sasaran, alokasi zakat harus dibagi dengan benar. Imam Nawawi dalam Majmu Syarh al-Muhadzdzab, mengajarkan bagaimana cara membagi zakat yang benar.
Jika penerima zakat memiliki potensi untuk berdagang, maka ia diberi modal untuk berdagang. Jika memiliki potensi dalam keilmuan, maka diberi bekal untuk mencari ilmu agar bermanfaat. Jika memiliki potensi di bidang pertanian, maka diberi sarana untuk bercocok tanam, begitu seterusnya. Bila kesadaran milenial terhadap zakat semakin tinggi, ditambah kehadiran lembaga zakat yang siap menjemput bola, maka kesejahteraan umat akan semakin meningkat.
Masyarakat akan harmoni satu sama lain, dan dicintai oleh Allah SWT. Karena dalam hadis shahih disebutkan bahwa mukmin yang kuat jauh lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.Tentunya, kuat disini bukan hanya kuat secara fisik, namun juga ekonomi, intelektual dan aspek lainnya.
Islam malah menjadikan harta sebagai objek zakat. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang di bawah bantal (dibiarkan tidak produktif) dilarang, karena hal itu berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, sehingga harus berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik perekonomian.
Oleh karena itu Islam juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pembayaran zakat karena Rasulullah telah menyadar kelemahan dari saah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (ba’i al-muqayyadah), dimana barang-barang saling dipertukarkan.
Menurut Afzalur Rahman, Rasulullah Saw. menyadari akan kesulitankesulitan dan kelemahan-kelemahan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem pertukaran melalui uang.
Demikian buah dari zakat dan hikmahnya pada generasi milenial dan gaya hidup bersosial. Semoga kita semua selalu mendapatkan keberkahan, dan terjaga kebersihan seluruh harta kita oleh Allah SWT.
Pengirim :
Tika Maylani
Prodi : Akuntansi Syariah
UIN Raden Intan Lampung
Dosen pengampu : Dr. Muhammad Iqbal Fasa, M.E.I